Bambu Gila

Tahun
2013
Nomor Registrasi
201300065
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Maluku Utara
Responsive image

Bambu Gila adalah atraksi tradisional masyarakat Kepulauan Maluku. Kesenian yang juga dikenal dengan nama Buluh Gila dan Bara Suwen ini terdapat di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara. Di Provinsi Maluku, atraksi bernuansa magis tersebut dapat dijumpai di dua desa, yaitu Desa Liang, Kecamatan Salahatu dan Desa Mamala, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah. Sementara di Provinsi Maluku Utara, permainan yang tergolong gaib ini terdapat di beberapa daerah di Kota Ternate dan sekitarnya. Belum ditemukan data dan sumber sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran mengenai asal-usul atraksi Bambu Gila. Kendati demikian, atraksi ini diyakini telah ada di Kepulauan Rempah itu sebelum agama Kristen dan agama Islam masuk ke daerah tersebut.

Pemain Bambu Gila terdiri dari tujuh orang pemuda atau laki-laki dewasa yang didampingi oleh seseorang yang bertindak sebagai pawang. Selain berbadan sehat dan kuat untuk melakukan permainan, tidak ada syarat lain bagi para pemain Bambu Gila. Hanya saja, selama pertunjukan berlangsung, para pemain dilarang memakai perhiasan atau menggunakan barang yang berbahan logam, seperti gelang, cincin, kalung, dan bahkan gigi palsu yang terbuat dari logam.

Sebelum pertunjukan dimulai, terlebih dahulu disiapkan bambu berwarna cokelat atau bambu suanggi yang memiliki panjang sekitar 2,5 meter dengan diameter sekitar delapan sentimeter. Bambu dipotong menjadi tujuh ruas, di mana tiap-tiap potongan ruasnya dipegang oleh seorang pemain. Lalu, bambu tersebut diletakkan di dada masing-masing pemain. Perlengkapan lain untuk permainan yang tergolong gaib ini adalah kemenyan (styrax benzoin) atau jahe (zingiber officinale). Kemenyan biasanya digunakan untuk pertunjukkan bambu gila yang tergolong besar, sedangkan jahe untuk pertunjukan Bambu Gila yang tergolong kecil.

Setelah semua keperluan permainan disiapkan, kemenyan dibakar di atas tempurung kelapa sambil membaca mantera. Asap dari kemenyan tersebut digunakan untuk melumuri ruas bambu satu-persatu. Sedangkan jika menggunakan media jahe, maka jahe diiris sebanyak tujuh irisan. Ketika membaca mantera, tujuh irisan jahe tersebut dikunyah oleh pawang dan lalu disemburkan ke setiap ruas bambu. Kemenyan dan jahe memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk memanggil jin-jin atau roh-roh leluhur agar memberi kekuatan magis pada bambu.

Setelah segala perlengkapan dan persyaratan dipenuhi, pawang beserta tujuh pemain Bambu Gila memasuki arena pertunjukan. Atraksi diawali dengan memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa supaya pertunjukan berjalan dengan lancar dan para pemain diberi keselamatan. Kemudian, sambil membakar kemenyan atau mengunyah irisan jahe, sang pawang membaca mantera-mantera atau jampi-jampi dalam bahasa Tanah, yaitu salah satu bahasa tradisional yang terdapat di Pulau Maluku. Sambil membaca mantera, sang pawang akan melumuri ruas bambu dengan asap kemenyan atau menyemburkan irisan jahe. Hal tersebut dilakukannya berulang kali dari ruas bambu pertama hingga ruas bambu terakhir.

Sehabis memanterai bambu, pawang kemudian berteriak "Gila, gila, gila", atraksi Bambu Gila pun dimulai. Tubuh para pemain akan terombang-ambing ke sana-ke mari, dan bahkan kadangkala sampai jatuh bangun, akibat mengendalikan gerak liar Bambu Gila. Permainan kian meriah seiring terdengarnya suara Tifa, tambur tradisional Maluku, yang dipukul oleh para pemuda dengan penuh semangat dengan irama tertentu. Suasana bertambah semarak dengan iringan tepuk tangan dan sorak-sorai para penonton. Atraksi Bambu Gila akan berakhir dengan jatuh pingsannya para pemain di arena pertunjukan. Uniknya, meski pertunjukan sudah selesai, kekuatan gaib bambu tersebut tidak serta merta hilang begitu saja sebelum diberi makan api yang terbuat dari kertas yang dibakar.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2013

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047