Malamang Padang Pariaman

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101367
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Sumatra Barat
Responsive image

MALAMANG

Tradisi malamang merupakan suatu budaya yang diwariskan secara turun temurun dan  dan berkembang di lingkungan masyarakat Minangkabau, khususnya masyarakat di Kabupaten Padang Pariaman. Bila diperhatikan secara sekilas, Malamang terkesan hanya merupakan proses atau cara memasak lamang (lemang) dengan menggunakan media bambu yang kemudian di bakar diatas bara api. Padahal, tradisi Malamang tidak hanya soal kemahiran memasak lemang, namun tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai dan sejarah yang membuat tradisi ini bertahan di Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Padang Pariaman. Semaraknya tradisi Malamang,  biasanya akan terasa pada peringatan hari-hari besar Islam, yakni menjelang bulan Ramadan, lebaran (Idul Fitri dan Idul Adha), peringatan Maulid Nabi, baralek (pesta pernikahan), peringatan hari kematian, dan sebagainya.

Mayoritas masyarakat di Padang Pariaman menyakini, sejarah tradisi Malamang tidak dapat dilepaskan dari peran dan perjuangan Syekh Burhanuddin untuk menyiarkan agama Islam di Minangkabau. Malamang dapat dikatakan metode dakwah yang digunakan oleh Syekh Burhanuddin untuk mengajarkan perbedaan makanan halal dan haram dalam ajaran Islam kepada masyarakat di daerah Ulakan, Padang Pariaman. Menurut tambo, pada saat menyiarkan Islam, Syekh Burhanuddin kerap bersilaturrahmi ke rumah-rumah penduduk. Meski saat itu Islam sudah mulai berkembang, namun masyarakat tidak tahu mana makanan yang halal dan mana yang haram. Jamuan makan yang umumnya dihidangkan masyarakat adalah gulai babi, rendang tikus dan goreng ular, sehingga saat bertamu Syekh Burhanuddin meragukan kehalalan makanan yang dihidangkan oleh masyarakat.

Syekh Burhanuddin memperkenalkan cara memasak yang bisa dipastikan tidak akan tercampur antara yang halal dan yang haram. Masyarakat diminta memasak nasi dalam ruas talang (bambu) yang belum tersentuh oleh siapapun. Talang atau bambu tipis ini dilapisi dengan daun pisang untuk melapisi dinding bambu agar beras yang dimasukkan kedalam ruas, tidak terkena serbuk yang melekat di dinding bambu tersebut. Setelah masak nasi dari bambu ini, barulah Syekh Burhanuddin makan dengan hati yang tenang. Awalnya Syekh Burhanuddin menggunakan beras biasa, namun karena tidak tahan lama dan cepat basi, maka beliau menggantinya dengan beras ketan (puluik) yang lebih tahan lama. Disamping itu, memasak beras biasa berbeda dengan beras ketan, karena beras ketan lebih lama masaknya. Saat memasak beras ketan, talang (bambu) diputar-putar agar merata, dan kemudian dimasak dengan menggunakan tungku pembakaran yang menggunakan kayu bakar (Refisrul, 2017).

Di Kabupaten Padang Pariaman, tradisi malamang dilakukan pada hari pertama dari tiga hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Di kabupaten ini, perayaan Maulid Nabi unik, karena tidak hanya dilakukan satu hari dan  di satu tempat. Perayaan Maulid Nabi bisa dirayakan saat sebelum peringatan Maulid Nabi yang jatuh pada 12 Rabiul Awal, ketika peringatan Maulid Nabi, dan setelah peringatan Maulid Nabi. Setiap korong atau dusun tidak boleh mengadakan tradisi malamang pada tanggal yang sama. Inilah yang membuat perayaan Maulid Nabi di Padang Pariaman dapat berlangsung selama dua sampai tiga bulan (Yudhistira Adi Poetra, 2018).

Secara filosofis, tradisi malamang juga menggambarkan nilai-nilai gotong royong dan semangat kebersamaan.  Hal ini tergambar pada hari pertama dari tiga hari peringatan Maulid Nabi. Pada pagi harinya, masyarakat yang terdiri dari laki-laki dewasa dan beberapa anak yang diajak membantu pergi mencari bambu dan kayu bakar untuk memasak lamang. Di rumah, para ibu-ibu dibantu oleh anak perempuan mereka di setiap rumah mulai memasak bahan-bahan untuk isian lamang. Setelah bambu dan kayu bakar sudah dapat, bahan-bahan tadi dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar pada sore hingga malam harinya.


Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 25-01-2022

Komunitas Karya Budaya

Surau Gadang Toboh

Nagari Toboh, Kabupaten Padang Pariaman

081266222610

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 25-01-2022

Maestro Karya Budaya

Kamal Guci

Jorong Lubuak Guci, Korong Sarang Gagak, Nagari Pakandangan, Kec. Anam Lingkuang

081374082755

Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 25-01-2022
   Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 25-01-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047