Gambuh Bungkulan

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101332
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Bali
Responsive image

Sejarah Gambuh di Buleleng

Gambuh adalah tarian drama Bali yang dianggap paling tinggi mutunya dan merupakan dramatari klasik Bali yang paling kaya akan gerak-gerak tari sehingga dianggap sebagai sumber segala jenis tari klasik Bali. Diperkirakan Gambuh ini muncul sekitar abad ke XV yang lakonnya bersumber pada cerita Panji. Gambuh berbentuk total theater karena di dalamnya terdapat jalinan unsur seni suara, seni drama dan tari, seni rupa, seni sastra, dan lainnya. Untuk memainkan tarian gambuh, Gambuh Diiringi dengan gamelan Penggambuhan  yang berlaras pelog Saih Pitu (tujuh nada). Tokoh-tokoh yang biasa ditampilkan adalah Condong, Kakan-kakan, Putri, Arya / Kadean-kadean, Panji (Patih Manis), Prabangsa (Patih Keras), Demang, Temenggung, Turas, Panasar dan Prabu. Dalam memainkan tokoh-tokoh tersebut semua penari berdialog, umumnya bahasa Kawi, kecuali tokoh Turas, Panasar dan Condong yang berbahasa Bali, baik halus, madya dan kasar.

Ciri Khas Drama Tari Gambuh di Pura Sari Abangan

Drama Tari Gambuh Pura Sari Abangan Banjar Ancak Desa Bungkulan diyakini keberadaaan sekitar 300 tahun silam yang mana kesenian Dramatari Gambuh yang ada di Pura Sari Abangan merupakan keterkaitan dengan tradisi upakara/upacara yang diselenggarakan disana.  

Ragam Gerak, Musik Pengiring, Sesaji dan Tempat Pertunjukan

Yang membedakan kekhasan Dramatari Gambuh yang ada di Pura Sari Abangan Banjar Ancak Desa Bungkulan dengan dramatari gambuh di Bali khususunya Bali Selatan antara lain:

a.      Ragam Geraknya

memiliki kekhasan seperti gerakkan tarian kuno saperti halnya tidak meniru pakem-pakem tari bali pada umumnya. Kemudian pada struktur pemetasannya yang

-          pertama diawali dengan tabuh sekatian khas Desa Bungkulan,

-          dilanjutkan dengan pementasan tokoh Condong sebagai punakawan Galuh,

-          selanjutnya pementasan Galuh,

-          dilanjutkan dengan pertunjukan Semar-Semir sebagai Punakawan Raden Panji.

-          Selanjutnya, Raden Panji mesolah/menari dengan berbagai lagu-lagu yang khas.

-          Setelah itu sesolahan Patuh Demang dan Demung.

-          Kemudian tampil Pangkur sebagai punakawan sang Prabu

-          Sang Prabu datang menari/mesolah.

Semuanya sudah pada ngelembar/mesolah (menari) dirangkaiakan dengan ceritera yang paling sering dilakoni adalah cerita sayembara.

b.      Penari

    Seluruh Penari merupakan pemain pria semua walaupun dalam lakon pementasan ada peran perempuan (seorang Galuh dan Condong) tapi tetap dimainkan oleh laki-laki karena drama tari ini termasuk tarian bebali yang hanya ditarikan pada saat upacara tertentu maka penari tidak ada yg boleh cuntaka, sedang haid dan lain-lain.

c.   Musik Pengiringnya

 

Berbeda dengan pengiringnya Dramatari Gambuh Bali Selatan yang kebanyakan memakai iringan seruling-seruling besar, Dramatari Gambuh Pura Sari Abangan Banjar Ancak Desa Bungkulan iringannya memakai iringan Gong Kebyar Mepacek khas Bali Utara, dan

d. Sesaji

Sesaji yang dipergunakan dalam pementasan Gambuh ini adalah sesaji Sekar Taman yang mana dibuat menggunakan muncuk daun pisang 4 buah yang diikat menyerupai persegi didalamnya ada nasi pangkonan dan banten,

e. Tempat Pementasan

Tempat pementasan Gambuh ini dilakukan di Wantilan Pura Sari Abangan pada halaman Madya Mandala pada setiap pujawali Pura Sari Abangan.

Perkembangan Terkini

Dilihat dari wujud seni yang membangunnya. Gambuh merupakan seni pentas berbentuk total teater. Disamping unsur seni tari yang dominan, terdapat juga unsur-unsur seni lainnya seperti tabuh, seni sastra, seni vocal, seni rupa, dan seni rias yang terpadu secara harmonis dan indah. Demikian pula gambuh didukung oleh berbagai karakter, seperti karakter halus, karakter keras, para patih dan prabangsa karakter lucu, demang dan temanggung. Masing-masing tokoh memiliki iringan tersendiri yang dipimpin oleh suling panjang dengan karakter agung, dinamis dan manis. Sebagai drama tari tertua, setiap tokoh karakter putra maupun putri memiliki tatanan busana tersendiri. Perpaduan seni berikutnya untuk ditransformasikan ke dalam bentuk tari-tarian baru yang lahir belakangan.

Gambuh merupakan tarian seni yang sulit dipelajari karena memerlukan penghayatan dramatisasi, perbendaharaan gerak tari maupun ucapan yang telah dipolakan. Setiap tokoh utama harus mampu berbahasa kawi (jawa kuno) yang akan diterjemahkan oleh para panakawan. Disamping itu gambuh sangat ekspresif karena mengutamakan ekspresi muka dan banyak memakai gerakan mata. Tanpa ekspresi utama ini, drama tari gambuh tidak akan kelihatan hidup.

Hal ini memberikan kendala pada generasi muda, bila diarahkan untuk mempelajari kesenian yang sulit dan kurang menarik baginya. Pementasan gambuh terbatas untuk kepentingan upacara keagamaan. Lakon utama gambuh adalah cerita Panji yang mengisahkan kehidupan, romantika dan peperangan dari kerajaan Jawa Timur pada abad XII-XIV. Di Bali cerita itu disebut malat sesuai dengan nama tokoh central yakni Panji Amalat Rasmi.

Gambuh yang pernah berjaya di masa lalu serta menjadi sumber tari dan musik Bali. Sudah layaknya dilestarikan. ASTI Denpasar yang kini menjadi Institu Seni Indonesia (ISI) telah berperan sebagi juru selamat dengan mengajarkan Gambuh. Untuk melestarikan musik iringan tarinya, ISI Denpasar telah memelopori menggunakan gamelan semar pegulingan pelog saih pitu karena memiliki persamaan laras dan melodi. Bagi tabuh iringan karakter keras akan memberikan nuansa lebih semarak. Disamping itu mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya, juga terinsfirasi oleh agem-agem pokok pagambuhan, namun kemudian digubah agar memperoleh inovasi baru berwujud garapan tari kreasi.

Fungsi, makna dan Nilai  Dalam Masyarakat

Tari adalah salah satu bentuk seni yang sangat erat hubungannya dengan segi-segi kehidupan manusia.  Hampir setiap peristiwa yang berhubungan dengan kepentingan hidup manusia seperti pada aktifitas sosial, budaya, ekonomi, banyak melibatkan kehadiran seni tari, baik sebagai pertunjukan maupun sebagai hiburan.

a.    Fungsi Dalam Kegiatan Upacara Yadnya      

Dilihat dari jenisnya tari gambuh merupakan salah satu tari Bebali. Tari jenis ini erat hubungannya dengan upacara adat yang berfungsi sebagai pengiring upacara di Pura maupun di luar pura yang pada umumnya memakai lakon. Pementasannya dalam upacara-upacara panca yadnya yaitu Dewa Yadnya, Manusia Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta Yadnya dan Rsi Yadnya.

-          Dewa yadnya ialah persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi (Tuhan). Korban suci tersebut dilaksanakan pada hari-hari cuci keagamaan

-          Pitra Yadnya yaitu suatu persembahan suci yang ditujukan kepada roh-roh suci leluhur dengan menghormati dan mengenang jasanya dengan menyelenggarakan upacara Jenasah(sawa wedana) sejak tahap pemulaan sampai tahap terakhir yang disebut ngaben. Adapun tujuan dari upacara ini dalah sebagai pengabdian dan bakti yang tulus iklas kepada leluhur. Hal tersebut dilaksanakan atas kesadaran bahwa sebagi keturunannya ia telah berhutang kepada orang tuanya berupa hudang badan, hutang budi dan berhutang jiwa.

-          Manusia Yadnya adalah suatu persembahan suci yang dilaksankan untuk kesempurnaan hidup manusia, misalnya upacara bayi dalam kandungan, upacara potong gigi, upacara perkawinan, dan lain sebagainya.

-          Rsi Yadnya yaitu suatu persembahan suci yang ditujukan kepada para Maha Rsi atau orang suci bagi umat Hindu yang dalam pelaksanaannya dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan ajaran-ajaran para Rsi.

-          Bhuta Yadnya adalah suatu korban suci ditujukan kepada Bhuta yaitu mahluk-mahluk yang terlihat misalnya binatang dan tumbuhan serta mahluk yang tidak terlihat(mahluk halus) yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam semesta.

b.   Fungsi Hiburan

Masyarakat tradisional memiliki tatanan kehidupan yang tersusun rapi dan mereka semakin menyadari perlunya hiburan berupa kegiatan seni yang berfungsi untuk mengekspresikan diri. Seni sebagai manifestasi aktifitas yang hadir dalam setiap kehidupan masyarakat, sepanjang sejarahnya selalu tampil dengan berbagai ekspresi visual dan suara yang menonjol, baik karena hasil kreatifitas kolekrif maupun ciptaan individual.

Kesenian tradisional yang berfungsi menghibur memberi kepuasan yang bersifat kesenangan dan kegembiraan. Fungsi hiburan dimaksudkan dapat memberikan hiburan bagi masyarakat yang jarang memperoleh hiburan. Pementasaan drama tari gambuh Bungkulan selain merupakan kelengkapan dalam upacara, tarian ini juga merupakan sarana menghibur masyarakat.

c. Fungsi Estetika Religius

 

Pementasan Dramatari Gambuh Bungkulan mengandung unsur keindahan, hal ini dapat diperhatikan dari gerakan para penari,iringan musik yang dibentuk sedemikian rupa sehingga ketika dilakukan pementasan membuat masyarakat yang melihatnya merasa terpesona. Unsur seni lain yang terkandung dapat dilihat dari tata cara penggunaan pakaian dan tata rias penari yang melambangkan nilai-nilai keindahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap kesenian yang ada di bali memiliki banyak fungsi seperti halnya Drama Tari  Gambuh Bungkulan memiliki fungsi dalam menampilkan aspek keindahan dalam wujud, bentuk, rupa dan penampilannya. Fungsi estetika religius pada Drama Tari Gambuh adalah mengejawantahkan rasa seni yang diberikan oleh Tuhan dengan mengabdikan seni tersebut kepada Sang Pencipta Seni itu sendiri dengan didasarkan keyakinan dan rasa syukur.

 

d. Fungsi Sosial Budaya

Dramatari gambuh bungkulan mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan masyarakat desa Bungkulan yang diwariskan secara turun temurun kepada generasi ke generasi. Hal tersebut memperlihatkan bahwa leluhur desa Bungkulan secara tidak langsung telah melakukan proses pelestarian budaya yang ada di desa setempat, sehingga hingga saat ini generasi penerus dapat menyaksikan bentuk dramatari gambuh bungkulan sebagai salah satu kesenian yang perlu dijaga kelestariannya

f. Makna dan Nilai Dramatari Gambuh Bungkulan

Makna merupakan tahapan yang paling penting yntuk menemukan sebuah arti atau nilai yang terkandung dalam suatu objek yang diteliti. Drama Tari Gambuh merupakan implementasi dari ajaran Tri Hita Karana yaitu tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagiaan. Pada dasarnya ajaran Tri Hita Karana menekankan tiga hubungan manusia dalam kehidupan di dunia ini. Ketiga hubungan itu meliputi hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam dan hubungan dengan tuhan yang saling terkait satu sama lain. Keharmonisan tiga unsur tersebut diyakini membawa kebahagiaan dalam kehidupan. Adapun 3 unsur tersebut yaitu:

-       Parahyangan, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan sebagai umat beragama atas dasar konsep theologi yang diyakini yang pertama harus dilakukan adalah bagaimana berusaha untuk berhibungan dengan Sang Pencipta melalui berbagai upaya, baik melakukan ritual keagamaan maupun kegiatan lain termasuk dalam bentuk pertunjukan seni

-        Pawongan yaitu hubungan yang harmonis antara sesama manusia. Dalam hal ini ditekankan agar sesama umat beragama untuk saling mengadakan komunikasi dan hubungan yang harmonis memalui kegiatan yang ada di masyarakat. Kegiatan ini dipandang penting mengingat bahwa umat manusia selalu berdampingan. Oleh sebab itu persaudaraan harus tetap terjalin dengan baik.

-     Palemahan adalah hubungan harmonis manusia dengan alam lingkungan. Ajaran ini menekankan kepada umat manusia untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan alam sekitar sehingga terwujud keharmonisan alam dan tetap terjaga keseimbangannya.


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Pengempon Pura Sari Abangan

Banjar Dinas Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan

0

0

Sekaa Gambuh Yowana Pura Sari Abangan

Banjar Dinas Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan

0

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

Maestro Karya Budaya

I Nyoman Suma Argawa

Banjar Dinas Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan

081936475968

0

Ketut Sulaksana

Banjar Dinas Ancak, Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan

0

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 21-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047