Kuah Beulangong

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800599
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Aceh
Responsive image
Makanan khas merupakan identitas suatu daerah yang dapat membedakan keberadaan dengan daerah lain. Begitu juga keberadaan makanan khas suku bangsa Aceh yang berbedadenganmakanankhasdaridaerah lain di Indonesia. Kekayaan kuliner Aceh diwariskan dari generasi ke generasi hanya dengan lisan sehingga sukar untuk dapat diketahui secara pasti kapan keberadaan makanan khas tersebut di Aceh. Namun ada dugaan tentang sejarah kuliner di belahan dunia manapun, kolonialisme, penjelajahan dan arus perdagangan memegang peranan yang sangat besar dalam pertukaran budaya termasuk pertukaran kuliner. Penjelajahan Marcopolo mencapai Cina, menyerap budaya makan mi dan membawanya ke Italia untuk menjadi spaghetti. Belanda yang menjajah Indonesia membawa pengaruh kuliner berupa bistik sampai budaya makan ala Rijstaffel. Tahun 1600'an, dunia perdagangan telah menghantarkan para pedagang dari Gujarat (India) masuk ke Negara kita. Sebenernya mereka bukan orang Gujarat aseli, mereka orang2 asli daerah Jazirah Arab yang berlayar untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Dalam pelayarannya mereka sempat singgah dan menetap di Gujarat untuk beberapa lama (sekaligus menyerap kebudayaan termasuk kuliner), lalu sebagian tinggal disana dan sebagian melanjutkan pelayarannya hingga masuk ke Indonesia. Tempat pertama di Indonesia yang mereka singgahi tentu saja Aceh sebagai titik transfer pelayaran Asia Tenggara. Di Aceh mereka juga sempat tinggal beberapa lama, berdagang dan menyebarkan Islam, sebagian tinggal di Aceh dan sebagian lagi melanjutkan pelayaran menyusuri sepanjang pesisir barat Sumatera, terus ke Jawa. Di Aceh, khususnya Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie dan sebagian wilayah Aceh Barat, Kuah Blang (gulai sawah) merupakan menu kuah daging yang sangat khas. Kuah Blang sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Aceh saat menyambut musim tanam padi tiba. Sebelum dimulainya waktu turun ke sawah, terlebih dahulu diadakan selamatan memohon kepada Yang Maha Kuasa supaya hasil padinya bagus, jauh dari gangguan hama dan memenuhi panen seperti yang diharapkan. Hajatan ini dinamakan Kenduri Blang (selamatan turun ke sawah). Masyarakat akan menyembelih seekor sapia tau kerbau sesuai dengan kemampuan masyarakatnya dan dimasak dengan bumbu khas kuah blang di dalam belanga besar. Kemudian hidangan ini akan disantap bersama-sama. Hingga kini, kuah blang menjadi menu utama disetiap acara selamatan, hajatan, pesta perkawinan dan kegiatan-kegiatan perayaan lainnya. Bisa dikatakan, bila tidak ada menu kuah blang, maka belum dikatakan lengkapa cara hajatan tersebut. Perayaan dalam bentuk apapun yang diselingi dengan makan bersama, kuah blang merupakan menu utamadisamping menu-menu yang lain. Kuah blang ini juga disebutkan dengan kuah beulangong karena proses memasaknya yang berlangsung dalam belanga atau sebuah kuali besar (beulangong), hingga menampung lebih dari 200 porsi. Membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk memasaknya. Dengan kuali yang berukuran cukup besar, kuah beulangong tak cukup dimasak oleh satu orang. Butuh beberapa tenaga untuk memasaknya. Selain lezat,masakan kuah beulangong juga mempunyai khas tersendiri dalam memasaknya. Jenis kuliner Aceh yang satu ini hanya boleh dimasak oleh kaum lelaki saja. Hal ini juga dipengaruhi oleh latar belakang dan juga filosofi kuliner tersebut yang selalu dilakukan turun temurun, bahkan dalam urusan masak sekalipun. Masakan ini kerap ditemukan saat Maulid Nabi, hari pernikahan dan tahun baru Islam. Momen-momen yang demikian seperti menjadi sebuah kewajiban untuk menyuguhkan masakan tersebut oleh penyelenggara karena memiliki nilai budaya tersendiri di Aceh. Cara membuat kuah beulangong khas Aceh terbilang mudah. Daging yang sudah dipotong kecil-kecil lalu dicuci bersih dan dimasukkan ke dalam kuali besar atau beulangong. Aduk dengan bumbu di atas sampai merata, dan tidak lupa di taburkan garam yang sesuai. Selanjutnya siram dengan air secukupnya, lalu aduk lagi menggunakan tangan. Selanjutnya tunggu daging hingga setengah matang dan juga bumbunya khas rempah dari Aceh yang di racik khusus oleh orang Aceh meresap sempurna. Selanjutnya masukan buah nangka muda atau orang aceh sebut boh panah atau bisa juga di tambah dengan buah pisang kepok mentah yang telah di potong kecil-kecil. Lalu masukkan ke dalam kuali bersama bawang yang telah dikupas dan juga telah diiris. Tambahkan sedikit air lagi, dan biarkan masakan mendidih sempurna. Ketika mendidih aromanya sangat lezat dan ini menandakan dagingnya hampir matang. Biasanya ketika Maulid Nabi setiap masyarakat gampong (kampung) berbondong-bondong ke masjid atau surau untuk mengambil jatah kuah beulangong yang dibagikan secara gratis. Kuah beulangong juga menjadi bentuk perwujudan silaturrahmi antara sesama muslim dan juga menjaga kebersamaan antar masyarakat Aceh. Bukan hanya sekedar tradisi yang membedakan Aceh menjadi istimewa. Negeri syariat ini juga memiliki rahasia tersendiri dalam cara mengaduk kuah beulangong. Saat memasak kuah beulangong diaduk berlawanan dengan arah jarum jam. Seperti melakukan tawaf saat haji, itu yang membedakan Aceh dalam cara memasak. Dan jangan lupa bersalawat saat mengaduk. Terkadang kuah beulangong dimakan bersamaan dengan bu kulah (nasi yang dibungkus daun pisang berbentuk segitiga). Daging yang digunakan dapat berupa daging sapi, kambing dan kerbau. Namun kebanyakan orang Aceh, khususnya penduduk Aceh Besar kebanyakan menggunakan leumo Aceh atau daging sapi lokal Aceh. Hal ini dikarenakan ada ciri khas tersendiri pada leumo Aceh, selain dagingnya empuk saat dimakan, aroma kuahnya mameh (nikmat), begitulah orang Aceh menyebutnya. Sehingga tak heran bila ada acara-acara hari besar Islam seperti Maulid dan Idul Adha, sapi lokal ini sangat laris terjual. Adapun Bahan-bahannya adalah : ?½ kilogram tulang dan daging + tetelan ?14 kilogram nangka muda ?3 sendok makan kepala gongseng ?2 helai daun temurui ?600 cc santan ?1 sendok makan asam jawa ?3 butir bungong lawang ?3 buah sere ?1 batang garam secukupnya Bumbu : ?5 siung bawang merah ?3 siung bawang putih ?2 centi meter jahe ?1 sendok makan ketumbar ?½ sendok merica ?¼ sendok jintan ?2 sendok makan cabe kering ?5 buah cabe merah Cara membuatnya : 1.Tulang, daging dan tetelan dibersihkan lalu dipotong-potong dan lumuri dengan garam 2.Nangka dipotong-potong sesuai selera 3.Semua bumbu dihaluskan dan aduk dengan daging, tulang dan tetelan 4.Masukkan kelapa gongseng, daun temurui, santan, asam jawa, bungong lawang, cengkeh, sere 5.Masak hingga matang Kuah beulangong itu sendiri banyak dijual di warung-warung makan khas Aceh. Selain lezat kuah beulangong ini banyak peminatnya. Terutama orang Aceh sendiri, mereka tidak bosan untuk makan kuah beulangong. Selain lezat, mungkin juga karena sejarahnya yang khas bagi orang Aceh.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

1522733795-tetap-Carissa_24_Maret_2018.mp4 download
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047