Kuda Gipang

Tahun
2017
Nomor Registrasi
201700543
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Kalimantan Selatan
Responsive image
Tari Kuda Gipang telah lama hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat Banjar. Kesenian ini berasal dari daerah Desa Pangabuan, Kecamatan Haruyan (sekarang), Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Dari desa inilah berkembang ke daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara, yakni ke Desa Bihara, Paringin, dan Amuntai. Pada masa lalu Tari Kuda Gipang ini merupakan tarian berbaris. Gerakan step empat maju mundur, kiri kanan membuat posisi berhadapan, berbelakang dan lingkaran. Busana terdiri dari celana panjang berpita, baju kemeja lengan panjang dan selempang di bahu, bersepatu dan berkaos kaki sampai lutut. Asal mula Tari Kuda Gipang konon ceritanya pada jaman dahulu Lambung Mangkurat berlayar ke Jawa untuk menemui Raja Majapahit dengan kapal Prabayaksa. Kemudian setelah bertemu Gajah Mada diantar untuk bertemu Raja Majapahit. Setelah seminggu di Majapahit akhirnya Lambung Mangkurat pamit pulang ke negara Dipa. Saat pulang Lambung Mangkurat diberi hadiah seekor kuda besar dan terbaik di Kerajaan Majapahit, kuda tersebut berwarna putih dan gagah. Untuk mengetahui kehebatan kuda tersebut Tumenggung Tatah jiwa menyarankan agar menunggang kuda pemberian raja Majapahit. Akan tetapi setelah tiga kali Lambung Magkurat mencoba menunggang kuda sebelum masuk ke kapal Prabayaksa, kuda itu lumpuh. Dengan kesaktian Lambung Mangkurat kuda tersebut dipeluk di ketiak dan dibawa naik ke kapal Prabayaksa sampai Banjar. Sejak itulah Tari Kuda Gipang dijepit di ketiak. Tari Kuda Gipang ini sangat mirip dengan salah satu permainan yang ada di pulau Jawa, yakni Kuda Lumping. Namun ada beberapa perbedaan antara Kuda Gipang dengan Kuda Lumping dapat dilihat dari perlengkapan, busana yang digunakan, dan musik penggiringnya. Jika diperhatikan dengan seksama, properti yang dibuat menyerupai kuda, antara Kuda Lumping dengan Kuda Gipang akan berbeda. Punggung Kuda Gipang tidak dalam lekukannya, sementara Kuda Lumping lebih dalam. Cara penggunaannya pun sangat berbeda. Kuda Lumping dimainkan dengan cara ditunggangi, sedangkan Kuda Gipang hanya dijepit pada bagian ketiak oleh para penarinya. Kemudian untuk musik penggiringnya, Kuda Gipang selalu diiringi dengan musik gamelan Banjar, dan busana yang digunakan adalah pakaian kida-kida. Dalam hal penampilan Kuda Lumping selalu menampilkan unsur sihir maka Kuda Gipang selalu menampilkan penari yang gagah dan berwiba sebagai mana situasi tari peperangan dan atau penggiring/ pengawal raja.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2017

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047