Batik Dermayon

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101254
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Batik Dermayon atau Batik Paoman adalah batik yang berasal dari Indramayu yang memiliki motif yang khas pesisir dan dipengaruhi oleh budaya motif Tiongkok. Sejarah Batik Dermayon berasal dari nama Indramayu yang pada masa lalu bernama Darma Ayu. Oleh orang Indramayu diucapkan dalam kesehariannya menjadi Dermayon atau Dermayuan yang berarti gaya, khas Indramayu (Aries Sutanto: 2005). Selain dikenal dengan Batik Dermayon, batik asal Indramayu ini juga disebut Batik Paoman. Kerajinan Batik Dermayon yang telah tumbuh sejak ratusan tahun yang lalu karena Indramayu merupakan wilayah pesisir dengan Pelabuhan Cimanuk, pelabuhan yang strategis dan penting di Pantai Utara Jawa pada tahun 1513-1515. Pembuatan batik klasik Indramayu diperkirakan sudah dimulai pada masa kerajaan Demak (tahun 1527) karena banyak perajin dari Lasem yang hijrah ke Indramayu. Oleh karena itu, ada kemiripan antara Batik Dermayon dan motif Lasem yang didalamnya sudah dipengaruhi oleh motif Tiongkok. Meskipun begitu, batik dari Jawa Tengah ini masuk ke Indramayu melalui perantara pedagang-pedagang yang hilir mudik antara Jepara dan Banten. Awal mulanya, Batik ini dibuat karena para istri nelayan hendak mencari tambahan penghasilan mengingat perekonomian nelayan yang sangat bergantung dengan hasil tangkapan dan cuaca. Para perajin batik menganggap membatik selayaknya melukis tanpa makna khusus apapun selain tertarik pada keindahan semata objek tersebut (Tim Dekranasda Indramayu: 2007). Pada perkembangannya, batik dibuat sebagai komoditi ekonomi yang dibuat berdasarkan selera konsumen (Agung, et.al: 2020). Proses Pembuatan Proses pembuatan Batik Dermayon diawali dari persiapan alat dan bahan, mencanting, proses pewarnaan, hingga tahap akhir yaitu melorod (Tity Sari Handayani: 2013). Proses ini tergolong unik karena terdapat teknik untuk mengisi bidang-bidang kosong dengan menggunakan alat yang disebut “complongan” (Muh. Arif Jati Purnomo: 2011). Complongan adalah alat yang digunakan pada proses tulis dan cap, yang pada bagian bawahnya terdapat paku-paku untuk melubangi kain yang sudah tertutup oleh lilin atau malam, sehingga memiliki nilai tambah. Ide awalnya karena para pembatik tidak memiliki cukup waktu untuk bisa menghasilkan kain batik dalam waktu yang singkat. Proses pembuatan batik tulis menggunakan canting tulis yang dibuat dari tembaga atau kuningan (Joko Dwi Handoyo: 2008). Tahap dalam pembuatan batik tulis diantaranya (Tity Sari Handayani: 2013): 1. Menyiapkan alat dan bahan seperti kain, pewarna, lilin, canting, kompor, wajan, gawangan, timbangan, kawat, complongan, kenceng, dan alat press. 2. Mencuci kain, atau dalam Bahasa Indramayu disebut dengan mengetel kain. Mengetel kain dilakukan setelah kain terpotong-potong. Kain dicuci menggunakan soda abu dan minyak kacang yang bertujuan untuk menghilangkan kanji. 3. Membuat pola, yaitu menjiplak atau dengan cara meniru pola motif yang sudah ada dan langsung digambarkan pada kain 4. Mencanting, proses pelekatan malam, dengan tujuan sebagai perintang warna. Terdapat 3 tahap mencanting yaitu yanting klowon, isen-isen dan nembok. 5. Pewarnaan, yang menggunakan pewarna alami dan pewarna kimia. Kain cukup dicelup 3 sampai 5 kali ke dalam larutan warna. 6. Nglorod, yaitu proses menghilangkan malam yang menempel pada kain. Kain dicelupkan ke dalam air yang mendidih dan ditambahkan kostik soda agar malam cepat hilang 7. Terakhir, kain diangin-anginkan sampai kering dan dipress agar kain terlihat rapih dan siap dipasarkan. Pada batik cap terdapat perbedaan proses yaitu proses pembuatannya menggunakan cap (sejenis stempel yang terbuat dari tembaga), sehingga prosesnya lebih cepat dibandingkan dengan batik tulis. Selain itu tahapan proses pembuatannya sama dengan pembuatan batik tulis. Pada proses pengecapan, pengecapan dilakukan berulang kali hingga tidak ada bidang yang kosong. Motif Batik Dermayon Motif adalah desain yang dibuat dari bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk stilasi alam benda dengan gaya dan ciri khas tersendiri (Hery Suhersono: 2004). Terdapat perbedaan motif antara batik Keraton dengan Indramayu yang terdapat di wilayah pesisir. Batik keraton lebih cenderung statis, dengan pilihan warna tradisi yang sangat terbatas. Berbeda dengan batik Keraton, batik pesisir lebih dinamis dengan pilihan warna beragam, lebih terbuka menerima perubahan, dan tidak terikat terhadap simbol yang melatarbelakangi budaya masyarakat (Muh. Arif Jati Purnomo: 2011). Saat ini terdapat 143 motif batik. Pada umumnya motif yang digunakan adalah flora dan fauna, tema flora terdapat pada motif Tapak Dara, Kembang Ceplok, Kayu Gorda, Kembang Suket, Sekar Niyem, Kawung dan Srintil. Tema fauna terdapat pada motif Iwak Etong, Lasem Urang, dan Merak Ngibing. Tema alam benda terdapat pada motfi Banji Tepak, Blenggi Gapura, Bokong Semar, Gulden dan Siled. Tema peristiwa terdapat pada motfi Tumpal Pasung, Kliwed, Obar-Abir, Rajeg Wesi, Sawat Pentil Kuista, Tumpal Pasung, Liris, dan Kentang (Kiky Trisianti: 2012). Selain flora dan fauna, banyak bentuk lengkung dan garis yang meruncing (dalam Bahasa Indramayu disebut dengan ririan), berlatar putih dan warna gelap, dan banyak titik yang dibuat dengan teknik cocohan jarum, serta bentuk isen-isen sawut yang pendek dan kaku (Tim Dekranasda Indramayu: 2007). Motif-motif berikut adalah gambaran dari karakteristik motif Batik Dermayon (Tity Sari Handayani: 2013): a. Iwak Etong, unsur motif yang menyusun batik ini diantaranya ikan, kepiting, buaya, dan rumput lain b. Sekar niem, yang merupakan tumbuhan liar yang banyak tumbuh di wilayah Indramayu. Bunga sekar niem biasanya digunakan oleh masyarakat sekitar sebagai pelengkap sesajian untuk acara-acara, seperti penyebaran benih padi, pemasangan gunungan rumah dan turunnya perahu ke laut. Bunga ini berbentuk elips, kering dan kecil-kecil. Selain bunga sekar niem, unsur lainnya adalah burung. c. Sawat riwog, unsur pada motif ini diantaranya ubur-ubur, bintang laut, sawat, dan lintah laut yang berkuku. d. Batik lokcan, unsur motif yang menyusun batik lokcan adalah stilasi burung, juanaan, dan stilasi dahan dan ranting. e. Kembang suket, atau biasa disebut bunga rumput. Motif ini muncul karena terinspirasi dari kembang suket yang banyak tumbuh di sekitar pekarangan rumah penduduk. Unsur motif yang terdapat pada batik ini diantaranya kembang suket, kembang gunda, kembang tanjung, dan manuk bungkuk. f. Sidomukti, motif ini menggambarkan kehidupan yang harmonis diantara makhluk hidup dalam satu kesatuan ekosistem dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan Indramayu. Unsur motif ini diantaranya burung, kembang tanjung, sawat, dan ikan. g. Sejuring, motif batik ini tersusun dari bentuk kotak-kotak yang berulang-ulang seperti bentuk jaring nelayan yang berbentuk kotak-kotak, selain itu terdapat garis dinamis yang membentuk bidang belah ketupat, selain itu terdapat garis lengkung yang digambarkan berulang dan bersambungan membentuk seperti kelopak bunga. Unsur dari motif ini diantaranya angin-angin, kembang tiba, dan sogokan. Warna yang terdapat pada Batik Dermayon ini pun dipengaruhi oleh letak geografis. Letak wilayah Indramayu yang berada di daerah pesisir pantai dan memiliki pelabuhan yang strategis. Warna pada Batik Dermayon menggunakan warna-warna cerah, warna tersebut dipengaruhi oleh batik Cina yang menggunakan warna-warna cerah pada batiknya, hal ini dikarenakan bahwa Cina merupakan salah satu negara yang pernah singgah di Indramayu. Warna pada batik ini diantaranya warna merah, hijau muda, kuning, ungu, orange, pink, dan biru muda. Faktor lain pemilihan warna pada batik ini karena sesuai dengan karakter masyarakat pesisir yang ceria, energi, percaya diri, dan bersahabat. (Tity Sari Handayani: 2013). Nilai dan Makna Secara fungsi salah satu motif Batik Dermayon adalah motif Iwak Etong, yang biasanya digunakan sebagai busana pengantin (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat: 2014). Batik Iwak Etong biasanya menggunakan warna hijau, merah dan hitam yang secara psikologis memiliki arti kekaguman terhadap alam sekitar dengan disuguhkan dalam bentuk yang mewah (Tity Sari Handayani: 2013). Contoh lainnya adalah motif Kluwungan yang tidak boleh digunakan sembarangan, namun khusus dipakai oleh anak yang ditinggal mati saudara kandungnya, baik kakak atau adiknya secara bersamaan dan bertujuan agar terhindar dari mala petaka, artinya tidak dibawa mati oleh saudara yang meninggal tersebut (Agung, et.al: 2020). Hingga saat ini, kepercaan mengenai motif Kluwung masih diyakini oleh beberapa kalangan masyarakat. Dalam pemakaiannya, terdapat pemahaman penggunaan warna pada ragam hias batik di daerah Indramayu yang diseusiakan dengan usia, artinya tidak bisa sembarang warna digunakan oleh setiap orang. Warna merah muda dan biru biasanya digunakan oleh para anak muda, sedangkan warna biru dan merah digunakan oleh wanita setengah baya, dan paduan warna biru, coklat, hijau digunakan oleh kalangan orang tua (Muh. Arif Jati Purnomo: 2011). Seiring dengan berjalannya waktu, pengaruh penggunaan warna terhadap umur ini sudah bukan menjadi batasan sehingga batik dengan warna apapun dapat digunakan oleh siapapun. Bagi masyarakat Indramayu, selain untuk meningkatkan perekonomian, keberadaan batik ini memiliki aspek sebagai perekat sosial karena menjadi identitas yang khas dari Indramayu.

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Vivi Batik

Desa Pabean Udik Blok Anjun RT/RW 03/03 No. 22. Indramayu

0

Batik Bintang Arut

Jl. Kopral Yahya No.120, Paoman, Kec. Indramayu, Kabupaten Indramayu

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Maestro Karya Budaya

Nani Rochani

Jalan Mayor Dasuki No.20A Penganjang, Indramayu

081564641915

Warji

Desa Pabean Udik Blok Anjun RT/RW 03/03 No. 22. Indramayu

085642652070

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047