Megangsing Buleleng

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101329
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Bali
Responsive image
Sejarah tentang permainan Gangsing di Buleleng Gasing merupakan permainan rakyat disejumlah Negara besar dunia. Namun, siapa sangka, sejak jaman kerajaan di Bali permainan gasing atau lasim di Bali disebut permainan Gangsing atau istilah Buleleng, ‘megangsingan’ (bermain gasing). Gangsing di Bali biasanya dibuat dari bahan kayu, dengan poros ujungnya dari besi sebagai titik keseimbangan. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan. Gangsing dinyatakan sebagai permainan tertua di Bali, karena ditemukan diberbagai situs arkeologi yang masih bisa dikenali. Di Bali, wilayah yang banyak memainkannya ada di kawasan Tabanan, Buleleng dan sebagian ada di Karangsem. Gangsing-gangsing diwilayah Buleleng ini benar-benar sebagai gangsing aduan, dan bukan hanya sekedar permainan yang enak untuk dilihat dan dimainkan tentunya. Gangsing Buleleng dapat ditemukan di Desa Gobleg, Desa Munduk, Desa Pedawa, Desa Gesing, (Kecamatan Banjar) Desa Umejero (Kecamatan Busungbiu) Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 20 November 2017 dengan narasumber salah satu pelestari dan pengerajin Gangsing yaitu Ketut Rama, Gangsing Buleleng ini sebagai alat dalam permainan Adu Gangsing yang jaman dulu dimainkan untuk mengisi waktu luang dan melepas lelah setelah seharian bekerja menggarap sawah. Sebagaimana diketahui bahwa letak Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng ini berada di dataran tinggi dan memiliki tanah subur yang sangat cocok untuk pertanian dan perkebunan. Jaman dulu anak-anak para petani datang ke sawah untuk membantu orang tuanya bertani, dan setelah hari menjelang sore para petani berkumpul untuk beristirahat, pada kesempatan inilah para petani melakukan permainan tradisional Adu Gangsing tersebut dengan tujuan mengisi waktu luang dan melepas lelah, selain itu pula permainan Adu Gangsing tersebut juga menanamkan rasa kebersamaan dan menjaga nilai keseimbangan dalam bermasyarakat. Pemain dan Peralatan a. Pemain Permaian gangsing ini dapat dilakukan secara perorangan maupun beregu. Jika beregu, maka jumlah pemainnya sebanyak 4 orang. Para pemain umumnya anak laki-laki sampai remaja bahkan orang-orang dewasa pun ikut serta. Permainan ini khusus untuk kaum putra karena untuk dapat melakukannya memerlukan kemampuan gerak cepat, lincah cekatan selain itu permainan ini termasuk permainan yang keras dan berat maka kurang layak dimainkan oleh pemain putri. b. Peralatan Adapun peralatan yang digunakan dalam permainan gangsing yaitu sebagai berikut: 1. Pakaian Pakaian pemain menggunakan pakaian sehari-hari. Tidak ada pakaian kkhusus yang harus dikenakan pada pemain, baik untuk membedakan dengan lawan main maupun perlindungan diri terhadap kemungkinan terkena lemparan gangsing. 2. Gangsing Gangsing ini bentuknya bervariasi. Pada umumnya berbentuk seperti cakram dengan satu sisi berbentuk kerucut dan sisi lain berbentuk tonjolan untuk mengikat tali pemutar gangsing. Ada pula bentuk gangsing seperti buah kedondong dengan ukuran yang lebih kecil dari yang berbentuk cakram. Bahan yang dipergunakan adalah kayu yang kuat misalnya batang kayu limau, asam, kemoning, dan lain-lain. Ukuran dari gangsing yang berbentuk cakram ini adalah: Tinggi badan : 11 sampai 15 Cm Tinggi kepala : 2 sampai 3 Cm Garis tengah badan cakram : 25 sampai 30 Cm Garis tengah kepala : 1 sampai 2 Cm Keliling badan cakram : 70 sampai 90 Cm Berat gangsing : Kurang lebih 1 Kg Pada ujung bawah kerucut diberi paku agar kuat berputar di tanah dengan panjang : kurang lebih ¼ sampai ½ Cm. 3. Tali Untuk memutar gangsing, dipergunakan seutas tali yang kuat, biasanya dipilih tali dari kulit rami atau kulit pohon tehep yang dipintal menjadi tali ukuran kurang lebih 1 meter pada ujungnya dan kurang lebih 2 meter pada pangkalnya. Panjang tali disesuaikan dengan ukuran gangsing. Pada pangkal tali yang dipegang oleh pemain kadang-kadang dibuatkan jerat atau lobang sehingga jari dapat dimasukkan pada waktu bermain, sehingga kemungkinan tali tidak lepas waktu memutar gangsing. 4. Sodo Sodo adalah alat yang digunakan sebagai alat tempat gangsing berputar atau untuk memindahkan gangsing yang sedang berputar ke tanah atau arena tempat bermain. Ada beberapa bentuk sodo yaitu: sodo papan tipis, sodo seng, sodo tempurung, dan sodo tapak tangan. Alat ini ini terbuat dari papan tipis, seng atau tempurung kelapa. 5. Lapangan Agar permaianan dapat berlangsung dengan baik, maka dipilih lapangan yang tanahnya agak keras dan rata, tidak ditumbuhi rumput, atau dihalangi oleh batu dan benda lainnya. Bentuk dan ukuran dari lapangan permainan gangsing ini berbeda-beda. Pada umumnya tiap petak berukuran 1 X 1,5 meter atau 1,5 X 2 meter, tergantung luas lapangan yang ada. Jika masing-masing regu terdiri dari 4 orang maka diperlukan 4 buah petak yang berdekatan. Lapangan dapat dipilih lapangan terbuka maupun lapangan tertutup. 6. Wasit/juri Yang bertindak sebagai juri dalam permainan gangsing adalah orang yang statusnya netral terdiri atas: Wasit : 1 orang Pencatat : 1 orang Pembantu wasit: 1 orang Aturan Permainan Sebelum melakukan pertandingan dibuat kesepakatan atau peraturan atau perjanjian antar pemain yaitu sebagai berikut: - Pemain atau gangsing yang berhampiran kemampuan/besarnya harus saling berhadapan - Boleh memindahkan gangsing yang sedang berputar atau tidak. - Boleh atau tidak “ngurip” (memperpanjang putaran gangsing baik dengan tali maupun tangan) - Menyepakati ketentuan tahap dan waktu. - Menentukan siapa yang dulu melempar gangsing (melek) dan siapa yang ngebug ditentukan melalui sistem sut (undian). Cara Bermain Setiap pemain memegang sebuah gansing dengan tali yang telah dililitkan pada kepala gangsing. Cara memegang gangsing adalah bebas sesuai dengan kebiasaan. Biasanya mereka memegang tepi cakram gangsing dengan tangan kanan bersama dengan pangkal tali gangsing. Bagian kepala menghadap ke atas dan bagain kerucut menghadap kebawah. Tetapi ada pula yang memegang terbalik, artinya bagian kepala yang menghadap ke bawah sedangkan bagian kerucut menghapad ke atas. Pada waktu bermain gangsing harus dilempar dengan tangan ke tanah bersamaan dengan itu tali ditarik agar gangsing berputar. Posisi pelempar gangsing adalah sebagai berikut Lengan tangan dihayunkan ke deoan bersama tali dan gangsing, begitu lengan kanan berjulur gangsing dilepas dengan kejutan, dan seketika tali ditarik maka gangsing terlempar kebawah dan berputar. Sedapat mungkin gangsing jatuh pada ujung kerucutnya dan terus berputar di tanah selama mungkin. Dalam permaianan gangsing, lama berputar gangsing ditanah menentukan kalah menangnya perlombaan baik perorangan maupun beregu. Tahapan/jalannya permainan Untuk menentukan siapa sebagai regu penyerang/pemukul dan regu mana yang menjadi pemasang, sebelum permainan dimulai diadakan undian. Undian dilakukan dengan cara mengadu lama berputarnya gansing yang dilemparkan oleh salah satu perwakilan regu. Regu yyang gangsingnya lebih lama berputar adalah pemenangnya dan regu ini ditunjuk sebagi regu penyerang sedangkan yang kalah ditunjuk sebagai regu pemasang. Masing-masing anggota regu siap berdiri sekitar lapangan atau petak lapangan permainan dengan memegang gangsing yang siap untuk dilemparkan. Setelah aba-aba diberikan oleh juri, maka regu pemasang harus melempar gangsingnya di petak yang telah ditentukan, misalnya: reku pemasang terdiri dari si A, B, C dan D. Tiap orang melempar gangsingnya, si A dipetak I, si B dipetak II, si C dipetak III dan si D dipetak IV secara serempak ketika aba-aba diberikan. Begitu putaran gangsing dari regu pemasang telah stabil dan telah berputar pada titik di petak masing-masing, maka giliran regu pemukul yang harus beraksi. Tidak boleh menunggu lagi, langsung diberikan aba-aba agar masing-masing anggota regu penyerang melempar gangsinngnya untuk mematiakan gangsing lawan dipetak yang telah ditentukan. Misalnya regu penyerang terdiri dari si K,L,M dan N. Si K harus berusaha mematikan gangsing si A di petak I, si L melawan si B di petak II, dan seterusnya. Regu penyerang harus mengarahkan lemparan gangsingnya sehingga mengenai gangsing lawan yang sedang berputa. Regu penyerang di masing-masing petak harung berusaha menghentikan putaran lawan dan harus menjjaga agar gangsingnya sendiri tetap berputar selama mungkin ditanah dan dipetak yang telah ditentukan e. Kalah menang dalam permainan ini, menurut cara permainan di desa Gobleg Buleleng adalah sebagi berikut: Dilihat gangsing mana yang paling akhir bisa bertahan berputar di tanah, dinyatakan sebagai pemenang. Bila gangsing itu termasuk regu I maka regu inilah yang menang dan regu II yang kalah serta harus melempar kembali. Keadaan demikian terus berlangsung dan silih berganti dantara regu penyerang dan regu pemasang. Kalau adalah regu pemukul, maka permainan dilanjutkan memasuki putarn ke 2. Regu pemasang tetap sebagai regu yang memasang gansingnya untuk dipukul oleh regu pemukul. Dan regu pemukul dalam hal ini berhak mendapat nilai 1 tetapi jika pemukul yang kalah, maka pada putaran ke 2 posisi dibalik artinya regu pemukulmenjadi regu pemasang dan regu pemasang menjadi regu pemukul. Tak ada nilai dari regu pemasang, nilai hanya diberikan kepada regu pemukul kalau menang. Kalau regu pemukul kalah maka kedua regu tidak mendapat nilai. Demikian seterusnya, regu yang mengumpulkan paling dahulu nilai 10 dinyatakan sebagai pemenang. f. Pemain cadangan sewaktu-waktu dapat menggantikan posisi pemain inti tanpa menunggu persetujuan wasit atau lawan. Asalkan sesuai dengan urutan dan tempat pada petak mana pemain diganti. Misalnya kesukaran atau ketidaksiapan dari pemain inti dalam melepaskan gangsingnya, agar tak membuang waktu, maka pemain cadangan dapat menggantikannya dengan seketika. g. Kesalahan dalam permainan gangsing terjadi apabila: - Pemain menginjak garis petak pada waktu melempar gangsing - Gangsing berputar diluar petak yang ditentukan - Regu pemukul mengulur waktu untuk melempar gangsinfnya, walaupun telahh diberikan aba-aba oleh wasit. Jika terjadi demikian, maka regu yang bersangkutan dinyatakan kalah. Mengenai hukuman dalam permainan gangsing ini ada banyak variasinya sesuai dengan situasi dan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Perkembangan Terkini Permainan gangsing dapat dilakukan kapan saja karena tidak ada unsur-unsur magis atau religius dan bentuknya tidak simbolis. Penyelenggaraan permainan tidak ada kaitannya dengan kegiatan-kegiatan adat maupun upacara keagamaan. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat jenis permainan ini mengalami pasang surut tidak dapat dikatakan sebagai bermusim. Biasanya pada satu waktu tampak memungkinkan pada tempat-tempat lain banyak yang memulai juga sehingga ramai dan meluas. Megangsing pada perkembangan terkini kemungkinan dapat ditingkatkan menjadi olahraga prestasi. Beberapa persyaratan untuk menjadi olahraga prestasi ada pada megangsing ini. Unsur-unsur penunjang untuk itu adalah: - Ada gerakan-gerakan tubuh pada waktu melempar gangsing - Ada aturan mainnya, untuk menentukan menang kalahnya - Ada unsur mendidik agar bersikap ksatria - Merupakan tontonan yang menarik. Dengan mengadakan beberapa perubahan dan modifikasi, maka megangsing ini dapat diangkat sebagai olahraga prestasi. Fungsi dalam Masyarakat Masyarakat lampau menganggap permainan megangsing ini sebagai bagian kehidupan pedesaan yang tak terpisahkan. Beberapa fungsi permainan megangsing pada masyarakat yaitu sebagai berikut: a. Fungsi sosial budaya Permaian gangsing pada walnya dilaksanakan untuk mengisi waktu luang yang bernilai sosial. Dengan menyibukkan diri dalam permainan ini mereka dapat bertemu, berkumpul, bertimbang pendapat, memupuk kecekatan dan kemahiran rasa setia kawan sesama anggota masyarakat. Orang-orang tua dulu tidak pernah melarang anak-anak mereka melibatkan diri dalam permainan ini. Yang mereka rasakan adalah kegembiraan anak-anak mereka tanpa melihat aspek-aspek yang dibawa pemain tersebut. Anak-anak dapat besosialisasi dengan temannya. Seluruh masyarakat dari yang terbawah sampai dengan yang teratas, semua golongan yang ada pada masyarakat, keluarga kaya maupun miskin dan sebagainya boleh melaksanakan permainan ini. Yang penting ada keinginan dan dapat memainkannya, sebab tidak ada satu syarat atau upacara apapun yang diperlukan. Prestasi seorang pemain gangsing ditentukan oleh bakat yang dimilikinya. b. Fungsi pendidikan Dalam masyarakat tradisional, banyak dijumpai permainan yang mempunyai tujuan khusus di samping mengharapkan kepuasan dalam bermain. Banyak permainan yang secara tidak langsung mendidik anak anak untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kehidupan sebagai anggota masyarakat dimasa mendatang. Beberapa manfaat permainan gangsing untuk pendidikan yaitu: - Belajar sportifitas, Melalui permainan megangsing anak belajar menerima kekalahannya atau kemenangan lawannya secara lapang dada, serta bermain secara jujur sportif dan menghargai lawannya - Melatih kemampuan fisik, permainan megangsing yang membutuhkan banyak gerakan. Permainan ini sangat membantu motorik dalam melaraskannya dengan berkoordinasi dengan anggota tubuh lainnya. Aktivitas ini sangat membantu perkembangan kecerdasan kinestetik yang berhubungan dengan setiap gerakan- gerakan. - Lebih bersosialisasi, semua permainan tradisional menekankan kebersamaan. Tanpa lawan atau teman tidak bisa bermain suatu permainan. Di sini pemain belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain, tidak secara individual, belajar menunggu giliran, belajar berbagi dan belajar jujur dalam bermain. - Belajar arti dari saling bekerja sama, semua permaianan tradisional dilakukan secara berkelompok. Pentingnya saling kerja sama dan membantu tim dalam meraih kemenangan wajib dilakukan. Pada permainan ini kita diajar agar tidak egois dan memberi kesempatan pada timnya agar sama sama mempunyai kesempatan dalam bermain. Nilai-nilai yang terkandung dalam Gasing Buleleng : 1. Nilai Kejujuran Dalam permainan Gasing, nilai kejujuran terlihat pada saat wasit yang menentukan pemenang. Dimana pemenang permainan Gasin merupakan Gasing yang paling lama berputar. 2. Nilai Kedisiplinan Disiplin merupakan suatu sikap batin seseorang yang taat terhadap berbagai aturan yang ada. Untuk mencapai keadaan disiplin diperlukan latian-latian dan pembiasaan yang dipupuk sejak seseorang masih kanak-kanak. Nilai kedisiplinan ditunjukan secara tidak langsung saat pemain mau mematuhi peraturan yang ada pada permainan Gangsing. 3. Nilai Kekeluargaan/Kebersamaan Dalam permainan Gasing, nilai kekeluargaan/kebersamaan terlihat pada saat anak-anak pergi ke sawah untuk membantu orang tua, kemudian menjelang sore anak-anak akan berkumpul bersama untuk bermain Gasing.

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Kayu Sambuk Desa Gobleg

Desa Gobleg, Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng

0

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

Maestro Karya Budaya

Ketut Rama

Desa Munduk, Kecamatan Banjar , Kabupaten Buleleng

0

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 20-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047