- Nomor Registrasi
- 201600344
Seni musik ini sampai ke Kampung Tugu di Jakarta pada abad ke-17. Karena hanya berkembang di Kampung Tugu, maka disebutlah Keroncong Tugu. Keroncong Tugudahulu kerap disebut Cafrinho Tugu. Orang-orang keturunan Portugis (Mestizo) telah memainkan musik ini sejak masih bernama keroncong asli pada sekitar 1661. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila jenis iramanya pun banyak berciri unsur kesenian Portugis. Pengaruh Portugis itu dapat diketahui dari jenis irama lagunya, misalnya Moresko, Frounga, Kafrinyo, dan Nina Bobo.Keroncong Tugu dahulu dimainkan pada upacara Pesta Panen dan pesta pertemuan keluarga. Musik ini tidak jauh berbeda dengan keroncong pada umumnya, tetapijuga tidak sama persis. Musik Keroncong Tugu berirama lebih cepat, yang disebabkan suara ukulele yang dimainkan dengan cara menggesek/memetik seluruh senarnya. Berbeda dengan musik keroncong Solo atau Yogyakarta yang berirama lebih lambat. Awalnya, Keroncong Tugu dimainkan oleh 3 atau 4 orang. Alat musiknya hanya berupa 3 buah gitar, yaitu gitar frounga yang berukuran besar dengan 4 dawai, gitar monica yang berukuran sedang dengan 34 dawai, dan gitar jitera yang berukuran kecil, dengan 5 dawai. Meskipun syairnya berbahasa Portugis, pengucapannya sudah terpengaruhdialek Betawi Kampung Tugu. Lalu alat musik Keroncong Tugu ditambah dengan suling, biola, rebana, mandolin, cello, kempul, dan triangle (besi segi tiga).
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Gallery Photo
Galeri Video
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2016