Bangkong Reang

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101248
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

 Kesenian Bangkong Reang merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang berasal dari daerah Jawa Barat, tersebar di beberapa tempat diantaranya yaitu di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung, dan di Desa Cikawung, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, serta di luar Kabupaten Bandung seperti di Desa Pagelaran, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur.

Istilah Bangkong Reang sendiri merupakan perpaduan dari kata “Bangkong” dan “Reang”. Kata “Bangkong” merupakan istilah nama sejenis hewan yang berarti “Katak” dalam bahasa Indonesia, sedangkan kata “Reang” mengandung arti terdengar suara banyak orang atau binatang. Dengan demikian, kesenian Bangkong Reang merupakan sebuah kesenian tradisional yang dalam pementasannya terilhami dari suara “Katak” yang bersahut-sahutan dan membentuk suatu pola irama musik tertentu.

Alat musik yang digunakan dalam Bangkong Reang ada 2 jenis yaitu alat musik bambu dan alat musik gembyung. Komposisi pemain Bangkong Reang terdiri dari 2 pemain buyung, 6 pemain keprak, 1 pemain kolotok, 2 pemain rengkong. Struktur pertunjukan Bangkong reang terbagi menjadi 3 bagian yaitu: gerakan pembuka, lagu, gerakan yang diiringi oleh lagu penutup. (Wulansari, 2014 dan Wawancara Meman, 2020)

Kesenian Bangkong Reang merupakan salah satu kesenian tradisional yang lahir dan tumbuh, serta berkembang dalam kehidupan masyarakat di Desa Lebak Muncang, Kab. Bandung sebagai hasil penciptaan atau penerapan nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari akar budaya masyarakat setempat. Keberadaan kesenian tersebut dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain, letak geografis, pendidikan, mata pencaharian, kepercayaan dan lain-lain. Namun aspek yang paling menonjol dan mempengaruhi munculnya kesenian ini  adalah mata pencaharian hidup dan kepercayaan. Dengan demikian kesenian ini pada umumnya ditampilkan pada ritual perayaan panen padi.

Masyarakat yang berada di daerah pedesaan pada umumnya menganut sistem ekonomi tradisional, dengan pola produksinya yang berdasarkan pada tenaga keluarga, termasuk menggembala ternak. Begitu pula dengan kesenian Bangkong Reang yang awalnya berasal dari permainan rakyat di Desa Lebak Muncang yang dilakukan penggembala kerbau atau domba untuk menghilangkan kejenuhan saat menggembala.

Kebiasaan setiap warga masyarakat dalam berkomunikasi dengan individu yang lainnya, berkorelasi dengan sifat dan karakter budaya pada masyarakat agraris. Pada akhirnya kebiasaan tersebut berkembang menjadi kesenian tradisional sebagai hiburan pelepas lelah  sebagian masyarakat di Desa Lebak Muncang. (Wulansari, Nadya Fitri, 2014)

Selain itu, pada masyarakat agraris tradisional berkembang suatu mitologi yang menunjukan sebuah jenis kesenian tradisional musik bambu yang masih berkembang dalam masyarakat Sunda, mencerminkan kepercayaan terhadap nenek moyang (animisme) yang dalam pementasannya sebagai sarana ritual menghormati Dewi Sri atau Nyi Pohaci. Dalam mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah, biasanya masyarakat ekspresikan dalam bentuk pementasan karya kesenian musik bambu, termasuk didalamnya Bangkong Reang.

Bangkong Reang mulai mengalami pergeseran fungsi tidak hanya sekedar seni pertunjukan sebagai sarana ritual saja, melainkan juga menjadi kesenian yang dipentaskan dalam berbagai acara seperti peringatan hari-hari besar nasional, hajatan, baik pernikahan maupun khitanan. Kesenian Bangkong Reang dipertunjukan dalam acara hajatan yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik yang berasal dari sekitarnya maupun luar daerah, walaupun dengan intensitas pementasan yang masih jarang, Pada tahun 1970-1990 kesenian Bangkong Reang mengalami puncak perkembangan digemari generasi muda maupun tua dan hampir selalu terlihat dalam berbagai acara yang diselenggarakan oleh masyarakat sekitarnya maupun luar daerah, bahkan dapat tumbuh dan berkembang di luar daerah Kabupaten Bandung seperti Cianjur. (Sopian, 2016)

Namun, setelah itu mulai kehilangan unsur ritual, mengalami pergeseran fungsi hanya sebagai sarana hiburan saja, dikarenakan aspek kehidupan masyarakat yang mengalami perubahan, baik dalam interaksi sosial antar individu maupun kelompok dan lembaga sosial, serta mata pencaharian. Pada tahun 2005 kesenian Bangkong Reang, mulai menampakan eksistensinya, dengan melakukan pertunjukan diberbagai acara yang diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten Bandung. Menginjak tahun 2010 kesenian Bangkong Reang berkembang sebagai jenis kesenian tradisional yang dapat diperhitungkan, hal ini dibuktikan dengan kesenian Bangkong Reang menjadi salah satu seni unggulan yang mewakili pemerintah Kabupaten Bandung dalam festival seni dan budaya, baik pada tingkat lokal maupun regional, bahkan nasional. Pada tahun 2012 menurut data Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung menyatakan bahwa kesenian Bangkong Reang berada dalam daftar kesenian yang hampir punah. Memasuki tahun 2013 dalam rangka upaya pelestarian dan mengangkat budaya lokal, pemerintah kembali menggelar festival budaya Jawa Barat yang merupakan kegiatan tahunan Dinas Parawisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 17-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Gema panglipur

Kp Cijaura Desa lebak Muncang kecamatan Ciwidey

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 17-01-2022

Maestro Karya Budaya

Pa Meman

Kp Cijaura Desa lebak Muncang kecamatan Ciwidey

-2

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 17-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 17-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047