Panjidur Yogyakarta

Tahun
2017
Nomor Registrasi
201700514
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Panjidor atau Panjidur, merupakan kesenian rakyat dari Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo. Kesenian tradisonal ini berdiri sekitar tahun 1948, diprakarsai oleh Sastrodiwiryo. Kesenian tradisional ini berwujud tarian yang awalnya adalah kumpulan ragam gerak yang sederhana, tanpa hiasan-hiasan ragam gerak yang rumit, diulang-ulang dan miskin pola lantai. Iringan musik yang sederhana dengan lantunan syair atau singir yang berisikan kiasan-kiasan tentang nilai-nilai agama Islam, nilai-nilai moral serta petunjuk dan ajakan untuk hidup ke arah yang lebih baik. Sudah bisa dipastikan, bahwa kesenian tradisional yang berwujud tarian ini awalnya berfungsi sebagai sarana dakwah. Petuah-petuah yang ada di dalam syair atau singir lagu-lagunya mengajak orang untuk hidup lebih baik sesuai dengan tuntunan agama Islam. Semenjak tahun 1960an, aktivitas kesenian tradisional ini sempat berhenti hingga tahun 1970an, dikarenakan situasi politik di Indonesia. Kemudian setelah tahun 1975an kesenian ini kembali hidup dengan gairah yang baru. Para pelaku dan pendukung kesenian ini di Dusun Jambon, Desa Donomulyo, Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo merangkak kembali. Latihan-latihan kembali dihidupkan oleh anak cucu dan pendukung kesenian ini tetap dipertahankan. Kesenian rakyat Panjidur, dengan latar belakang cerita serat menak, bercerita tentang Amir Ambyah dalam lakon ini sering juga disebut Wong Agung Jayengrana. Mempunyai 2 komandan prajurit andalannya, yakni Umarmaya dan Umarmadi. Digambarkan Umarmaya dan Umarmadi sedang menggembleng prajuritnya dalam olah ketrampilan berperang. Uniknya, para prajurit yang sedang gladi tersebut memakai kostum seperti kompeni atau tentara, dengan pakaian celana hitam, kain, ikat pinggang, kaos tangan warna putih, baju putih lengan panjang, lengkap dengan asesoris pangkat dan topi pet, dan kaca mata hitam. Secara koreografis, ragam gerak para prajurit itu dikembangkan dalam struktur ragam gerak maknawi dan simbolisasi. Kesederhanaan pengembangan ragam gerak yang menyatu memberikan aksen-aksen semakin dinamis. Pola lantainya pun dikembangkan tidak lagi sejajar dan berbaris, tetapi bisa menjadi diagonal, lingkaran, pecah dan rakit. Pengembangan properti senapan yang terbuat dari kayu itu tidak harus dalam posisi dibawa saja, tetapi bisa diputar seperti kolone senapan, diangkat, diletakkan dalam posisi semua senapan bersandar, dan diberi aksen tembakan. Sedangkan untuk perlengkapan alat musiknya antara lain: kendang, bedug, rebana, dan perkembangannya memakai drum set. Tari rakyat Panjidur, yang pada awalnya berfungsi sebagai sarana dakwah, namun pada sekitar tahun 1980an fungsi itu berubah menjadi fungsi sosial dan seni pertunjukan rakyat. Hal ini tak bisa dipungkiri, bahwa perkembangan zaman yang semakin maju akan memberikan pengaruh kepada masyarakat di Dusun Jambon ke peradaban baru. Aspek-aspek estetika dan kebutuhan dinamika kesenian yang semakin tak terhindarkan, membuat kesenian tradisional ini harus bernafas dalam estetika baru. Sentuhan-sentuhan estetika baru itu antara lain, untuk kebutuhan hajad masyarakat, upaya pengembangan kesenian dan sebagai sumber data dalam pendokumentasian oleh pemerintah.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Komunitas Karya Budaya

Masyarakat Dusun Jambon

Jambon, Donomulyo, Nanggulan, Kulon Progo

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047