TRADISI MAULUD NABI MUHAMMAD SAW DI KABUPATEN LINGGA

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101526
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Kepulauan Riau
Responsive image

Dalam tradisi Melayu Lingga, dalam setiap tahun dilaksanakan Maulud Nabi Muhammad SAW di setiap Masjid dan Surau. Tradisi Maulud Nabi di Lingga merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhamamd SAW yang dilaksanakan di Masjid atau pun surau oleh masyarakat. Peringatan maulud nabi setiap tahun dilaksanakan tanggal 2 Rabi’ul Awwal atau pun dipilih hari-hari tertentu setelahnya. Pelaksanaan Maulud Nabi dilakukan hingga sampai bulan Jumadil Akhir. Tujuan dari Maulud Nabi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena umat Islam lepas dari kesesatan dan jahiliyah karena dilahirkannya manusia mulia yakni Nabi Muhammad SAW. Bukan saja ungkapan rasa syukur, tetapi Maulud Nabi dilaksanakan sebagai bentuk kecintaan kepada Rasulullah SAW dan mudah-mudahan orang Melayu dapatlah kiranya mengikuti sunnahnya.

            Sebagian pihak di luar lingkungan Islam Nusantara menyatakan Maulud Nabi sesuatu bid’ah dhalalah karena tidak pernah dilakukan di zaman Nabi, Sahabat, dan Tabi’in. Sehingga mereka menganggap tradisi Maulud Nabi yang dilakukan oleh orang Melayu dianggap sesat, dan setiap sesuatu yang sesat akan masuk neraka. Pendapat mereka itu, tidak benar dan dibantah oleh para ulama Melayu yang mengikuti faham Ahlussunnah wal-jamaah. Menurut Imam Abu Syamah guru Imam Nawawi tentang Maulud Nabi (dalam Muhammad Fadhlullah Suhaimi al-Zahari, 1345 H/1926 M:5) dnyatakan:

 

Setengah daripada sebaik-baik perkara yang direka pada zaman kita sekarang yaitu yang diperbuat tiap-tiap tahun pada hari yang menyamai bagi hari diperanakkan Rasulullah SAW daripada membahagi sedekah-sedekah dan dan berbuat kebajikan dan menzahirkan perhiasan dan kesukaan maka karena bahwasanya perbuatan yang demikian beserta apa yang ada padanya daripada berbuat sedekah dan kebajikan kepada faqir-faqir yaitu ada menandakan cinta akan Nabi SAW hingga akhirnya.

 

Dalam segi sejarah terdapat perbedaan pendapat, ada yang manyatakan  Maulud Nabi mulai dilaksanakan di zaman Dinasti Fatimiah di Mesir dan ada juga yang mengatakan di zaman Sultan Salahudin al-Ayubi. Tradisi Maulud Nabi selanjutnya masuk ke Lingga seiring masuknya cahaya Islam di alam Melayu. Di istana Kerajaan Sultan Lingga-Riau di Lingga, Maulud Nabi menjadi tradisi rutin yang diselenggarakan pihak istana dalam setiap tahun. Bahkan pihak istana menentukan kedudukan orang tertentu di balairung sri saat mengadakan Maulud Nabi. Dalam salinan Versluit Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf tentang pengangkatan Encik Salmah, isteri Datok Syahbandar Ismail sebagai penghulu Balai di Istana Lingga-Riau dan disertai tentang tugas-tugasnya, ada menyangkut tentang kedudukan Tuan Imam negeri di dalam balairung sri. Mengenai hal ini, dalam aturan yang ketujuh dinyatakan:

 

Ada pun Tuan Imam  di negeri, maka dapatlah jua satu paha atau semberib hidangan , dan tatkala membaca Maulud, jemputlah ia duduk di hujung seri balai bersama-sama orang alim-alim, kerana memulakan membawa dan membaca doa; dan jika ada tempat lapang, dapatlah jua ia makan di hujung seri balai itu, pada satu hidangan bersama-sama dato’-dato’ di negeri (Samad Ahmad, 1985:69)

 

            Di Lingga, sebelum melaksanakan Maulud Nabi, pihak pengurus Masjid atau Surau akan menentukan hari pelaksanaan. Setelah itu, pengurus akan memberi tahu kepada masyarakat sekitar untuk memberikan hidangan dan hadiah berkat kepada tamu jemputan. Hadiah berkat merupakan bunga yang diberi tangkai kayu dan diberi sebutir telur ayam yang telah direbus berwarna merah. Telur kemudian dicacakkan di atas wajik yang berada di dalam gelas kaca. Berkat bermakna orang yang memberi dan diberi bersuka cita dan berharap mendapatkan berkah dari Allah SWT karena telah memperingati Maulud Nabi. Untuk hidangan, di daerah Kelurahan Daik, masyarakat dari setiap rumah tangga hanya menghidangkan nasi dagang, kue, air manis  dan air tawar. Setiap hidangan yang disediakan dikhusukan untuk lima orang tamu. Di desa-desa lainnya masyarakat dari setiap rumah tangga menyediakan hidangan untuk lima orang yang terdiri dari nasi, lauk lima jenis, kue, air tawar dan air manis.

            Pengurus Masjid atau surau yang telah menetapkan hari Maulud Nabi selanjutnya mengadakan jemputan secara lisan lewat seorang tukang jemput ke masyarakat dan pengurus Masjid atau surau di kampung-kampung tetangga. Pelaksanaan Maulud Nabi dilaksanakan selepas Zuhur. Di Lingga pelaksanaan Maulud Nabi dengan mengadakan berzanji oleh sekelompok orang, dipimpin seseorang yang disebut khalifah. Berzanji yakni membaca kitab ‘Iqd al-Jawahir karangan Ulama besar Madinah yakni Syaikh Ja’far al-Barzanji (1711-1766). Kitab ‘Iqd al-Jawahir mengandungi kisah kelahiran hingga wafatnya Rasulullah SAW. Berzanji dilaksanakan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Setelah selesai berzanji para tamu jemputan yang datang diminta menyantap hidangan yang telah disediakan.

Jejamuan yang disiapkan  mulai dari makan merampe lalu hidangan besar (makan berhidang) baik di talam, di safrah maupun di paha (talam berkaki).

Tujuan diadakankannya acara Maulud Nabi atau adalah suatu prosesi di dalam adat melayu merupakan puji-pujian kepada Allah SWT dan Rasul-Nya karena orang melayu identik sekali dengan agama Islam.

 Waktu pelaksanaan Maulud Nabi Muhammad SAW mulai pukul 08.00 Wib – selesai.

 Alat-alat yang digunakan pada acara tersebut terdiri dari :

  1. Kitab Maulud Nabi Muhammad SAW
  2. Rehal/Bantal susurari yang dilapis kain (penghalas kitab)
  3. Embat-embat, untuk perenjis pewangian ketika jemputan Maulud Nabi sedang membaca i’ndama (bagian dari kitab)
  4. Berekat (telur merah,wajik sejenisnya, bunga rampai yang telah diisi di dalam kembal, yang di tusukkan secelis bambu yang diraut dan dihiasi sekuntum bunga (disebut bunga tajuk), serta sebuah gelas/sejenisnya)
  5. Hidangan kue mueh, seperti : dodol megan, dodol kentan , halwa telur ,penganan bakar,penganan kentang.
  6. Hidangan nasi, lauk pauk dan air
  7. Air  pancang di dalam botol labu

Adapun tata cara pelaksanaannya (kekhasan Lingga) yaitu

·         Diawali dengan makan merampe

·         Membaca salawat Nabi, Indama, Patarkol dimulai dari 08.00 Wib pagi

·         Sepertiga bacaan disuguhi hidangan kue mueh dalam jumlah ganjil

·         Kemudian pembacaan dilanjutkan lagi sampai selesai

·         Ditutup do’a

·         Makan besar secara berhidang

·         Peserta yang mengikuti maulud Nabi Muhammad SAW di renjis dengan air wangi-wangian tanpa alkohol yang sudah disiapkan

·         Kemudian setiap orang dibagi berekat (cenderehati)  yaitu wajik yang diisi didalam gelas yang  diletakkan bunga dan telor diatasnya yang kemudian di bungkus rapi dalam kantong sebagai ucapan terimakasih.

Perayaan maulud Nabi Muhammad SAW ini dilaksanakan dengan cara menjemput para pemaulud ( orang yang melaksanakan Maulud ) di setiap kampung-kampung dan pengurus Masjid dan Surau dengan menggunakan pakaian baju kurung Melayu. 

Waktu pelaksanaan Maulud Nabi Muhammad SAW yaitu mulai dari pukul 08.00 WIB hingga Ashar.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022

Komunitas Karya Budaya

AMRAN, A.Md

Jl. Raja Muhammad Yusuf Daik Lingga, Kabupaten Lingga

081371197962

SYAMSUL ASRAR, S.ST, MM

Jl. Istana Robat Daik Lingga

081277799773

syamsul.asrar@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022

Maestro Karya Budaya

H. Abdul Gani Ar

Daik Lingga

0

Nadar

Daik Lingga

085253651234

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047