Ritual Dewa Masraman

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101339
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Bali
Responsive image

Sejarah Ritual Dewa Masraman

Aspek Sejarah Ritual Dewa Masraman di Banjar Timbrah Desa Paksebali Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Provinsi Bali, adalah tradisi ritual keagamaan yang dibawa oleh para migran dari desa asal mereka yaitu Desa Timbrah Bugbug Karangasem. Kehadiran migran dari desa Timbrah Karangasem ke Desa Paksebali Klungkung dikaitkan dengan peristiwa perang Karangasem – Klungkung pada Tahun 1750 . Mereka semua ditugaskan oleh Raja Karangasem di perbatasan dua kerajaan. Kebanyakan dari mereka adalah wangsa,treh,soroh (klan) Pasek Bugbug. Pasca perang  dengan kekalahan dari pihak Kerajaan Karangasem para migran dari Timbrah menyatakan kesetiaannya kepada Ida Dewa Agung Raja Klungkung. Mereka diberikan tempat untuk menetap. Untuk mengingat nama tempat asalnya, tempat yang diberikan Raja Klungkung diberi nama Banjar Timbrah. Para migran yang menetap membawa serta warisan budayanya berupa sebuah tempat pemujaan Pura Panti yang dilengkapi dengan tradisi ritual Keagamaan kepada Ida Sanghyang Widhi (Dewa Yadnya) yang disertai pula dengan tradisi ritual makan bersama (Megibung) yang melibatkan anak-anak muda (Sekaa Teruna) untuk memohon kesuburan dan kesejahteraan berkah dari para dewa. Tradisi ritua Dewa Masraman dilaksanakan setiap 210 hari pada hari Saniscara Kliwon Wuku Kuningan yang bertepatan pada Hari Raya Kuningan. Praktik  Ritual ini diperkirakan telah berlangsung selama Delapan  atau Sembilan  generasi sejak leluhur generasi yang sekarang menetap di banjar Timbrah.

Prosesi Pelaksanaan Ritual Dewa Masraman

     Praktek ritual Dewa Masraman adalah atraksi ritual yang bersifat sakral dan telah dilaksanakan   dari generasi ke generasi sehingga ritual ini tetap dilestarikan dan tetap dilaksanakan setiap tahun, sehingga telah menjadi bagian kehidupan keagamaan di Pura Panti Timbrah Desa Paksebali. Adapun rangkaian atau tahapan prosesi dari upacara Dewa Maraman adalah :

1.   Pertama masyarakat menyiapkan sarana dan prasarana upakara / banten yang akan digunakan untuk upacara Dewa Masraman.

2.   Kemudian masyarakat berkumpul di Pura Panti Timbrah untuk kegiatan membuat lawar  yang terdiri dari 5 jenis lawar. Pembuatan lawar dengan 5 jenis yang berbeda ini merupakan simbol pemersatu segala perbedaan yang ada di desa tersebut.  

3.   Setelah proses pembuatan lawar selesai, maka dilanjutkan dengan acara Nunas Paica. Paica tersebut terbungkus daun pisang yang terdiri dari nasi lawar dan sate. Acara nunas paica ini melibatkan golongan anak-anak yang akan beranjak remaja, yang bermakna memberikan bekal  kepada anak-anak agar mereka memiliki dasar ajaran agama sehingga dapat membentuk karakter anak sejak dini.

4.   Setelah tahap nunas paica, acara dilanjutkan dengan prosesi Megibung ( makan bersama ) yang melibatkan orang dewasa atau orang tua. Dalam Megibung  (makan bersama), para orang dewasa atau orang tua akan berkumpul bersama membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa orang dan duduk secara melingkar dan disajikan menu yang terdiri dari nasi putih, lawar dan garam, yang beralaskan daun pisang dan klakat (berbentuk persegi yang terbuat dari bambu). Prosesi megibung juga memiliki makna memperkokoh persatuan dan menyatukan segala perbedaan yang ada baik itu sifat , prilaku dan karakter dari penduduk Desa Paksebali.

5.   Setelah prosesi Megibung, dilanjutkan dengan prosesi penyucian 7 Jempana (Joli) yang diusung oleh Taruna (remaja laki-laki) Desa Adat Paksebali. 7 Jempana (Joli) yaitu :

1. Ida Ratu Lingsir

2. Ida Bhatara Ratu Gumang

3. Ida Bhatara Batur.

4. Ida Bhatara Manik Bingin

5. Ida Bhatara Ratu Kelod Kangin.

6. Ida Bhatara Ratu Nganten.

7. Ida Bhatara Manik Botoh.

Para Dewa ( Ida Bhatara ) ini menjadi sistem pemujaan yang diyakini memberikan berkah keselamatan dan kesejahteraan warganya. 1 (satu) Jempana (Joli) diusung oleh 2  teruna. menuju ke sumber air ( Sungai Sagening). Di sumber air tersebut dilaksanakan upacara memohon air suci serta pembersihan jiwa dan raga para pengayah sebelum dan sesudah Upacara Dewa Masraman. Setelah memohon air suci serta pembersihan jiwa dan raga para pengayah, Jempana (Joli) kembali ke Pura Panti Timbrah. Pada saat Jempana (Joli)  tiba di Jaba Tengah  Pura Panti Timbrah, Jempana (Joli)  tersebut akan disambut dengan Tarian Rejang Dewa dan Tarian Sakral Tarian Lente yang ditarikan oleh anak-anak dan  remaja wanita serta Tari Baris  yang tangannya memegang senjata keris. Setelah tarian tersebut selesai,  6 dari 7 Jempana (Joli)  mulai diarak ( digarap ) seolah-olah terjadinya peperangan antar Jempana (Joli). Mungkin hal tersebut membuat ritual tersebut sering disebut dengan Tradisi Dewa Mepalu. Jempana (Joli)  seperti melilit menjadi satu seolah terjadi peperangan.  Dari 7 Jempana (Joli), 1 Jempana (Joli)  tidak ikut untuk diarak adalah  Jempana (Joli)  Pelinggih Ida Bhatara Ratu Lingsir, karena Bhatara Ratu Lingsir adalah Ida Bhatara yang dituakan diantara 6 dewa yang mengikuti jalannya prosesi Dewa Masraman tersebut. Beliau hanya Nodya dan mengawasi jalannya prosesi hingga selesai.  Setelah itu Jempana (Joli)  akan kembali ke tempat ( Payogan Ida ) masing-masing

6.   Tahapan yang terkhir adalah seluruh masyarakat melaksanakan persembahyangan bersama.

Fungsi dan Makna Ritual Dewa Masraman

 Persatuan dan gotong-royong yang dipraktikkan dalam ritual Dewa masraman berfungsi untuk memperkuat solidaritas kolektifkomunitas warga banjar Timbrah sebagai pola menetap mereka. Warga yang bermigrasi pada pertengahan abad ke 18 teridentifikasi dari pelbagai kelompok keturunan (wangsa,soroh,treh) dari Pasek Bendesa Bugbug, Treh Suci, Treh Pulesari, Treh Pasek Dukuh Bugbug. Solidaritas kolektif diantara sesama kelompok keturunan (treh) ditandai oleh kesetaraan dalam praktek ritual pesta makan bersama (Megibung) yang merupakan bagian dari prosesi ritual Dewa Masraman.

     Dari aspek makna dapat diidentifikasi makna solidaritas antara kelompok keturunan (Treh) warga berdasarkan hubungan horisontal yaitu kesetaraan. Praktik ritual Dewa Masraman dimaknai sebagai ritual untuk memohon kesuburan alam semesta (Bhuwana Agung),  kesejahteraan persatuan dan persaudaraan serta keharmonisan manusia dan mahluk hidup lainnya (Bhuwana Alit) dengan lingkungannya yaitu alam semesta.

   Dari aspek seni, praktik atraksi dan tarian dalam Dewa Masraman dapat dimaknai sebagai ritual keagamaan yang bersifat sakral, dan telah menjadi bagian dari kehidupan dari warga baik itu laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa di banjar Timbrah ikut berperan aktif dalam pelaksanaan ritual Dewa Masraman. Oleh karena itu kita berkeyakinan Ritual Dewa Masraman akan tetap lestari dan berkelanjutan.

    Dari aspek sosial dari ritual Dewa Masraman melibatkan seluruh warga ( Krama ) Banjar Tibrah, baik itu lelaki maupun perempuan  dewasa dan anak-anak serta remaja. Kelihatan pembagian tugas yang dilandasi semangat persatuan dan gotong royong sangat kental di kalangan para warganya. Mereka sebagai migran dari desa asalnya di Kerajaan Karangasem membawa tradisi warisan budaya tak benda berupa atraksi dan tarian sakral Dewa Masraman di banjar Timbrah Desa Paksebali di Kerajaan Klungkung.


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Banjar Timbrah

Banjar Timbrah Desa Paksebali Kec. Dawan Kab. Klungkung

0

paksebali22914@qmail.com

Pura Dadia Panti Timbrah

Dusun Timbrah Desa Paksebali Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung

0

paksebali22914@qmail.com

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Maestro Karya Budaya

Jero Mangku Made Mustika (Pemangku Pura Panti Timbrah)

Banjar Timbrah Paksebali

0

paksebali22914@qmail.com

Drs. I Ketut Sujana

Bendesa Desa Adat Paksebali Kec. Dawan Kab. Klungkung

081999452404

paksebali22914@qmail.com

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047