Belian Namang

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101320
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Kalimantan Timur
Responsive image

Belian Namang ditemukan oleh sosok siluman monyet atau berok (dalam Bahasa Kutai) bernama selimau. Selimau merupakan sosok siluman yang berkepala monyet dan berbadan manusia. Pada masanya selimau  dianggap sebagai sosok yang kuat dan sakti. Ketika itu selimau sedang membuat perahu ditepi sungai marang. Disaat selimau sedang asik membuat perahu, selimau  mendengar suara ribut di dalam hutan belantara. Rasa penasaran dan keingintahuan selimau, membuat selimau masuk kedalam hutan tersebut untuk melihat apa yang sedang terjadi. Ternyata didalam hutan tersebut selimau melihat beberapa monyet sedang berpesta. Mereka membunyikan alat musik sambil menari bersama-sama. melihat kejadian itu selimau tertarik dan ikut menari besama monyet tersebut. Sejak itulah muncul istilah upacara Belian yang sampai saat ini menjadi ritual Belian Namang.

            Belian Namang yang dalam proses spiritualnya disebut BENAMANG adalah salah satu ritual dalam tradisi SUKU KUTAI yang masih memegang kepercayaan ADAT LAWAS, yang kini masih dapat kita jumpai di Desa Kedang Ipil Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara. BELIAN NAMANG adalah salah satu jenis BELIAN yang hidup dan berkembang dalam tradisi SUKU KUTAI. BELIAN NAMANG adalah prosesi BENAMANG yaitu ritual MENCARI PEDARA yang artinya prosesi tarian BELIAN untuk mencari ROH ORANG MATI yang disebut PEDARA. Ritual ini biasanya dilaksanakan pada 15 (lima belas) hari kematian.

            Dalam kepercayaan KUTAI ADAT LAWAS, ROH orang yang sudah meninggal harus dicari, karena setelah meninggal roh orang tersebut menjadi asing di dalam arwah. Prosesi BENAMANG atau MENCARI PEDARA dimulai setelah masuk waktu malam, acara dimulai dengan BELIAN BEMEMANG atau membaca mantera-mantera tertentu. Setelah 2 sampai 3 jam BELIAN BEMEMANG dan membakar kemenyan maka mulailah belian berdiri dan berkeliling memutari SURIDING/SERIDING daengan Gerakan-gerakan tertentu diikuti oleh seorang belian pendampimg. Ritual ini diiringi oleh music yang terdiri dari KELINTANGAN yaitu 5 buah gong kecil, satu buah gendang sedang, satu buah gendang Panjang yang disebut PENYALIT, dan satu buah gong sedang.

Gerak yang dilakukan dalam ritual Belian Namang memang terlihat sederhana, namun dalam melakukannya dibutuhkan tenaga dan konsentrasi, agar gerakan yang satu dengan yang lainnya tidak bertabrakan. Tiap gerak yang dilakukan memiliki makna dan arti yang merujuk pada cerita atau dongeng-dongeng yang dipercaya oleh warga setempat. Gerakan ritual Belian Namang merupakan aspek-aspek dari gerak berjalan dan terbang. Dalam gerakan Belian Namang terdapat beberapa gerak yang dirubah dari gerakan murni, misalnya gerakan terbang ke khayangan. Gerak tersebut tidak sebenarnya dilakukan sebagaimana mestinya gerak terbang. Gerakan terbang diubah yaitu berputar dengan sangat cepat sambil memegang Benyawan (janur kuning yang berada ditengah) tanpa menginjak janur tersebut. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan koreografi dalam gerakan. Gerakan yang dilakukan dalam ritual Belian Namang lebih berpusat pada kaki, karena selama Gerakan ritual mereka terus berjalan berputar  sampai tarian berakhir.

          Kegiatan selanjutnya adalah makan kue Apem Bersama seluruh orang yang hadir. Acara makan kue Apem ini biasanya setelah lepas tengah malam atau menjelang subuh, tergantung seberapa cepat PEDARA tadi ditemukan oleh Belian. Pakaian Belian terdiri dari LAONG/LABONG yaitu topi Belian, Selebat atau selendang yang diikatkan dipinggang Belian, Tapeh Belian atau sarung yang dikenakan Belian dan Ngkorong atau giring-giring kecil yang dililitkan pada pinggang para Belian. Selain 2 orang Belian dan 4 pemain music yang tak kalah penting perannya dalam ritual ini adalah PERINGGIT yaitu para ibu-ibu yang mengukir atau membuat janur sebagai tambahan property dalam ritual tersebut.

          Ritual Belian Namang biasa diperuntukan sebagai ritual pengobatan, ritual upacara adat tradisi pada acara adat Erau dan ritual pencarian roh orang yang sudah meninggal setelah 15 (lima belas) hari kematian juga upacara penyuluhan Kepala Desa Kedang Ipil  selalu ditampilkan Tarian Belian Namang

Gerak yang dilakukan dalam ritual Belian Namang memang terlihat sederhana, namun dalam melakukannya dibutuhkan tenaga dan konsentrasi, agar gerakan yang satu dengan yang lainnya tidak bertabrakan. Tiap gerak yang dilakukan memiliki makna dan arti yang merujuk pada cerita atau dongeng-dongeng yang dipercaya oleh warga setempat. Gerakan ritual Belian Namang merupakan aspek-aspek dari gerak berjalan dan terbang. Dalam gerakan Belian Namang terdapat beberapa gerak yang dirubah dari gerakan murni, misalnya gerakan terbang ke khayangan. Gerak tersebut tidak sebenarnya dilakukan sebagaimana mestinya gerak terbang. Gerakan terbang diubah yaitu berputar dengan sangat cepat sambil memegang Benyawan (janur kuning yang berada ditengah) tanpa menginjak janur tersebut. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan koreografi dalam gerakan. Gerakan yang dilakukan dalam ritual Belian Namang lebih berpusat pada kaki, karena selama Gerakan ritual mereka terus berjalan berputar  sampai tarian berakhir.

Keterangan :         :  BELIAN                    : Arah hadap

Dalam penciptaan Gerakan ritual BELIAN NAMANG tentunya juga berdasarkan atas nilai dan norma yang berlaku dilingkungan masyarakat. Pada suatu acara adat ritual Gerakan serta alat musik pendukung merupakan bagian pelengkap dari upacara. Kebudayaan seperti ini diangkat sebagai sebuah bentuk tradisi yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat. Dalam ritual Gerakan BELIAN NAMANG tidak ada ketentuan khusus jumlah belian. Semua tergantung dari seseorang yang mengadakan hajat. Ritual BELIAN NAMANG dilakukan oleh laki-laki, Adapun syarat Ketika akan menjadi seorang belian, harus bisa menguasai mantera atau mamang yang selalu diucapkan Ketika melakukan Gerakan ritual. Tujuannya untuk memohon kepada leluhur supaya selama melakukan Gerakan diberi keselamatan. Oleh sebab itu jika ingin belajar Gerakan BELIAN NAMANG harus mempelajari manteranya terlebih dahulu. Ritual Belian Namang disajikan dalam bentuk tarian dan mantera, keduanya berjalan secara bersamaan. Mantera atau mamang dibacakan oleh salah satu sesepuh desa Kedang Ipil.Mantera yang dilantunkan dalam Belian Namang tidak semua orang bisa mempelajarinya. Bahasa dan pengucapan yang sulit membuat mantera ini tidak bisa dipelajari banyak orang.


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Lembaga Adat Desa Kedang Ipil

Jl. Jogo Wono RT.08 Dusun Kandua Raya Desa Kedang Ipil Kec. Kota ..Bangun Kab. Kutai Kartanegara.

081347421823

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

Maestro Karya Budaya

Nasri

Desa Kedang Ipil Kecamatan Kota Bangun Kabupaten Kutai Kartanegara

082352345278

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047