PAJJAGA ANDI MAKKUNRAI

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101441
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Sulawesi Selatan
Responsive image

Sejarah munculnya Tari Pajjaga di kerajaan Bone adalah setelah perkawinan antara La Patau Matanna Tikka dengan seorang putri dari kerajaan Luwu, sehingga Putri tersebut mengikuti sang Suami ke Saoraja (Istana Bone). jadi pelindung serta penghibur di ikut sertakan untuk menjaga sang putri di dalam Istana Bone. maka dari itu berkembanglah Tari Pajjaga di kerajaan Bone. Tarian ini tumbuh dan berkembang di lingkungan kerajaan Bone dan ditarikan di dalam Saoraja (Istana Bone).

Tari Pajjaga berasal dari dua kata yaitu pa yang berarti orangnya dan jaga artinya berjaga, maka pajjaga adalah orang yang berjaga. Pajjaga Andi merupakan tari yang dulunya bernama tari Pajjaga. Akan tetapi tari ini kemudian berubah nama menjadi tari Pajjaga Andi pada masa pemerintahan raja Bone yang ke XXXII (32) yaitu La Mappayukki Sultan Ibrahim Matinroe Ri Gowa atau dikenal dengan sebutan nama Andi Mappanyukki pada tahun 1931.  Istilah Andi dalam Bahasa Bugis berasal dari kata Anri yang berarti Adik. Nama Andi merupakan pemberian dari orang Belanda seorang peneliti budaya Bugis yang bernama Mattes, gelar ini untuk membedakan antara mana yang keturunan bangsawan dan bukan keturunan bangsawan. Sedangkan kata makkunrai dalam bahasa Indonesia adalah perempuan. Jadi Tari Pajjaga Andi Makkunrai adalah tari untuk menghibur Raja pada saat istirahat di Saoraja (Istana Bone). tari ini terbagi menjadi dua yaitu tari Pajjaga Andi Makkunrai untuk perempuan dan tari Pajjaga Andi Burane untuk laki-laki.

Dahulu Tari Pajjaga Andi Makkunrai merupakan tari untuk kegiatan hiburan terutama untuk Raja yang berkuasa pada masa itu atau kalangan Andi dan bangsawan. Selain untuk menghibur Raja, tari Pajjaga Andi Makkunrai ini ditarikan untuk menghibur tamu-tamu Raja yang datang dari luar. Bisa juga ditarikan pada saat acara pelantikan Raja.

Bentuk penyajian dari Pajjaga Andi Makkunrai versi Lembaga Seni Budaya Arung Palakka yaitu penari perempuan yang berusia remaja dan berjumlah genap antara 2, 4, 6, 8 orang penari. Mempunyai ragam gerak yang meliputi: ragam gerak Muttama (gerakan masuk), ragam gerak Makkasiwiyang (penghormatan), ragam gerak Mangngade (adab), ragam gerak Mappatebe (meminta izin), ragam gerak Massampeang (menolak bala), ragam gerak Mali Siparappe Rebba Sipatokkong, ragam gerak Sere (menari), ragam gerak Massimang (mohon pamit). Pada saat sistem kerajaan tidak memiliki pola lantai. Namun sekarang sudah dikembangkan akhirnya memiliki pola lantai agar menambah keindahan dari tari tersebut. Adapun musik pengiringnya yaitu dua buah gendang, satu gong, satu kancing dan satu Ana’Baccing. Kostum yang terdiri dari Waju Tokko (baju bodo), Lipa Tallasa (sarung tallasa), Tali Bennang (ikat pinggang), Simatayya, Potto Lampe (gelang panjang), kalung, Bangkara (anting-anting), Patteppo Jakka (semacam bando), Pinang Goyang, Simpolong Tettong (sanggul berdiri), kembang, dan dadasa. Properti yang digunakan adalah kipas dan selendang.

Makna ragam Pajjaga Andi Makkunrai yaitu penghormatan kepada Raja dan berfungsi untuk menghibur Raja dan tamu-tamu Raja pada saat istirahat dalam Istana Bone.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Saoraja Arts

Jl. MH. Thamrin

081242710110

-

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

Maestro Karya Budaya

Dr. Jamilah, M.Sn

Jl. Nipa-nipa II No. 86 Blok. III Perum. Antang Makassar

081355749360

jamilah@unm.ac.id

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 29-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047