Merlawu

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101258
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image

Merlawu atau munggahan adalah adat istiadat masyarakat Desa Kertabumi, Kabupaten Ciamis yang dilaksanakan sebelum bulan Ramadhan dengan berziarah ke makam leluhur di Situs Gondang.

Sejarah

Kegiatan Upacara Adat Merlawu merupakan suatu tradisi warisan budaya yang dimiliki oleh masyarakar Desa Kertabumi Ciamis. Tidak hanya masyarakat Kertabumi saja yang mengikuti kegiatan tradisi ini, tapi sering kali masyarakat dari luar Desa Kertabumi juga ikut menghadiri pelaksanaan tradisi yang diadakan di Situs Gondang Desa Kertabumi. Kegiatan tersebut menjadi daya tarik bagi masyarakat luar yang ingin mengetahui prosesi pelaksanaan tradisi Merlawu dari awal sampai akhir acara. Upacara Adat Merlawu merupakan kegiatan masyarakat untuk mengingat jasa para leluhur Desa Kertabumi dengan cara berziarah ke makam leluhur tersebut. Selain itu, upacara adat Merlawu juga dapat diartikan membersihkan diri karena pada hari itu masyarakat yang hadir saling meminta maaf sebelum datangnya bulan suci Ramadhan atau biasanya disebut dengan acara munggahan. Bagi masyarakat Islam Sunda acara munggahan merupakan bentuk rasa hornat mereka dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.

Seiring dengan perkembangan zaman Munggahan hanya diartikan sebagai makanmakan atau kumpul-kumpul bersama keluarga dan yang lainya, tapi pada tradisi Merlawu yang dikaitkan dengan munggahan tersebut dijadikan sebagai ajang untuk mempererat tali silaturahmi serta sebagai waktu untuk saling memaafkan diantara kaum Muslim terutama dengan kerabat, dengan maksud untuk membersihkan jiwa dari segala dosa manusia. Dari hal tersebut yang menjadi tujuan utama dilaksanakannya tradisi Merlawu yaitu medoakan leluhur yang telah meninggal dunia dan saling meminta maaf diantara sesama manusia khususnya masyarakat Desa Kertabumi. Diharapkan untuk menyucikan jiwa dari dosa dengan sesama manusia, yang intinya untuk mempersiapkan diri memasuki Bulan Ramadhan. Masyarakat yang berziarah, selain untuk mendoakan juga bermaksud menyucikan diri dan mengingatkan diri pada kematian.

Prabu Dimuntur yang telah menyebarluaskan pengaruh Islam di kawasan Desa Kertabumi sejak tahun 1585 M memiliki peran penting dalam perkembangan Islam khususnya di daerah Kertabumi karena pada saat itu beliau mendirikan kerajaan Galuh Kertabumi. Setelah wafatnya Prabudimuntur, masyarakat yang menjadi bagian dari warga kerajaan Galuh Kertabumi sangat menghormati rajanya yaitu Raja Prabudimuntur memberikan penghormatan terhadap segala jasanya dengan selalu mendatangi makamnya untuk berziarah. Berziarah merupakan salah satu praktik sebagian umat beragama yang memiliki makna moral yang penting. Kadang-kadang ziarah dilakukan ke suatu tempat yang suci dan penting bagi keyakinan dan kepentingan orang yang bersangkutan. Tujuannya adalah untuk mengingat kembali, meneguhkan iman atau menyucikan diri.

Upacara Adat Merlawu, berasal dari kata Merlawu yaitu Lalawuh yang diartikan sebagai makanan hasil pertanian berupa umbi- umbian, kacang- kacangan dan labu. Hal tersebut  berkaitan dengan pemberian nama kegiatan yang dilaksakan oleh masyarakat Kertabumi pada zaman dulu (Sri Pajriah & Mia Sumiari Dewi: 199). Tradisi tersebut dinamakan Merlawu pada saat seseorang yang memimpin jalannya kegiatan di Desa Kertabumi dalam pidatonya menyebutkan kata “Lalawuh”. Saat itu jamuan makan yang digunakan pada kegiatan tersebut merupakan makanan hasil pertanian, oleh sebab itu maka kegiatan tersebut dinamakan Merlawu. Masyarakat membawa makanan dari hasil pertaniannya sendiri kemudian pada saat kegiatan Merlawu dikumpulkan untuk nantinya dimakan bersama-sama dengan masyarakat yang lainnya.

Tradisi Merlawu merupakan bentuk kegiatan yang digelar sejak zaman Galuh Kertabumi. Mulai dari Pangeran Rangga Permana yang kemudian bergelar Prabu Dimuntur (1585-1602 M) yang makamnya terletak di Dusun Sukamulya, berbatasan dengan Dusun Bunder, Desa Kertabumi. Setelah wafatnya Prabu Dimuntur, masyarakat Kertabumi setiap tahunnya selalu berziarah ke makamnya untuk mendoakaan dan mengenang jasa-jasanya. Hal ini menjadi kebiasaan dan lahir sebuah tradisi Merlawu yang masih dilaksakan setiap tahunnya sampai saat ini.

Tradisi Merlawu adalah ritual yang dilaksanakan pada bulan Ruwah, 7 (tujuh) hari sebelum Ramadhan, pada hari Senin atau hari Kamis di bulan itu yang dilaksanakan di dua tempat yaitu di Situs Makam Prabu Dimuntur dan di Situs Gunung Susuru. Upacara Merlawu yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Kertabumi diselenggarakan pada bulan Ruwah dimaksudkan bulan tersebut merupakan bulan sebelum bulan suci Ramadhan. Diharapkan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan khususnya bagi masyarakat Desa Kertabumi dapat saling membersihkan diri dengan meminta maaf diantara yang satu dengan yang lainnya, menjadikan tradisi upacara adat Merlawu tersebut merupakan kegiatan yang tepat sebagai suatu wadah berkumpulnya masyarakat Desa Kertabumi dalam satu tempat dan bersma-sama mengikuti kegiatan budaya.

Proses Pelaksanaan Merlawu

Sebelum memasuki acara Merlawu, biasanya para sesepuh mengawali dengan berkumpul bersama untuk memandikan pusaka dengan air dari mata air dan dilumuri dengan wewangian. Hal ini bertujuan untuk pemeliharaan benda-benda pusaka tersebut agar awet dan terawat. Lalu dilanjutkan dengan dibukanya naskah kuno Gandoang yang tertulis di atas kertas daluang dan prasasti tembaga, serta bersantap bersama dengan aneka suguhan makanan khas seperti kerupuk menak, gulampo, ikan bakar dan sebagainya (Ute, 2017:334).

Prosesi Upacara Adat Merlawu yang sekarang terbagi kedalam 3 (tiga) kegiatan inti yaitu yang pertama berziarah ke makam Prabu Dimuntur dan leluhur Desa Kertabumi yang dimakamkan di sana, yang kedua yaitu beber sejarah untuk mengingat kembali sejarah Desa Kertabumi khususnya pada masa Kerajaan Galuh Kertabumi dan yang ketiga yaitu balaecrakan yaitu acara makan-makan bersama sambil menikmati pemandangan di wilayah Situs Kertabumi dan menikmati hiburan yang disediakan oleh warga Desa Kertabumi. (wawancara dengan Odo Sudjana S. Ip, 8 Februari 2015)

1.       Ziarah ke Makam Prabu Dimuntur

Prosesi ini dimulai dari waktu matahari mulai muncul sekitar pukul 6.30 WIB, masyarakat mulai mendatangi makam Prabu Dimuntur untuk berziarah. Di tempat tersebut yang menjadi ketua atau pupuhu setempat (biasanya oleh juru pelihara situs) membuka acara dan memimpin acara do’a bersama atau yang biasa disebut tawassul. Tawassul secara etimologi berarti mengambil perantara (wasilah) atau mendekat.

2.       Beber Sejarah Acara

Beber Sejarah dipimpin oleh juru pelihara Gunung Susuru. Beber sejarah tersebut bisa diartikan membeberkan, membuka atau menceritakan kembali sejarah khususnya sejarah di Desa Kertabumi pada masa Kerajaan Galuh Kertabumi. Hal ini bertujuan untuk mengingat kembali tentang sejarah Desa Kertabumi dan menambah pengetahuan kepada warga yang hadir pada acara Merlawu tersebut tentang bagaimana sejarah Desa Kertabumi khususnya pada masa Kerajaan Galuh Kertabumi.

3.       Balakecrakan

Balakecrakan merupakan kata dari Bahasa Sunda yang bisa diartiakan berkumpul untuk makan bersama. Acara balakecrakan dilaksanakan di kawasan situs Gunung Susuru, dengan hidangan yang disajikan berupa makanan dari hasil pertanian yang dipersiapkan warga dan dimakan bersama pada saat kegiatan Merlawu. Sekarang memang bukan hanya hidangan dari hasil pertanian saja atau lalawuh saja yang disajikan, masyarakat pun menambahkan makan lainnya yang dimakan saat acara yaitu seperti makanan dalam hidangan perasmanan saat hajatan berupa nasi dan lauk pauknya, makanan cepat saji yang manis manis dan yang lainnya.

Nilai, Fungsi dan Makna

Merlawu pada masyarakat Desa Kertabumi memiliki nilai sosial budaya yang turut mempererat ikatan kekerabatan di antara masyarakat setempat melalui acara Balakecrakan. Di samping itu Merlawu berfungsi sebagai media ungkap rasa syukur terhadap Tuhan YME dalam menyambut bulan suci Ramadhan dan berperan pula sebagai pengingat jasa-jasa leluhur yaitu Prabu Dimuntur.


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Juru Pelihara Situs Gunung Susuru

Dusun Bunder Rt 9 Rw 4, Desa Kertabumi Kec. Cijenjang Kab.Ciamis

0

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

Maestro Karya Budaya

Adang

Dusun Bunder Rt 9 Rw 4, Desa Kertabumi Kec. Cijenjang Kab.Ciamis

0

Aip Saripudin

Desa Wanasigra, Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis

081323668901

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 18-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047