MANAKIB SAMMAN PULAU LINGGA

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101527
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Kepulauan Riau
Responsive image

Lingga sebagai pusat Kerajaan Johor, Pahang, Riau dan Lingga (1787-1830) dan Lingga-Riau (1830-1900) pernah berkembang subur beberapa aliran tarekat. Tarekat berasal dari bahasa Arab yang berarti jalan. Menurut Mulyadhi Kartanegara (2006:15) “Tarekat kemudian dipahami sebagai jalan spritual yang ditempuh seorang sufi.” Mulyadhi Kartanegara menyatakan juga “Nama tarekat tersebut biasanya dinisbahkan kepada nama-nama pendirinya, atau julukan yang diberikan oleh para pengikutnya. Karena itu, kita mengenal tarekat Qadiriyah, Sadziliyah atau Maulawiyah yang dinisbahkan kepada julukan ‘Maulana’ (guru kami) yang diberikan murid-murid Rumi kepadanya.”

Di Lingga zaman Sultan Mahmud Riayat Syah (1787-1812) di wilayah Daik telah berkembang tarekat Syatariah. Bisa dilihat dalam manuskrip simpanan Adnan di Desa Kerandin Kecamatan Lingga tentang adanya tarekat Syatariyah di Daik. Dalam manuskrip berisikan tulisan silsilah tarekat Syatariyah yang diikuti oleh seseorang yang bernama Encik Pung tinggal di sekitar tepian Sungai Daik yang berguru dengan Tuan Haji Muhammad orang Mantaram. Dalam manuskrip, silsilah tarekat Syatariah yang diikuti Cik Pung, di tulis pada 1 Zulhijah 1219 Hijriah (3 Maret 1805)

Penghujung zaman Kerajaan Lingga-Riau, berkembang tarekat Naqsabandiyah Mujadiddiyah al-Ahmadiyah di Daik. Pusat penyebaran tarekat ddi istana Robat milik Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi. Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi berguru dan berbai’at tarekat Naqsabandiyah Mujadiddiyah al-Ahmadiyah dengan Said Muhammad Saleh al-Zawawi. Selanjutnya Yang Dipertuan Muda Muhammad Yusuf menjadi imam tarekat di Daik. Orang-orang Lingga pada masa itu yang ingin mengikuti tarekat Naqsabandiyah Mujadiddiyah al-Ahmadiyah akan datang ke istana Robat untuk berguru atau berba’at kepada Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf. Sebagai pengikut dan imam tarekat Yang Dipertuan Muda Raja Muhammad Yusuf diberi gelar Maulana Yamtuan Raja Muhammad Yusuf al-Ahmadi.

Di masa ini tarekat di Lingga boleh dikatakan telah punah dan tidak berkembang lagi. Walau pun telah punah, tokoh pendiri tarekat Sammaniyah yakni Syaikh Muhammad Samman masih dikenal di beberapa kampung atau Desa di Lingga. Pendiri tarekat Sammaniyah adalah Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Samani Al-Hasani Al-Madani (1718-1775 M). Tarekat Sammaniyah bagian dari cabang Tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Syeh Abul Hasan Asy-Syadzili. Dalam sejarah Kerajaan Lingg-Riau, tarekat Sammaniyah pernah diikuti oleh Yang Dipertuan Muda Riau Raja Ali marhum pulau Bayan (1784-1806). Raja Ali yang berkedudukan di Riau beguru tarekat Sammaniyah dengan Syaikh Abdul Ghafur orang Madura. Dalam Tuhfat al-Nafis, Raja Ali Haji mengisahkan, “Adalah gurunya itu orang Madura namanya Syekh Abd al-Gafur, adalah tarikatnya Khawatiyyah yaitu Sammaniyah. Maka bersama-sama ia membuat ibadat dengan Syeikh Abd al-Ghafur itu serta meramaikan negeri Riau itu dengan perdagangan adanya.” (Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Riau dengan Yayasan Khazanah Melayu, 2002:237)

Murid Syaikh Muhammad Samman dan penyebar tarekat Sammaniyyah di Nusantara yang terkenal adalah Syaikh Abdussamad al-Palembani dari Pelambang dan Syaikh Arsyad al-Banjari. Masuknya pengaruh tarekat Sammaniyah ke Lingga diduga dibawa dari Riau oleh para murid Syaikh Abdul Ghafur guru Yang Dipertuan Muda Raja Ali marhum pulau Bayan atau murid-murid dari Syaikh Abdussamad al-Palembani dan Syaikh Arsyad al-Banjari. Di Desa Kelumu, Kecamatan Lingga, Tarekat Sammaniyah masih berpengaruh karena adanya tradisi religius yakni membaca Manakib Samman. Pembacaan Manaqib Syaikh Muhammad Samman ialah mengisahkan kriwayat hidup Syaikh Muhammad Samman sebagai wali Allah yang memiliki berbagai karamah.

Di masa kini tradisi membaca Manakib Syeikh Samman di Desa Musai dan Desa Kelumu masih terus dilaksanakan.  Di Desa Musai pelaksanaan manaqib tidak dilakukan secara rutin namun dilaksanakan jika masyarakat melakukan sesuatu nazar. Di Desa Kelumu Pembacaan manaqib dilaksanakan di Masjid setiap menyambut bulan Muharram tahun baru Hijriyyah. Pelaksanaan Manaqib dilaksanakan pada pagi hari sekitar jam tujuh pagi pada satu hari bulan Muharram bertujuan bertawasul kepada Syaikh Muhammad Samman agar Allah SWT, menjauhkan Desa Kelumu dari bala bencana di tahun yang baru. Pembacaan Manakib dilaksanakan juga pada hari wafat Syeikh Muhammad Samman pada setiap 2 Zulhijah dengan tujuannya agar mendapatkan rahmat dari Allah SWT, dan bertawasul agar diluaskan rezeki yang halal. Pembacaan Manakib setiap 2 Zulhijah dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isyak.

Manakib tidak saja dibacakan pada setiap menyambut tahun baru dan pada 2 Zulhijah ,tetapi  kadang oleh sebagian masyarakat dibacakan untuk melaksanakan sesuatu nazar. Seseorang di Desa Kelumu kadang bernazar, jika sesuatu urusan dapat dilaksanakan dia akan mengadakan pembacaan Manaqib Syaikh Samman. Seperti yang diceritakan Ibrahim (umur 54 tahun),  dia pernah menjadi anak buah kapal yang membawa barang. Di tengah laut, kapalnya dihantam gelombang dan hampir tenggelam, dan dia bernazar jika selamat akan mengadakan pembacaan Manaqib Samman. Dia dan kapalnya selamat sampai ke Pelabuhan, dan selanjutnya di Desa Kelumu dia melaksanakan nazarnya dengan mengadakan pembacaan Manakib Samman.

Pembacaan Manakib Samman pada setiap 1 Muharram dan 2 Zulhijah, dilaksanakan di Masjid bersama-sama masyarakat Desa Kelumu. Pengurus masjid akan menyampaikan kepada masyarakat akan diadakan manaqib dan meminta masyarakat membawa makanan kue-mueh dan minuman untuk dihidangkan kepada jamaah yang hadir. Biasanya hidangan yang dibawa masyarakat yakni pulut kuning berlauk telur dan ikan atau ayam. Setelah selesai Shalat Maghrib, diadakan pembacaan Manakib Syaikh Muhammad Samman oleh seorang yang telah biasa membaca. Di Desa Kelumu yang biasa membaca imam Masjid atau pun orang-orang yang biasa menjadi imam dan tahu membaca tulisan Arab Melayu.

Masyarakat yang hadir dalam keadaan diam dengan sikap penuh hormat mendengarkan pembaca mengisahkan riwayat hidup Syaikh Muhammad Samman sebagai wali Allah dengan berbagai karamah sejak dari kecil hingga wafatnya. Setelah pembacaan selesai, dibacakan tahlil dan doa untuk arwah Syaikh Muhammad Saman. Selanjutnya para jemaah menikmati hidangan yang telah mereka bawa masing-masing dari rumah. Dengan adanya pembacaan Manakib Syaikh Samman di Masjid, dapat mempererat silaturahmi antara masyarakat Desa Kelumu satu sama lain. Mereka juga saling berbagi makanan yang bertujuan mendapatkan rahmat dan pahala dari Allah SWT. Pembacaan manaqib untuk melaksanakan nazar, biasanya dilakukan di rumah masing-masing dengan menjemput orang yang telah biasa membaca Manakib dan beberapa orang pendengar. Pihak yang melaksanakan nazar akan menghidangkan makanan dan minuman sesuai dengan kemampuannya untuk pembaca dan pendengar hadir.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022

Komunitas Karya Budaya

M. FADLILLAH

Kp. Tanda Hulu Daik Lingga

082288467582

M. NADAR

Kp. Tanda Hilir Daik Lingga

085253651234

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022

Maestro Karya Budaya

AUZAR

Desa Kelumu, Kecamatan Lingga

0

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 03-02-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047