Nyeraman

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101324
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Bali
Responsive image

Tari Seraman merupakan sebuah bentuk tarian sakral yang mengiringi perayaan upacara agama di Desa Adat Kebon Bukit, Desa Bukit, Kecamatan yakni di Pura Puseh Desa Adat Kebon Bukit setiap Umanis Kuningan sebagai persembahan rasa bhakti masyarakat yang tinggi atas dasar keiklasan. Selain di Pura Puseh desa setempat tarian ini juga kerap kali dipentaskan Hal ini erat kaitannya dengan keberadaan dan kemunculan tarian ini yang memiliki keterkaitan Kerajaan Karangasem pada masa itu.

SEJARAH:

Terkait sejarah penciptaan tarian ini tidak ada sumber tertulis yang menyatakan selain rangkaian cerita yang berkembang di masyarakat secara turun temurun. Menurut hasil wawancara dengan I Gusti Lanang Kebon (67 tahun) seorang tokoh adat dan pelaku seni Tari Seraman di Desa Adat Kebon Bukit, bahwasannya Tari Seraman ini ada sekitar abad ke 16-17 (1641 masehi) setelah kemenangan prajurit Kerajaan Karangasem dibawah pimpinan Raja Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem menaklukkan kerajaan-kerajaan di Lombok. Berdasarkan ceritera yang berkembang, Tari Seraman ini diciptakan adalah karena permintaan Raja Karangasem Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem kepada warga Desa Adat Kebon Bukit setelah dapat memenangkan peperangan agar menciptakan sebuah tarian untuk menghormati dan menghargai para ksatria yang berjuang dalam peperangan tersebut. Inilah cikal bakal dari terciptanya Tari Seraman yang dikategorikan ke dalam bentuk tarian sakral. Erat kaitannya dengan hal tersebut tarian ini juga kerap kali dipentaskan pada hari-hari tertentu di Pura Bukit, Merajan Puri Kanginan (Agung), Merajan Puri Kelodan dan Merajan Puri Gde Karangasem. 

Tari Seraman merupakan tarian sakral yang hanya dipentaskan di Pura-pura yang ada di Desa Adat Kebon Bukit khususnya dan di wilayah Karangasem umumnya. Dipentaskan pada hari-hari tertentu saat piodalan (upacara), seperti:

Ø  Hari Umanis Kuningan dipentaskan di Pura Puseh Desa Adat Kebon Bukit

Ø  Purnama Kapat di Merajan Puri Karangasem

Ø  Buda Kliwon Pahang dipentaskan di Merajan Puri Gde Karangasem

Ø  Purnama Kapat nemu Beteng (hari purnama kapat bertepatan dengan tilem) dipentaskan di Pura Bukit.

Selain melekat dengan ritual seperti pementasan yang disebutkan dilokasi Pura-pura diatas dengan proses upacara (sakralisme), Tari Seraman juga kerap ditampilkan di ajang budaya seperti Parade Budaya namun pertunjukkannya tidak bersifat sakral atau tidak melalui tahapan ritual, hanyalah simbolis semata hanya meniru gerakan dan pakaian tanpa melalui proses upacara/sakralisme. Hal ini bertujuan agar masyarakat umum bisa mengetahui sejarah perjuangan zaman Kerajaan Karangasem melalui tarian ini. Dengan demikian Tari Seraman ini sifatnya melekat dengan ritual (sakralisme) dan juga bisa berdiri sendiri.

KOMPONEN TARIAN:

Tari Seraman dapat disebut sebagai sebuah tari pertunjukkan sehingga memiliki komponen-komponen pendukung yang khas sebagai berikut :

1.      Penari

Penari pada Tari Seraman adalah sepasang laki-laki yang memerankan dua orang yang sedang bertarung dengan menggunakan senjata berupa tombak. Dalam sekali pementasan bisa ditarikan 2 sampai 3 adegan tari dimana dalam setiap adegan ditarikan oleh dua orang (sepasang) secara bergantian. Jadi jumlah penari akan tergantung dari berapa adegan tari yang dipentaskan.

2.      Ragam Gerak Tari

Gerak tari tidak seperti tarian Bali pada umumnya namun memiliki gerak yang sangat sederhana yang merupakan cerminan dari gerakan perang karena tarian ini merefleksikan situasi perang. Gerakan lebih banyak adalah spontanitas berupa gerak improvisasi seperti tinjakan (tendangan), ada lelucon, ada ekspresi serem, galak dan beringas.

3.      Tata Rias dan Busana

Busana yang digunakan oleh penari disesuaikan dengan perannya, apabila raja akan memakai kamben songket, saput songket, baju beludru warna hitam, udeng songket. Apabila peran seorang patih memakai udeng prada, saput prada, kamben prada dan keris sebagai tokoh utama seperti peran raja atau patih. Sedangkan bagi yang memerankan rakyat/prajurit biasa akan berbusana kamben dan saput poleng serta udeng dan tetap memakai keris. Penari tidak memakai riasan muka.

4.      Musik Iringan

Musik pengiring berupa gong abarung (lengkap) yakni gender, cengceng, kempluk, reong, kendang, gong, suling.

5.      Perlengkapan / Properti

Sebagai sebuah tarian yang melambangkan perang, Tari Seraman ini menggunakan tombak sebagai properti utamanya yang nantinya saling diayunkan ke arah lawan seperti halnya orang sedang berperang. Selain itu penari juga akan membawa sebuah keris yang diselipkan dipunggung atau dipinggang namun hanya sebagai kelengkapan busana.

6.      Sesajen

Sebelum mulai pementasan terlebih dahulu dilakukan ritual dengan menghaturkan sesajen berupa banten pejatian dan segehan agung serta tetabuhan sebagai sebuah doa agar pertunjukkan bisa berjalan lancar.   

7.      Tempat Pementasan

Pementasan tari ini biasanya dilaksanakan di areal Pura atau merajan tempat berlangsungnya upacara agama. Areal yang diperlukan agak luas supaya penonton atau masyarakat yang hadir tidak terkena senjata tombak yang dipergunakan penari.

8.      Tata Cara Pementasan :

a.       Diawali dengan Tari Pemahbah yakni tariannya biasa saja seperti layaknya tari topeng yang sering menjadi tontonan masyarakat pada umumnya. Dalam pembabakan tarian ini, ritme/irama gong pengiring ketika penari sedang pentas di arena dapat dikatakan masih datar tanpa adanya irama terlalu meninggi atau menurun.

b.      Tari Pengawak adalah tarian yang dilakukan oleh kedua penari dengan irama gong sebagai pengiring sedikit meninggi, seolah-olah sebagai pemicu dan pemacu kedua penari untuk melakukan pertarungan. Ketika itu gong pengiring ritmenya semakin meninggi dan pasangan penari pun saling memasang kuda-kuda untuk melakukan siat (tarung) dengan menggunakan tangan kosong dalam bentuk tarian yang dinamakan tarian tindak telu. Dalam pembabakan tarian tindak telu ini pertarungan yang dilakukan oleh kedua penari secara simbolis sama-sama menggunakan tangan kosong tanpa senjata yang akhirnya kedua penari tersebut dalam ceritanya mekaad (pergi) ke rumahnya masing-masing mengambil senjata tombak. Pada pembabakan ini penari sementara dapat jeda, ceritanya untuk mengambil senjata ke rumah masing-masing.

c.     Babak berikutnya sebagai babak terakhir adalah Tari Ngilehin Pengawin. Merupakan kelanjutan dari babak-babak tari sebelumnya yakni Tari Tindak Telu yang dalam simbul peperangannya menggunakan tangan kosong, sekarang setelah mereka dapat pulang (dalam ceritanya) langsung membawa senjata berupa tombak. Kemudian kedua penari ini bertarung kembali dengan sama-sama membawa senjata tombak. Babak tarian ini dinamakan Tarian Ngilehin Pengawin, dengan diiringi suara gong yang ritme dan iramanya semakin kencang dan nada semakin meninggi membuat ekspresi penari kelihatan semakin bringas dengan mengarahkan ujung tombak pada pasangannya yang dianggap sebagai musuh dalam tarian tersebut. Babak ini dilakukan beberapa putaran sampai tarian tersebut berakhir dengan menaruh tombak ditempat yang telah disediakan di Pura tempat Tari Seraman dipentaskan.

Tari Seraman memiliki beberapa fungsi yakni :

1.    Fungsi religius berkaitan dengan pelaksanaan upacara Dewa Yadnya,

2.    Fungsi Sosial Budaya. Tari seraman ini hidup dan berkembang di masyarakat dalam lingkup kehidupan masyarakat. Budaya karena merupakan sebuah karya budaya sedangkan sosial pementasan tarian ini tanpa memperhitungkan imbalan.

3.    Fungsi pengendalian sosial dan resolusi konflik. Bagi masyarakat Kebon Bukit, Tari Seraman adalah media komunikasi tradisional yang menjembatani komunikasi masyarakat baik antara masyarakat dengan para tokoh adat, tokoh agama,  maupun manusia dengan sesamanya. Selain itu, Tari Seraman ini diyakini mampu mempersatukan masyarakatnya.             

4.    Fungsi Pendidikan (Pembentukan karakter dan jati diri). Dalam proses pelatihan atau pembelajaran ini akan terbentuk karakter-karakter yang sifatnya mendidik, terutama karakter. Hal ini tentunya, dapat membentuk karakter dan jati diri khususnya bagi anak-anak dan generasi muda sesuai dengan fungsi dan makna (nilai-nilai positif).

5.    Fungsi Pelestarian. Sebagai sebuah tarian peninggalan masa lampau yang sampai saat ini tetap dijaga keberadaannya bahkan sampai dibentuk sekaa/sanggar seni khusus mempelajari tarian ini.

Sedangkan makna yang terkandung dalam Tari Seraman adalah :

1.      Makna Sakral

Di dalam tarian termaktub nilai-nilai spiritual Hindu yang diwakili oleh simbol-simbol dalam berbagai gerak (Bandem:1996). Tari Seraman oleh masyarakat Desa Adat Kebon Bukit masih sangat disakralkan karena mengandung nilai-niai sakral sehingga pementasan tarian ini hanya dilakukan pada hari-hari tertentu pada saat odalan (upacara agama) di areal pura.  

2.      Makna Kreatifitas berkesenian

Tari Seraman merupakan tarian sakral yang telah diwariskan secara turun temurun yang selalu di pentaskan untuk mengiringi upacara agama di Desa setempat dan Merajan Puri Karangasem. Sebagai sebuah bentuk tarian pengiring upacara sehingga perlulah untuk diajarkan kepada generasi-generasi berikutnya. Sehubungan dengan hal tersebut di Desa Adat Kebon Bukit ada sekaa atau sanggar untuk melatih menari bagi anak-anak dalam rangka mempertahankan keberlangsungan tarian ini. Hal inilah yang membuat tari Seraman memiliki makna kreatifitas berkesenian.

3.      Makna Solidaritas

Makna ini tercermin dari adanya kebersamaan antara orang tua dengan generasi dibawahnya yang menghimpun diri dalam sebuah sanggar tari untuk ngayah mempelajari dan menarikan tarian ini pada setiap upacara agama di Desa setempat.

4.      Makna Estetika

Setiap bentuk karya budaya tentunya mengandung nilai estetika atau keindahan. Demikian pula Tari Seraman melalui dinamika gerakan, busana yang digunakan dan juga iringan Gamelannya mencerminkan keindahan.

5.      Makna Identitas

Tari Seraman merupakan warisan leluhur yang wajib untuk dipertahankan yang tidak bisa ditemui di daerah lain. Keunikan sejarah penciptaan, busana penari, iringan gamelan, serta makna tariannya mencerminkan identitas Desa Adat Bukit


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Desa Adat Kebon Bukit

Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem

0

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

Maestro Karya Budaya

I Gusti Gede Wirya

Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem

0

0

I Gusti Lanang Kebon

Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem

0

0

I Gusti Ketut Merta

Banjar Dinas Kebon Bukit Desa Bukit, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem

0

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047