Setiap setahun sekali, masyarakat Melayu Lingga memperingati hari Asyura pada setiap sepuluh hari bulan Muharram. Pada hari Asyura disunahkan untuk berpuasa sunat. Ibnu Abbas seorang sahabat juga sepupu Rasulullah SAW, meriwayatkan bahwa saat Nabi berhijrah ke Madinah beliau menjumpai orang-orang Yahudi di sana mengerjakan puasa Asyura. Nabi bertanya tentang alasan mereka berpuasa, lalu mereka mengatakan pada hari itu Allah telah melepaskan Musa dan umatnya dari Fir’aun serta balatentaranya. Mereka berpuasa karena bersyukur kepada Allah SWT. Nabi bersabda “Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka.”. Selanjutnya Nabi berpuasa pada hari itu dan menyuruh sahabatnya agar berpuasa juga. Mengenai hari Asyura dalam satu Hadist dinyatakan, Abu Musa al-Asy’ari mengatakan, “Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan dijadikan mereka sebagai hari raya, maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihiwassalam bersabda berpuasalah kamu sekalian pada hari itu.” (H.R Bukhari Muslim)
Tradisi ini telah lama berkembang sejak zaman Kerajaan Lingga-Riau .Di Lingga, setiap kampung-kampung memperingati hari Asyura dengan bergotong-royong membuat bubur Asyura yang selanjutnya dibagikan kepada setiap rumah penduduk. Bubur Asyura dijadikan santapan berbuka bersama puasa hari Asyura di Masjid atau pun surau. Sebagian kampung melaksanakan pembuatan bubur Asyura di halaman Masjid atau Surau secara bergotong-royong. Uang untuk membeli bubur Asyura berasal dari sumbangan masyarakat kampung. Bubur Asyura yang dibuat terdiri dari dua jenis sesuai pilihan, yakni ada bubur lemak dan manis. Bedanya bubur manis tidak menggunakan rempah-rempah dan hasil laut. Bubur manis hanya ditambahkan pulut hitam dan hanya menggunakan gula sebagai pemanis rasa. Bubur Asyura berbahan dari hasil bumi terutama biji-bijian. Untuk bubur lemak ditambah beberapa hasil laut seperti udang dan cumi-cumi.
Bahan-bahan membuat bubur lemak Asyura: 1. Beras 2. Pulut putih 3. Kacang hijau 4. Kacang tanah 5. Kacang kedelai 6. Kacang Merah 7. Jagung halus 8. Keledek 9. Keladi 10. Ubi 11. Kentang 12. Kacang kuda 13. Wortel 14. Udang 15. Nos celur (cumi-cumi) 16. Cabe merah 17. Lada hitam 18. Ketumbar 19. Bunga lawang 20. Jintan putih 21. Adam manis 22. Kayu manis 23. Garam 24. Halia 25. Bawang merah 26. Bawang putih 27. Bawang besar 28. Telur ayam 29. Bawang goreng 30. Air tawar
Cara membuat: 1. Beras, pulut putih, kacang hijau, kacang tanah, dan kacang kedelai digongseng sampai matang 2. Kacang merah, jagung halus, keledek, keladi, ubi, kentang, kelapa, wortel, dan kacang arab direbus sampai matang 3. Ketumbar, bunga lawang, jintan putih, adam manis, kayu manis, garam, halia dan ikan bilis di tumbuk sampai lumat sebagai bumbu bubur. 4. Masukkan air ke dalam periuk hingga melegak 5. Masukkan bahan-bahan yang telah digongseng 6. Kacau bubur hingga merata 7. Masukkan santan kelapa dan biarkan sampai panas 9. Masukkan udang dan nos 10. Masukkan lada hitam 11. Setelah bahan-bahan mengembang menjadi bubur, masukkan bahan-bahan yang telah direbus 12. Masukkan bumbu yang telah ditumbuk lumat, potongan cabe merah dan potongan bawang besar 12. Kacau bubur hingga merata dan biarkan sampai matang 18. Jika bubur telah matang matikan kompor dan siram dengan tumisan bawang merah dan bawang putih 19. Bubur yang dihidangkan, diberi potongan telur dadar dan taburan bawang goreng
Adapun makna dari bubur asyura adalah Mempererat silaturrahmi antar sesama, gotong royong, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, berbagi rezeki, dan berbudi pekerti. |
Peringatan Asyura ini juga menjadi salah satu cara orang melayu mempererat silaturrahmi antar warga. Bekerjasama serta bergotong royong mulai dari menyiapkan bahan-bahan memasak hingga menggelar doa serta memuliakan anak yatim.
Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya