Rengganis Banyuwangi

Tahun
2021
Nomor Registrasi
202101503
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image

Rengganis adalah sebuah genre pertujukan yang berbentuk Teater Tradisi. Rengganis oleh sebagian masyarakat Banyuwangi disebut Praburoro dan sebagian lain menyebutnya dengan istilah Umarmoyo. Rengganis dan Umarmoyo merupakan tokoh sentral yang digemari masyarakat karena kepandaian dan kebijakannya. Oleh karena sifat-sifat baik yang dimiliki, dia menjadi idola, Sehingga nama lakon tersebut melekat di hati masyarakat.Tokoh-tokoh yang populer dalam kesenian Rengganis adalah Jemblung, abdi Umar Moyo, Lam Dahur, Pati Tejo Matal, Jayengrono. Drama tari Rengganis diperkirakan muncul sekitar tahun 1933. Teater Tradisi Rengganis bersumber pada Serat Menak, Serat Menak merupakan hasil transformasi dari sastra Melayu Hikayat Amir Hamzah, di mana Hikayat Amir Hamzah pun berasal dari sebuah wiracarita Persia berjudul Qissa il Emir Hamza, yaitu sebuah epos yang mengkisahkan kepahlawanan tokoh Amir Hamzah. Di dalam cerita itu, tokoh Amir Hamzah digambarkan sebagai pahlawan yang hebat dan gagah berani, seorang tokoh penyebar Agama yang dibawa Nabi Ibrahim as. Karena Serat Menak berinduk pada epos Persia Qissa il Emir Hamza, terdapat nama-nama tempat maupun tokoh yang berasal dari bahasa Persia yang kemudian “di-Jawa-kan”. Sementara itu diperkirakan, Serat Menak masuk dalam kesusastraan Jawa sekitar abad ke-17 M, Kemudian muncul wayang Jemblung atau wayang Menak. Itu yang menceritakan kisah dari buku Qissa il Emir Hamza. Cerita yang aslinya bahasa Persia kemudian masuk ke bahasa Melayu, lalu masuk ke bahasa Jawa. Serat Menak dianggap paling cocok dan menarik karena saat itu masyarakat Banyuwangi menganggap bahwa zamannya telah memasuki zaman keislaman. Sebagai sarana dakwah, drama tari Rengganis amatlah cocok sehingga cerita yang muncul hanyalah seputar penaklukan raja seberang {sabrang) yang dianggap kafir, untuk kemudian diislamkan. Kaitannya dengan hal keislaman, peran tokoh Umarmaya sangat dominan karena dianggap sebagai tokoh sentral yang dipercaya untuk menjalankan dakwah. Aspek sosial Pada Teater Tradisi Rengganis ketika pertunjukan dinikmati oleh hampir semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan pertunjukan tersebut, baik para pemain, penonton, maupun si empunya hajat. Pada peristiwa pertunjukan tersebut penonton bertemu dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda tapi dengan bertemunya masyarakat yg berbeda-beda di tempat pertunjukkan itu, dan menjadi sarana untuk bercakap-cakap, bersilaturahim, dan menjalin kontak dengan sesama para pecinta seni. Berbagai cerita yang dilakonkan, aneka tari, dan lagu-lagu daerah, memproyeksikan gagasan, angan-angan, dan harapan siapa saja yang terlibat dalam pertunjukan. Dengan demikian ketika datang menyaksikan pertunjukan ini, masyarakat tidak sekedar memperoleh kegembiraan dan sejenak terlepas dari rutinitas hidup sehari-bari, namun mereka juga mendapat kesempatan untuk bersosialisasi serta menciptakan jaringan pertemanan yang baru. Aspek sosial pada hakekatnya adalah menjadi sarana untuk memperkokoh jaringan sosial, kesetiakawanan sosial, solidaritas sosial, yang pada gilirannya akan memperkokoh rasa persaudaraan sesama warga masyarakat. Rengganis berfungsi sebagai sarana hiburan, tempat penonton menemukan kepuasan estetis. Hal ini bisa mereka peroleh secara langsung dari panggung pertunjukan; di panggung itu masyarakat mendapat suguhan estetik, karena setiap pertunjukan ini selalu berusaha menampilkan kemampuan terbaiknya. Musik, lagu-lagu, tari, dan humor (baik yang dibawakan oleh para pelawak maupun yang disisipkan di sana-sini dalam cerita) adalah menu hiburan yang dipersiapkan sebaik-baiknya bagi para penonton. Rengganis berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dalam hal ini pendidikan harus dimaknai secara luas. Penggunaan babasa daerah, musik daerah, serta hal-hal lain yang bersifat etnis adalah pendidikan kultural. Tokoh jahat dikalahkan oleh tokoh baik merupakan pendidikan moral. Karena itu, selain terhibur, batin pemirsa juga diperkaya oleh isi tontonan. Di kalangan masyarakat Banyuwangi, kekayaan batin tersebut dinamakan “rasa.” Untuk memerolehnya, para penonton tidak merasa harus mengikuti keseluruban cerita. Jadi menonton Rengganis pada dasamya adalah sebuah pendidikan dalam rangka menumbuhkan rasa yang oleh masyarakat Banyuwaagi tidak akan ditangkap dan dimaknai dengan logika, melainkan akan dinikmati, diresapi, dan dihayati dengan totalitas rasa. Rengganis memiliki fungsi ekonomi atau setidaknya sebagai pemantik aktivitas ekonomi. Masyarakat berdatangan dan di tempat itu mereka membutuhkan pasokan makanan, minuman, atau kebutuhan-kebutuhan lain yang harus mereka beli. Para pedagang memeroleh pasar yang memungkinkan mereka mendapat penghasilan, Orang-orang yang terlibat dalam pertunjukan para pemain, pemusik, dan lain-lain akan pulang sambil membawa uang tunai untuk keluarga masing-masing. Kesenian Rengganis atau Praburara merupakan salah satu jenis kesenian yang ada di Banyuwangi. Salah satu grup yang masih bertahan hingga saat ini adalah Langen Sedya Utama di Dusun Krajan, Desa Cluring, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kondisi kesenian ini cukup memprihatinkan karena pemilikan peralatan dan perlengkapan yang digunakan sudah tidak memadai dan pemainnya telah berusia tua. Regenerasi pemain yang tidak berjalan, kreatifitas pemain yang kurang berkembang, serta tidak adanya patron (pemilik modal dan tokoh masyarakat) turut memengaruhi redupnya kesenian ini di tengah-tengah masyarakat. . Periode tahun 1970-1980an kesenian Rengganis sangat digemari dan mendapat tempat di hati masyarakat Banyuwangi. Namun saat ini hanya tinggal grup Langen Sedya Utama yang masih bertahan meski dalam keadaan terengah-engah. Beberapa faktor yang memengaruhi redupnya Rengganis antara lain karena faktor kesenian lain seperti Janger serta perkembangan teknologi informasi dan hiburan yang kian berkembang pesat serta biaya yang mencapai puluhan juta rupiah untuk "menanggap" kesenian tersebut.


Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022

Komunitas Karya Budaya

Langen Sedyio Utomo

Dusun Krajan Desa Cluring Kec. Cluring

081240525279

bh061.bhayu@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022

Maestro Karya Budaya

bh061.bhayu@gmail.com

Dsn. Mojoroto Ds Tegalsari Kec. Tegalsari

082334800719

bh061.bhayu@gmail.com

Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022
   Disetujui Oleh Nasya Adlina Pada Tanggal 02-02-2022

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047