Tidi Da'a

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101347
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Gorontalo
Responsive image
 

Di istana raja (olongia) pada waktu dulu terkenal dua jenis tidi (tari) yaitu tari yang digunakan untuk menghibur para pembesar istana yang ditarikan biasanya oleh dayang-dayang atau putri kerajaan istana, dan tidi yang secara khusus ditarikan oleh permaisyuri raja. Tari jenis inilah yang disebut   Tidi Da’a. Adapun tarian yang dilakukan oleh putri atau dayang-dayang terdapat tujuh jenis yaitu Tidilo Malu'o, Tidi lo Oayabu, Tidi lo Tonggalo, Tidi lo PolopaloTidi lo Tihu'o,. Tidi lo Tabongo dan Tidi lo Bitu’o. Perkataan Da’a pada Tidi Da’a artinya adalah besar atau agung/mulia. Besar dalam pengertian tidak sembarang orang diperkenankan untuk menarikan tari ini, cukup para permaisyuri dan puteri dalam lingkunnan istana kerajaan. Untuk saat sekarang Tidi Da’a ini khusus ditarikan oleh pengantin puteri sebagai bukti keanggunan seorang puteri yang siap menerima seorang pangeran yang kelak mendampingi hidupnya.

Karena merupakan tidi lo Yiladia maka kelahiran Tidi Da’a pun tidak lepas dari kelahiran Tari Klasik Gorontalo itu sendiri. Tari Tidi merupakan tarian klasik Gorontalo yang berkembang pada abad ke 17 dan 18 di kalangan istana, yaitu raja-raja dan kaum bangsawan, yang memiliki kristalisasi artistik yang tinggi dan telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang sehingga memiliki nilai Tradisional. Kata tidi menguatkan bahwa tarian ini merupakan jenis tarian klasik yang terlihat dari busana, gerakan tari, properti tari semua bernilai moral. Pada masa pemerintahan Sultan Eyato sejak tahun 1672 tidi termasuk Tidi Da’a merupakan tarian wajib kalangan istana. Akan tetapi jika dikaitkan dengan keberadaan agama Islam sejak Amai memerintah tahun 1523 dan kemudian masuk Islam dan mengislamkan rakyatnya, jika dikaitkan dengan adat maka tarian istana sudah dberlakukan sejak tahun 1525. Akan tetapi berkembang pasat dan menjadi wajib adalah pada masa pemerintahan Sultan Eyato. Daulima (2006:20) mengemukakan bahwa busana adat yang diapakai dalam Tidi Da’a dan semua artibut melambangkan empat keterikatan yaitu keterikatan dalam menjalankan syare’at Islam, keterikatan sebagai ratu rumah tangga, keterikatan dalam menjalin kekerabatan antar keluarga tetangga dan masyarakat, dan keterikatan (membatasi diri) dalam pergaulan sehari-hari. Dari makna busana adat dan semua atribut serta aksesorisnya melambangkan keterikatan seorang putri dalam (1) menjalankan syareat Islam, (2) sebagai ratu rumah tangga (3) menjalin kekerabatan antar  keluarga, tetangga dan masyarakat (4) pergaulan sehari-hari (5) menjalankan hak dan kewajiban dalam struktur rumah tangga sesuai adat dan syara’ menuju rumaah tangga sakinah mawaddah warrahmah     

                                            .
             Tidi Da'a adalah salah satu tari klasik yang dilaksanakan/ditarikan oleh calon pengantin puteri pada saat akan berumah tangga dengan maksud memohonkan keikhlasan dan restu kedua orang tua atas segala kesalahannya selama masa remaja. Tari ini diperagakan oleh calon pengantin puteri di Yiladiya/Istana/Pelaminan serangkaian dengan pelaksanaan upacara adat perkawinan. Alat yang digunakan disebut "ladenga" yang berbentuk bulat/lingkaran sebagai ibarat bahwa pengantin puteri akan memasuki bahtera rumah tangga dengan memohon restu kedua orang tua dan berserah diri kepada Allah SWT agar rumah tangga mereka menjadi rumah tangga yang diredhai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tari ini dilaksanakan/ditarikan oleh pengantin puteri pada malam/siang hari pada saat setelah pelaksanaan akad nikah dan tak dapat ditampilkan sebagai penghibur tamu dan tidak dapat ditarikan /diwakilkan kepada orang lain yang bukan calon pengantin puteri.

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Reinyers Bila, seorang maestro Tidi, beliau menjelaskan sekitaran tahun 1970an bahwa Tidi Da'a mulai ditarikan kembali setelah ada permintaan dari seorang ketua DPRD pada waktu itu  untuk ditarikan oleh putrinya pada acara pernikahannya. Saat itu bersama tim Reinyers Bila mulai menggarap kembali berdasarkan penuturan penari  Tidi Da'a yaitu ibu Tuti Wartabone Gobel ibunda dari Wakil Bupati Kabupaten Bonebolango saat ini bapak Kilat Wartabone. Reinyers Bila dkk mulai menggarap kembali Tari Tidi Da'a serta menciptakan lagu serta iringan rebana. Lagu yang dipilih saat itu lagu dengan suasana sedih tapi syarat akan makna.


           Adapun tata cara Pelaksanaan Tidi Da’a, sebagai berikut;

1)      Pelaku/ penari: anak Raja (puteri Raja) yang menjadi pengantin perempuan;

2)      Jumlah penari: satu orang yakni pengantin wanita dan disaksikan langsung oleh mempelai wanita

1)      Busana adat: Bili’u lengkap terbuat dari emas, yang berasal dari warisan turun temurun.

2)      Hiasan dada: kecubu panjang dengan kalung terbuat dari wulu (manik-manik);

3)      Alat tari: permadani khusus yang dialaskan sebelum menari didepan pu’ade. Permadani inipun adalah permadaniwarisan dari leluhurnya yang hanya boleh dipakai oleh turunannya secara garis lurus. Selesai menari permadani disimpan kembali pada buluwa lo pake;

4)      Musik iringan: musik iringan rebana

5)      Lagu iringan: Lagu Tidi Da'a  

6)      Tempat: istana atau yiladiya, di depan pu’ade.

7)      Waktu pelaksanaan: setelah pelaksanaan prosesi akad nikah

8)      Yang hadir: kerabat kedua belah pihak, para Tulaibalaa dari Buwatulo to wulongo atau pejabat kerjaan,  Pemerintah, pemangku adat dan pegawai syara’)             .
    

URUTAN-URUTAN GERAKAN
    1. Penghormatan
    2. Mohon Petunjuk dari Allah SWT
    3. Memohon restu orang tua dengan jalan mengelilingi "ladenga"
    4. Memohon ampun atas segala dosa sejak lahir sampai memasuki Rumah Tangga
    5. Memohon restu keluarga kedua belah pihak bahwa calon mempelai puteri menjadi anggota

 

        keluarga dari calon mempelai putra.
    6. Penghormatan bahwa Tidi Da'a selesai.
 
    SYAIR LAGU
Bisimillah Tumulalo                                Bismillah dimulai
Tidi Da'a To'u mulo to Hulonthalo          Tidi Da'a dahulu di Gorontalo
Ti Mbu'i Potodipo                                     Sang ratu menarilah
Potiti Lumboyoto                                      Dengan lemah gemulai
Umo Piyo dumo'oto                                  Yang terbaik dari  dalam (jiwa)
 
Dila potiti langgoto                                    Janganlah angkuh
Modehu to pangato                                    Akan jatuh martabatmu
Batanga potidupapa                                    Diri direndahkan
Ode Eya ta malo kawasa                            Kepada Allah yang berkuasa
Wu Eya'u                                                    Ya Tuhanku
Wu Eya, Ta yilopowali                              Ya Allah yang menjadikan aku
Wu Eya'u                                                    Ya Tuhanku
Wu Eya, Yio tamalo Otabi'u                       Ya Allah, engkau yang kurindukan
 
Ambunguwa mayi dusa'u                            Ampunilah dosaku
Ambunguwa mayi dusa'u                            Ampunilah Dosaku
Wolo Tonula, to tala'u                                 Dengan semua kesalahanku
 
Tidi Mayilapato                                           Tidi sudah selesai
Ma'apu mongo bubato                                 Maafkan para Hadirin
Wolo mongo wutato                                    Dengan Kerabat saudara
Woluwo diya sanangi                                  Jika ada yang tidak disenangi
Ma'apu ngo'a'ami woluwo u tilala               Maafkan semuanya apabila ada yang salah
Dila Binggila banthala                                 Jangan disimpan dan dipendam (2x)
  

 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Dr. Ester Yunginger, M.Pd (praktisi tari)

Desa Dutulanaa Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo

085240320556

-

Dr. Hj. Sunarty Eraku, M.Pd

Jalan Taman Surya Nomor 8 Kota Gorontalo

085342855338

Narty_eraku@yahoo.co.id

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Maestro Karya Budaya

Ha. Reinyers Bila A.Ma, Pd

Jl. Yusuf Hasiru No. 40 Desa Ayula timur Timur Kecamatan Tapa

085240320553

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047