Saprahan Melayu Kota Pontianak

Tahun
2017
Nomor Registrasi
201700541
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Kalimantan Barat
Responsive image

Tradisi Saprahan masih dipakai di tengah masyarakat. Saprahan adalah tradisi makan bersama di dalam tarup. Setiap orang makan dalam kelompok-kelompok kecil menghadap hidangan. Tradisi ini menjadi salah satu ciri yang dipakai untuk mengidentifikasi diri sebagai orang Melayu Sambas. Adat Saprahan adalah adat makan bersama duduk di lantai yang dilakukan oleh masyarakat Melayu Kota Pontianak dalam acara pernikahan, khitanan, dan acara syukuran lainnya. Dalam acara saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah, dengan tujuan agar proses makan bersama dapat dilaksanakan secara tertib dan tali silaturahmi dapat terjalin dengan baik. Awalnya adat makan saprahan hanya berlaku di lingkungan Kesultanan Pontianak, akan tetapi adat saprahan ini terus berkembang hingga dilaksanakan di kalangan masyarakat Melayu Kota Pontianak.

Ruang lingkup adat Saprahan, yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan adat saprahan: kain saprahan, piring makan, kobokan (tempat air cuci tangan) beserta serbet, mangkok nasi, mangkok lauk pauk, sendok nasi dan lauk, gelas minum.

2. Menu utama adat saprahan: nasi putih/nasi kebuli, semur daging, sayur dalcah, sayur paceri nanas/terong, selada, acar telur, sambal bawang, air serbat, kue tradisional.

3. Tata cara penyajian hidangan adat saprahan: menghampar kain dan menyajikan menu dengan urutan piring dan kobokan beserta serbet, nasi, lauk pauk, air minum, air serbat dan kue tradisional.

Ketentuan menyajikan hidangan saprahan: petugas yang membawa dan meletakan peralatan harus berpakaian rapi, diutamakan menggunakan pakaian adat Melayu (laki-laki, telok belanga dan perempuan, baju kurung). Petugas pembawa peralatan adat saprahan berjalan, duduk dan bergerak mundur maju dengan tertib dan tidak diperkenankan membelakangi tamu yang hadir. Setelah semua hidangan disajikan dengan lengkap, tamu dipersilahkan makan bersama. Selesai makan bersama, maka semua peralatan dan perlengkapan diangkat semua. Selanjutnya air serbat dan kue tradisional khas Kota Pontianak diberikan kepada semua tamu yang hadir.

Sebagai penutup adat Saprahan ini dilakukan pembacaan shalawat yang dipimpin oleh seseorang yang dituakan didalam majelis adat Saprahan tersebut. Dengan demikian berakhirlah adat Saprahan Kota Pontianak. Tradisi adat Saprahan mengandung makna duduk sama rendah berdiri sama tinggi sebagai wujud kebersamaan, keramahtamahan, kesetiakawanan, serta persaudaraan.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Komunitas Karya Budaya

Kesultanan Pontianak (Istana Kadriah)

Jalan Tanjung Raya 1 Komplek Istana Kadriah Pontianak

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047