Tahuda

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101348
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Gorontalo
Responsive image

Salah satu jenis puisi lisan Gorontalo pada kategori kelompok puisi lisan yang menggunakan kata-kata arif yaitu Tahuda.  Dalam perbendaharaan puisi lisan Gorontalo jenis kata-kata arif ini dikenal dua jenis puisi pesan yaitu tahuli dan tahuda. Kedua jenis pesan ini berisi nasehat yang ditujukan kepada seorang yang membutuhkan nasehat. Biasanya dipakai sebagai pengiring pelaksanaan adat. Akan tetapi tahuli biasanya disampaikan dalam suatu upacara adat lengkap sedangkan tahuda tidak harus dengan upacaara adat. Tahuda lebih banyak berbentuk/berisi petuah, nasihat untuk orang banyak atau untuk umum, jadi penyampaiannya tahuda tidak harus diupacarakan sebagaimana tahuli. Tahuda dapat disampaikan pada setiap tempat dan setiap saat. Yang menyampaikan tahuda, pada umumnya orang-orang yang sudah tua. Tahuda berhubungan dengan petuah raja-raja dahulu, yang disalin atau disampaikan oleh pemangku adat sekarang, untuk difatwakan kembali kepada orang banyak. Kateogri puisi tahuli dan tahuda terlihat pada puisi yang disampaikan. Kalau tahuli diciptakan atau difatwakan, pesan (nasehat) dari orang yang masih hidup kepada orang yang akan menduduki jabatan. Sedangkan pesan tahuda berupa pesan (petuah) orang dulu (yang sudah meninggal) kepada orang yang juga akan menduduki jabatan, atau kepada semua orang (siapa saja yang perlu dinasihati), terutama menyangkit perbaikan perilaku dalam kehidupan (modaha popoli).  

          Pada zaman dahulu tahuda merupakan nasihat kepada raja yang dinobatkan, yang diucapkan oleh baate (pemangku adat). Tahuda adalah sastra lisan atau tuturan adat dari seorang tokoh adat tertua  atau yang disamakan dan disapa sebagai olongia kepada warga atau pejabat yang baru diberi gelar adat. Pada zaman itu Tahuda disampaikan oleh Mantan Raja atau Mantan pejabat kepada Pejabat Baru, Misalnya ada Walikota atau Bupati yang baru maka Mantan Pejabat Walikota/Bupati memberikan Tahuda berupa Nasihat tentang apa yang Iya sudah buat dan apa yang harus dibuat oleh Pejabat yang baru.

         Berdasarkan sejarah kerajaan Gorontalo sudah dikenal pada tahun 1523, masa pemerintahan Raja Amai. Akan tetapi Gorontalo mengenal Islam sejak menikahi Puteri Awutango pada tahun 1525 dari kerajaan Palasa yang telah lebih dulu menjadi kerajaan Islam. Keinginan Amai untuk masuk Islam telah mendapatkan persetujuan dari para pembesar negeri yang sangat memegang teguh adat istiadat.  Mereka melihat bahwa Islam dapat diterima dan menyesuaikan dengan adat istiadat bahkan dianggap sebagai penyempurna adat. Oleh karena itu mereka mengeluarkan slogan “Syara’a topa-topango to adat”, artinya agama bertumpu pada adat. Dengan sendi tersebut maka semua hal terkait dengan nasihat disampaikan secara sakral lewat puisi lisan yang terkait dengan agama, pesan moral, kata arif, dan nasihat. Tahuda termasuk salah satu puisi lisan yang sering digunakan mengiringi pelaksanaan adat, merupakan pesan leluhur yang harus diikuti dan ditaati sebagai fatwa yang harus diikuti oleh para pejabat yang masih baru. 

       Dalam penganugerahan gelar adat (Pulanga) baik kepada para pejabat (Ta’uwa, Wulea lo Lipu) maupun pata tamu, ragam sastra lisan tahuda sering dituturkan yang khusus dituturkan sebagai nasihat agung. Penganugerahan gelar adat ini bukanlah sebuah hadiah semata, melainkan pemberian hak serta kewajiban bagi putra daerah Gorontalo baik yang berkarir di daerah maupun diluar daerah yang memenuhi kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan  atau tepatnya melalui kesepakatan para peserta seminar adat. Penganugerahn gelar adat ini selain penghargaan atas keberhasilan yang sudah dicapai, dimana yang bersangkutan menjadi salah satu diantara para pemangku adat yang menjadi pelopor dalam menjaga, merawat, menjalankan, serta mewariskan tradisi leluhur.Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis yaitu  tahuda dalam lingkup adat, tahuda dalam kepemimpinan dan tahuda dalam pemerintahan. Tahuda dalam lingkup adat atau Tahuda to mimbihu adati sebagaimana dijelaskan oleh Daulima (2007:116), bunyinya sebagai berikut: 

Adati ma dili-dilito                         Adat sudah terpola,
bolo mopoayito                               tinggal merangkainya

Adati ma hunti-huntingo                 Adat sudah tergunting

bolo mopodembingo                       tinggal merekatkan
Adati ma dutu-dutu,                        Adat sudah terletak (tertata),
bolo mopohutu                                tinggal melaksanakannya
Selanjutnya Tahuda atau fatwa dalam hal kepemimpinan tampak dalam tujuh larik, tiga larik pertama semacam prinsip dasarnya dan empat larik berikut adalah legitimasi atasnya, sebagaimana berikut:
Lo'iya lo ta'uwa,                                                   Ucapan Pemimpin (adalah)

ta’uwa lo lo’iya                                                    pemimpin dari ucapan
Dila mo bu'a, wawu motiya                                 Tidak terpisah dan tidak terpisahkan
to adati syari'iya                                                   dari adat dan syariat


Wolipopo to didi lo baya                                      Kunang-kunang di dahi
tuwawu lo humaya                                               Merupakan  suatu perumpamaan
Uwito u tombuluwo                                             itu yang dihormati
tuwoto tiyo woluwo                                             Pertanda dia (Allah) itu ada
 (sumber: Daulima (2007:116-117)


Lo’iya lo ta’uwa, ta’uwa lo loi’ya dimaksud adalah bahwa setiap ucapan harus merujuk atau menggunakan refernsi dari ayat-ayat Al-Quran. Inti makna empat larik terakhir adalah "amanah". Amanah disimbolkan dengan "kunang-kunang di dahi" sebagai pertanda atau simbol dan harus disembah atau po'udaa. Pemimpin yang diberi amanah dan disembah itu "wajib" meneruskan sembah kepada Allah , karena hanya Dia (Allah) yang wajib disembah.

 


Tahuda dalam pemerintahan merupakan nasihat yang diberikan oleh para pemimpin pemerintahan yang sudah selesai dengan jabatannya dengan tetap menyandang gelar misalnya sebagai Ta’uwa lo Hunggia atau pemimpn negeri adalah seperti berikut:
Bismillahirahmannirrahim
Ami ta lonto Lingguwa                                    Kami dari Kerajaan
Hipapade hitaluwa                                            hadir dan menyaksikan
To dula hipolutuwa                                           Pada hari pelaksanaan
Pulanga ode tauwa                                            penobatan Kepada Khalifah
Wanu tala to ayuwa                                          Bila keliru dalam bertindak
Ito ma motaluwa                                               Kita akan bermusyawarah

 


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Prof. Dr. Karmin Baruadi (Akademisi)

Jln Taman surya, Kota Gorontalo

08124416177

karminbaruadi11@gmail.com

H. Yamin Husain, SE (Praktisi Budaya)

Desa Kramat Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango

0

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Maestro Karya Budaya

H. Abd. Wahab Lihu (Maestro Adat)

Limboto

081355067088

-

Drs. H. Karim T. Laya (Baate lo Hulontalo)

Kelurahan Lekobalo Kota Barat Kota Gorontalo

82193196836

-

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047