Nasi Jaha Minahasa

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101430
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Sulawesi Utara
Responsive image

SEJARAH NASI JAHA


Asal Mula nasi Nasi Jaha ada beberapa versi cerita, mungkin orang bilang nasija, itu juga nasi jahe, memang karena nasi ja itu pakai bumbu jahe sebagai satu-satunya bumbu penyedap rasa. Tetapi bukan berarti jahe adalah satu-satunya bumbu penyedap. Selain jahe diperlukan juga daun pandan sebagai pewangi dan santan kelapa sebagai penyedap malahan dilengkapi juga dengan Batang sere. Dalam penuturan cerita dari orang-orang tua, bahwa nasi jaha itu adalah nasi orang-orang jahat. Mengapa begitu? Ceritanya setelah orang Minahasa keturunan Toar Lumimuut yaitu Makedua Siowv kemudian Makatedu Pitu dan Pasiowan Tedu dalam kesepakatan dari keturunan mereka di watu Tumotowa. Mereka oleh dotu Muntu diperintahkan menyebar dari Watu Pinabetengan menempati seluruh wilayah tanah pusaka Toar Lumimuut yaitu Tanah Malesung mereka menyebar ke wilayah-wilayahbtanah malesung itu. Dari kelompok Ton Pekewa kewilayah barat daya suku Tontewo ke utara dan mereka terpecah menjadi dua suku yaitu Tombulu dan Tonsea. Suku Ton Pakewa berkembang menjadi suku Tontemboan dan suku Pasan. Kemudian kelompok Tontewo berkembang lagi suku Tonlour dan suku Tonsawang. Selain itu didekat perbatasan Bolaang Mangondow terjadi percampuran darah antara orang-orang Tonpekewa dan orang Mangendo sehingga jadilah suku Ponosokan. Di pantai utara dan barat malesung berkembang suku bantik. Pantai utara dan pantai timur sering didatangi oleh suku asing di luar Malesung yakni orang-orang Mangindano, juga orang-orang Tidore dan Ternate. Orang-orang asing ini sering menggangu orang-orang Malesung yang mendiami pesisir pantai. Mereka disebut Tou Lewo atau Wosey, karena disebut perampok atau pembajak, yang merampas harta bahkan menangkap orang-orang Malesung sebagai tawanan bahkan para wanita mereka tangkap untuk melampiaskan maksud jahat mereka. Akibatnya orang Malesung yang gagah perkasa yang dikatakan Waraney mengambil langkah untuk menumpas para wosey itu. Para waraney yang terkenal yaitu Maramis, Matindas dan Montororing mereka berusaha mencari tempat sebagai markas para wosey untuk dihancurkan. Dengan berbagai ilmu dan kekuatan serta keberanian yang tinggi waraney mengejar wosey itu sampai di lokasi markas mereka. Pulau menurut cerita
orang tua bernama pulau Bentenan. Sebutan bentenan itu dinamai karena disitu terdapat benten sandaran bulu nasija yang dipeggang untuk makanan wosey. Nasi yang dipanggang itulah yang disebut nasi orang jahat (Kan ne Tou Lewo). Makanan ini dibuang ke laut oleh para waraney malesung, kemudian membongkar kemah-kemah para wosey itu dan dimusnahkan. Karena para waraney ini merasa lapar, maka sebagaian nasi yang sementara dalam perapian di benten itu, meraka makan dengan meremaskan santan kelapa untuk melindungi lambung mereka dari kemungkinan nasi itu sengaja ditinggalkan wosey karena diberi racun. Dari situlah nasi yang diberi santan itu disebut Sinari (nasi yang dimasak dengan santan kelapa). Itulah sekelumit kisah sebuah nasi jaha atau orang Tonsea bilang Sinari, nasi orang jahat yang disucikan dengan pemberian santan kelapa menjadi hidangan kemenangan

 
Nasi Jaha adalah makanan khas daerah Minahasa (termasuk kota Manado Bitung dan Tomohon), tetapi juga sudah dapat dijumpai di beberapa daerah di Sulawesi Utara, seperti Kepulauan Sangihe dan Talaud, Bolaang Mongondow, bahkan Gorontalo. Nasi jaha dibuat dari beras ketan, santan kelapa dan bumbu utamanya adalah jahe. Nasi jaha dimasak dalam bambu khusus yang dikenal di daerah sebagai bambu (bulu) nasi jaha.
 

 

 

 


Bahan Baku
Bahan
-          2 ons beras ketan
-          1 ons beras putih
-          1 gelas santan
-          1 lembar daun pandan
-          1 lembar daun jeruk purut
-          1 ruas kecil serai, geprek
 
Bumbu halus
-          Garam secukupnya
-          1/2 sendok the gula pasir
-          1 cm jahe
-          4 butir bawang merah
 
Bahan lainnya
-          Daun pisang secukupnya
-          Bambu secukupnya, diraut supaya agak tipis
 
 
Cara membuat
-          Mencuci beras ketan lalu merendamnya selama semalam. Setelah itu siapkan semua bahan-bahan lain yang anda butuhkan untuk mengolahnya
-          Cuci juga beras putih sampai bersih lalu tiriskan. Kukus beras putih bersama beras ketan yang sudah direndam dan dicuci selama 10 menit
-          Sementara itu anda bias merebus santan bersama bumbu halus, serai, daun pandan serta daun jeruk. Aduk-aduk sampai tercampur rata dan mendidih
-          Tuang santan tersebut kedalam campuran beras yang dikukus tadi sembari diaduk-aduk merata
-          Kukuslah kembali sampai matang kemudian siapkan daun pisang untuk membungkusnya. Taruh adonan di atas daun pisang lalu padatkan dan gulung
-          Bungkus dengan menyemat kedua ujungnya menggunakan lidi. Lakukanlah langkah ini sampai semua beras terbungkus daun pisang
-          Setelah itu masukkan bungkusan beras kedalam bambu yang sudah disiapkan dan panggang diatas bara api dengan miring sampai matang
-          Angkat lalu keluarkan dari bambu. Potong potong nasi jaha dan sajikan di piring saji untuk dinikmati
 
Beras ketan adalah bahan baku utama nasi jaha. Untuk membuat tekstur tidak terlalu lunak ditambahkan beras biasa dengan perbandingan beras dan ketan adalah 1:4. Bahan utama kedua adalah santan kelapa segar dengan jumlah 1-2 butir untuk tiap kg campuran ketan, tergantung ukuran kelapa. Bambu nasi jaha adalah bahan utama dalam memasak nasi jaha. Bambu nasi jaha merupakan jenis bambu yang tipis dengan ruas yang panjangnya dapat mencapai 1 m. Untuk menjaga agar nasi tidak lengket pada bambu maka bagian dalam bambu dilapis daun pisang, atau daun Laikit (sejenis pisang kipas yang lebih liat dan alot). Bambu utama nasi jaha adalah jahe. Di samping itu ditambahkan juga bumbu lain yaitu serei, bawang merah, dan sedikitpun dan serta garam.
 
Proses Produksi
Proses pengolahan nasi jaha adalah sebagai berikut:
1.      Beras ketan dan beras dicuci dan direndam dalam air bersih selama 5-6 jam.
2.      Bumbu-bumbu dibersihkan dan dihaluskan, kemudian dicampurkan dengan beras.
3.      Campuran beras selanjutnya dimasukkan ke dalam bambu yang sudah dilapisi daun pisang di dalamnya, sambil ditepuk-tepuk perlahan agar bambu terisi merata dengan beras sampai 15-20 cm dari ujung.
4.      Santan dituangkan kedalam bambu sampai melewati permukaan beras.
5.      Bambu dipanggang dengan cara disandarkan miring menggunakan kayu bakar selama 2-3 jam.
 
Cara Konsumsi
Nasi jaha biasanya dipersiapkan pada perayaan-perayaan besar seperti Natal, Tahun Baru atau Hari Pengucapan Syukur (Thanksgiving day), tetapi sekarang sudah dapat dijumpai setiap hari di tempat penjualan kue tradisional atau modern. Pada umumnya nasi jaha dikonsumsi sebagai kue tanpa tambahan lain karena sudah mengandung bumbu. Tetapi ada yang memakannya dengan tambahan sambal ikan kering, sambal cakalang atau daging. Ada yang mengkonsumsinya sebagai pengganti nasi dan dimakan dengan lauk. Untuk menghidangkannya, bambu dibelah dan nasi jaha dipotong-potong dalam berbagai ukuran.
 
 Komposisi Gizi
 Komposisi gizi nasi jaha per 100 gram dapat dilihat pada table berikut:

Komponen

Jumlah (%)

Protein
Lemak
Karbohidrat

6.1
8.5
62.6

Nasi Jaha Kuliner Tradisional Khas Manado
 
Salah satu kuliner yang wajib dicari dan dirasakan oleh Anda saat mengunjungi seluruh wilayah propinsi sulawesi utara adalah makanan tradisional Nasi Jaha. Nasi Jaha merupakan kuliner asli buatan masyarakat kota Manado, sehingga bagi siapa yang datang ke kota Manado wajib buat mencicipi kelezatan Nasi Jaha ini.
Nasi Jaha adalah salah satu makanan khas Sulawesi Utara yang berbahan dasar beras ketan dan santan yang sebelumnya diisi kedalam batang bambu berlapis daun pisang kemudian dibakar. Nasi Jaha merupakan salah satu makanan yang lezat karena penggunaan bumbu rempah-rempahnya. Mungkin kuliner sejenis ini juga terdapat di beberapa daerah lainnya di Nusantara ini. Hanya saja Nasi Jaha memiliki nama yang berbeda sebutannya di daerah lain.
Meskipun tergolong makanan lama, namun makanan ini dengan mudah didapat apabila ada acara perayaan hari besar dan upacara tradisional di Kota Manado. Cita rasa yang khas dan teknik pembuatan yang cukup menarik, tentu saja membuat makanan khas yang satu ini, cukup spesial, dan tak heran bila sering dipilih masyarakat untuk disantap. Untuk mengolah Nasi Jaha cukup sulit. Sebab harus melewati beberapa proses masak hingga benar-benar matang. Selain itu, ketepatan untuk mengukur bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat Nasi Jaha pun diperlukan. Bila tidak, Nasi Jaha akan terasa tawar (bila rempah-rempahnya kurang) atau akan terasa pahit (bila rempah-rempahnya tidak sesuai takaran).
Makanan ini tergolong makanan ringan, oleh karena terbuat dari campuran beras ketan kemudian dibumbuhi dengan jahe lalu diendapkan dengan perasan santan kelapa, dimasukkan dalam bambu selanjutnya dipanggang diatas bara api. Nah, makanan ini mirip banget rasanya sama lemper. Tapi tanpa filling daging. Nasi Jaha juga terbuat dari beras ketan dan dibungkus dengan daun pisang. Biasanya Nasi Jaha disantap bersama abon daging rusa atau sapi, atau abon ikan cakalang, atau pun gulai dan kari.
Rasanya sangat khas dengan aroma yang menggugah selerah makan. Saat ini Nasi Jaha dapat dibeli di pasar-pasar tradisional, supermarket, swalayan, dan restoran serta rumah makan atau cafe di Kota Manado sebagai oleh-oleh untuk keluarga yang berkunjung ke Kota Manado.
 


Upaya Pelestarian dan Program-Program kedepan:
Pelindungan:
-          Masyarakat Minahasa setiap tahun mengadakan pengucapan syukur di pertengahan Tahun, karena di pertengahan tahun masyarakat Minahasa melaksanakan Panen Raya hasil pertanian.
Pengembangan:
-          Nasi jaha setiap hari dibuat sebagi makanan kuliner untuk dipasarkan di rumah-rumah kopi dan supermarket
Pemanfaatan:
-          Meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat;
Pembinaan:
-          Diadakan sosialisasi melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Kesehatan dan Dinas Koperasi.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Bethesda

Lemoh Uner Jaga 1, Kec. Tombariri Timur, Kab. Minahasa

0

(-)

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Maestro Karya Budaya

Marianus Kapoh

Lemoh Barat Uner 1, Kec. Tombariri Timur, Kab. Minahasa

0

(-)

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047