Madoja Bine

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101443
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Sulawesi Selatan
Responsive image

 

Maddoja Bine Merupakan salah satu ritual masyarakat agraris Bugis dalam proses bertani. Dalam bahasa bugis Maddoja berarti begadang atau berjaga, tidak tidur semalam suntuk, Bine berarti benih. Ritual Maddoja Bine adalah berjaga di malam hari menunggui padi yang di rendam sebelum ditaburi dipersemaian keesokan harinya. Ini sebgai bentuk penghormatan kepada Sangiang Seri (dewi padi menurut orang Bugis)

            Pelaksanaan Maddoja Bine merupakan upaya membujuk Sangiang Seri bahwa esok hari ia akan dilepas kepergiannya tapi diharapkan segera kembali dengan baik saat panen tiba.

            Petani melepas kepergian Sangiang Seri seraya mendoakan agar Sangiang Seri sehat selamat dan kembali dengan jumlah yang banyak dalam waktu tidak terlalu lama. Pada saat ritual Maddoja Bine berlangsung diadakanlah Massureq yaitu Pembacaan Sureg La Galigo.

            Massureq menjadi media untuk menghibur dengan media transmisi pengetahuan petuah-petuah dari orang tua.. secara umum struktur pelaksanaan ritual Maddoja Bine dibagi menjadi tiga bagian, yakni :

ü  pembukaan berupa pembacaan doa/mantra oleh sanro wanua

ü  pembacaan sureq (bernyanyi)

ü  penutup/doa keselamatan

Bagian pertama / pembuka dilakukan setelah benih padi yang telah direndam ditempatkan pada posisi bola (pusat rumah/tiang utama rumah) beberapa perlengkapan ritual seperti sesaji, perlengkapan pertanian, dan perlengkapan tata rias ditujukan kepada Sangiang Seri sebagai seorang perempuan yang dianggap senang berdandan sebagaimana layaknya wanita pada umumnya.

            Bahan-bahan sesaji yang disiapkan adalah rekko ota (daun sirih), pinang, daun paruh, benno, dupa, sokko (nasi ketan), pallisek (lauk), tello manuk (telur ayam), minyak bau’ (minyak kelapa), pucuk daun jati, dan kayu manis yang dicampur lalu dimasak, daun mayang, pesse pelleng (pelita lilin dari kemiri.

Tahap pertama ini dilakukan dengan pembacaan doa atau mantra disertai dengan pembakaran dupa/kemenyan dan penyalaan pesse pelleng lalu sesekali memercikan benih padi yang diperan

      Bagian kedua merupakan bagian pembacaan sureq Meong palo Karellae yang menceritakan pengembaraan Sangiang Seri (dewi padi menurut orng bugis) yang ditemui oleh kucing belang tiga warna sang pengawal setianya. Dalam cerita Meong Palo Karellae dikisahkan bahwa setelah Sangiang Seri mengembara bersama kucing pengawalnya maka di Barrulah dia betah menetap karena mendapatkan perlakuan yang baik dari penduduk setempat, Sangiang Seri melihat penduduk hidup rukun dan damai, suka bekerja keras, mempunyai etika dan selalu memuliakan dan berseru kepada Dewata (Patotoe).

     
Bagian ketiga atau penutup. Dalam bagian ini dilantunkan doa-doa keselamatan bersama doa ini berupa pengharapan agar apa yang akan dilaksanakan petani dapat memberikan keerkahan bagi orang sekampung.

     Fungsi utama pelaksanaan Maddoja Bine adalah sebagai ritual. Ritual pada umumnya merupakan kegiatan kolektif yang ditujukan kepada yang gaib dengan tujuan untuk mendapatkan suatu kemujaraban dan pertolongan. Selain berfungsi sebagai ritual, Maddoja Bine juga mengemban beberapa fungsi sebagai berikut :

       Fungsi sosial, dapat dilihat saat pelaksanaan Maddoja Bine yang secara kolektif melibatkan berbagai lapisan masyarakat.

        Dengan melakukan tradisi Maddoja Bine masyarakat diingatkan agar senantiasa menjaga keharmonisan relasi sosial diantara mereka sebagaimana disyaratkan oleh Sangiang Seri.

 

     Fungsi Maddoja Bine dalam masyarakat adalah menjadi sarana komunikasi ritual menempatkan Patotoe (tuhan yang maha esa) sebagai pusat pengaturan kosmos. Dalam konteks ini Maddoja Bine mempunyai tujuan utama agar manusia dapat menjalin hubungan dengan Patotoe Tuhan yang Esa sang penentu nasib. Hubungan yang terjadi yakni antara manusia(Petani) dengan Patotoe (tuhan yang esa) merupakan huubungan yang bersifat vertikal, yaitu hubungan yang berkuasa dengan yang dikuasai, hubungan yang terjalin dengan baik akan menimbulkan dampak yang baik bagi petani, begitu pula dengan hubungan yang baik yang tercipta antara dengan entitas gaib lainnya, akan menghindarkan petani dari gangguan makhlu gaib. Selain itu Maddoja Bine sebenarnya juga menjadi sarana komunikasi horizontal dengan sesama manusia. Relasi horizontal yang baik pada akhirnya akan menciptakn keharmonisan sosial yang terbangun dengan baik.

 

 


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Komunitas Karya Budaya

H. Andi Hendra (Kepala Desa Binuang

Desa Binuang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru

081342622132

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Maestro Karya Budaya

: I Tangang

Desa Binuang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru

082259397773

-

Andi Nurwana

Desa Binuang Kecamatan Balusu Kabupaten Barru

085144014607

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047