TAPIS RAJO TUNGGAL
I. Sejarah Kain Tapis Lampung
Pada mulanya kain tapis merupakan pakaian wanita suku Lampung berbentuk kain sarung yang terbuat dari tenunan benang emas dengan motif atau hiasan yang disusun dengan cara di cucuk dengan benang emas. Melalui kreativitas yang tinggi, para ibu-ibu atau wanita menyulam berbagai macam motif atau hiasan dengan dengan keindahan ragam hias yang bernilai tinggi, seperti motif alam, manusia, flora dan fauna. Motif-motif tersebut merupakan jenis motif yang selalu digali oleh para pembuat tapis tradisional.
Tapis rajo tunggal misalnya bisa terdiri dari berbagai motif, diantaranya motif manusai, hewan, dan tumbuhan. Masing-masing memiliki keunikan dengan tingkat kerumitan pembuatan yang cukup tinggi disbanding dengan tapis yang lainnya.
Jejak sejarah tapis Lampung berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Lampung. Namun, dilihat dari berbagai motif yang ada, sejarah tapis sudah ada sejak zaman Hindu sekitar abad ke 12-13 M, bahkan diyakini sejak zaman prasejarah.
Pada awal perkembangannya, ketika orang telah mengenal cara menenun, bahan yang digunakan adalah benang kapas. Kemudian mereka mengenal pencelupan warna dari tumbuhan yang terdapat di sekitarnya. Ragam hias terdapat pula pada permukaan nekara perunggu pada motif spiral, meander, garis lurus, tumpal, lingkaran, dan sebagainya. Selain itu, di dalamnya dapat kita jumpai ragam hias yang berupa binatang dan tumbuhan.
Pengaruh Budha juga terdapat di dalamnya. Sedangkan Islam masuk sesudah abad ke-15 M juga memperkaya unsur-unsur ragam hias tapis Lampung. Unsur-unsur sebelumnya tidak dihilangkan, seperti motif segitiga dari perioe prasejarah tetap terdapat pada ragam hias Hindu yang melambangkan Dewi Sri dan Dewi Kemakmuran. Kemudian ada motif pucuk rebung yang melambangkan segi kekuatan yang tumbuh di dalamnya, serta dikatakan juga bentuk segitiga tersebut abstrak dari bentuk manusia.
Bentuk spiral dan meander melambangkan pemujaan matahari dan alam. Sedangkan ragam hias tumbuhan pada pohon hayat merupakan kepercayaan yang universal yang melambangkan ke-Esa-an Tuhan pencipta alam semesta.
II. Jenis Kain Tapis Lampung
Sebagian masyarakat telah banyak mengenal kain tapis Lampung. Kain yang ditenun dengan sulam benang khas. Berbagai macam motif tersebar dikalangan masyarakat Lampung. Dari motif-motif tersebut mempunyai fungsi dan maknanya masing-masing sesuai dengan stratanya. Kain tapis dipakai dalam momentum tertentu dengan makna tertentu pula. Kain tapis merupakan ciri khas dari daerah serta status sosial si pemakai.
Tapis dalam masyarakat Lampung terdapat beberapa jenis yang menyelaraskan kehidupan terhadap lingkungan maupun Sang Pencipta alam semesta. Motif atau jenis yang terdapat di dalamnya diantaranya:
Adapun jenis tapis tersebut pemakaiannya disesuaikan dengan kelompok kekerabatan dalam kedudukannya di masyarakat adatnya masing-masing.
Tapis Rajo Tunggal merupakan sarung tenunan dengan bahan dasar benang kapas, berlajur horizontal warna merah, hitam, putih, dan coklat. Adapun ragam hias disulam dengan benang hias motif orang diatas rato ditarik orang, pucuk rebung, tajuk beketik empat susun dan sasab. Tapis Raja Tunggal dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat dan pengambilan gelar, baik gelar pangeran maupun sultan. Khusus untuk daerah Abung Lampung Utara, Tapis jenis ini dipakai oleh para gadis dalam menghadiri upacara adat.
Adapun tapis Rajo Tunggal melambangkan keagungan wanita Lampung sebagai yang di ikutkan atau di tuakan dalam kepenyimbangannya dan sangat menjunjung tinggi kehormatan dan kesucian hati.
Masyarakat Lampung yang beradat Pepadun menggunakan berbagai jenis kain tapis dalam berbagai upacara adat. Kain tapis dengan jenis tapis bermotif Rajo Tunggal di kenakan oleh istri Tuho Penyimbang pada upacara mengawinkan anak dan upacara pengambilan gelar.
Hal istimewa yang membedakan jenis Tapis Rajo Tunggal dengan jenis tapis lainnya adalah tingkat kesulitan dalam proses pembuatannya. Serat dalam motif tenunan Tapis Rajo Tunggal lebih rapat sehingga memiliki nilai yang tinggi. Kebanyakan penenun Tapis Rajo Tunggal membuat Tapis berdasarkan permintaan pelanggan. Hal ini menjadi nilai eksklusifitas Tapis Rajo Tunggal Desa Pekurun, Kabupaten Lampung Utara.
III. Teknik dalam Pembuatannya
Teknik dalam pembuatan motif-motif pada kain tapis yang pertama sekali adalah memintal kapas menjadi benang serta pemintalan kepompong pada ulat sutra menjadi benang emas. Setelah menjadi benang kemudian di awetkan dalam rendaman air yang dicampur dengan akar serai wangi. Setelah proses pengawetan selesai, tahap selanjutnya adalah pewarnaan benang dengan menggunakan bahan alam. Setelah benang yang dibutuhkan siap, selanjutnya merajut benang menjadi kain. Kain sudah terbentuk, tahap selanutnya membuat motif-motif seperti motif alam, flora dan fauna dengan menggunakan benang yang sudah diberikan warna sesuai yang dibutuhkan. Motif-motif tersebut disulam dengan teknik cucuk menggunakan benang emas sesuai motif yang akan dibuat.Begitu juga dengan motif tapis rajo tunggal.
Pembuatan motif tapis rajo tunggal lebih rumit dikarenakan benang yang disulam lebih padat dan cara memilin atau memelintir benang menjadi motif rajo tunggal lebih sulit. Itulah salah satu alasan mengapa tapis rajo tunggal sudah jarang didapat ataupun pembuatnya sudah jarangmenyulam motif tapis rajo tunggal tersebut. IV. Nilai dan Makna pada Setiap MotifnyaMakna yang tersirat dari motif ragam hias yang terdapat pada tapis rajo tunggal memiliki makna simbolis yang tinggi salah satunya sebagai lambing kesucian yang melindungi pemakainya dari segala kotoran dari luar.
Masyarakat Lampung memiliki watak dan sifat keterbukaan terhadap berbagai inovasi, ide-ide dan inovasi baru. Prinsip ini dapat terlihat pada unsur nemui nyimah dan nengah nyapur. Perubahan yang diakibatkan faktor dari luar, terjadi karena adanya hubungan, komunikasi, interaksi social dan kultur kebudayaan lain.
Kerajinan kain tapis pada perjalanannya mengalami perubahan. Secara garis besar perubahan terjadi pada kain tapis Lampung ditandai dengan perubahan fungsinya, diantaranya dari busana kelengkapan upaca adat menjadi produk komoditi perdagangan.
Pada kain tapis awalnya mengandung makna simbolis filosofis yang dalam, akan tetapi sekarang makna tersebut sudah hamper dikesampingkan dan hanya dinilai askpek keindahannya saja. Sedangkan nilai yang terkandung didalamnya tersimpan sebuah nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat Lampung. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai sakral, stratifikasi sosial, nilai sejarah, pemahaman yang bersinergi dengan alam, nilai kreatifitas dan nilai ekonomis.
Disetujui Oleh Ronggo Utomo Hardyanto Pada Tanggal 17-01-2022
© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya