Wayang Kulit Betawi

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800677
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DKI Jakarta
Responsive image
Sejarah Wayang Kulit Betawi bermula ketika Pasukan Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram menyerang Belanda ke Betawi, yang mana sebuah rumah di Jakarta menjadi pos peristirahatan tentara Mataram, dan di pos itulah seorang tentara Mataram setiap malam bercerita tentang tokoh-tokoh dan peristiwa pewayangan. Kehadiran Wayang Kulit Betawi ini merupakan hasil interaksi dengan budaya para pendatang yang berasal dari Jawa. Oleh karena itu, antara Wayang Kulit Betawi dengan Wayang Kulit Jawa banyak terdapat kesamaan. Kisah-kisah yang diceritakan ternyata banyak disukai penduduk. Berawal dari sinilah muncul seni Wayang Kulit Betawi. Wayang Kulit Betawi bisanya saat pementasan diiringi dengan gamelan sunda yang munggunakan bahasa betawi, Musik yang mengiringi Wayang Kulit Betawi disebut gamelan ajeng. Alat musik gamelan ajeng terdiri atas terompet, dua buah saron, gedemung, kromong, kecrek, gendang, kempul, dan goong. Namun dahulu sampai tahun 1920, Wayang Kulit Betawi diiringi gamelan bambu. Pergelaran wayang kulit Betawi dilaksanakan dalam bentuk arena, dengan pentas sejajar dengan penonton. Pada umumnyta bermain di atas tanah di bawah "tarub" di halaman rumah. Baru akhir-akhir ini beberapa dalang mulai mengadakan pergelaran di atas panggung. Uniknya, dalam tiap petunjukan wayang kulit Betawi, ada tiga bahasa yang digunakan. Jika ceritanya tentang orang-orang terhormat digunakan bahasa Sunda atau Jawa. Tapi jika cerita orang biasa seperti Gareng dan Petruk, dipakai dah bahasa Betawi. Lakon-lakon yang dipergelarkan dalam wayang Betawi kebanyakan lakon carangan "dari Mahabarata", dengan cerita-cerita yang khas Betawi, seperti "Bambang Sinar Matahari", "Barong Buta Sapujagat", "Cepot Jadi Raja" "Banteng Ulung Jiwa Loro", "Perabu Takalima Danawi", "Kunpayakun", "Sadariah Kodariah" dan sebagainya. Pada perkembangan kemudian banyak juga membawakan lakon-lakon wayang golek Sunda, seperti "Sang Hiyang Rancasan", "Kresna Malang Dewa Sukma", dan Sering pula membawakan lakon atau cerita bukan berasal dari kitab Mahabrata dan Ramayana. Ia menampilkan lakon kehidupan sehari-hari. Hal itu didukung oleh penggunaan bahasa Betawi, khususnya Bahasa Betawi Ora. Pengaruh Sunda sebenarnya lebih menonjol. Lagu-lagu yang mengiringi pergelaran wayang kulit Betawi adalah lagu-lagu Sunda. Disebut lagu-lagu Sunda gunung. Lagu-lagu itu seringpula dibawakan oleh topeng Betawi, topeng blantek, rebana biang dan tanjidor. Lagu-lagu khas wayang kulit Betawi, misalnya: Jiro, Bendrong, Rinci-Rinci, Rayah-Rayah, Kekawen, Wewawangan, Karawitan Bata Rubuh dan lain-lain. Dalam pertunjukan Wayang Kulit Betawi yang diselenggarakan dalam pesta perkawinan Orang Betawi, biasanya lakon yang dimainkan berdasarkan permintaan tuan rumah dimulai pada pukul 23.00 sampai dengan 04.00 disaksikan penonton yang terdiri dari para tamu dan orang yang pada umumnya bertempat tinggal di sekitar lokasi pertunjukan. Ketika lakon dimainkan terdapat dialog-dialog antartokoh wayang yang dituturkan oleh dalang. Untuk mengetahui sebuah dialog misalkan dari tokoh Bima dapat dibedakan berdasarkan karakter suara tokoh yang dihasilkan dalang. Dalam hal ini masing-masing tokoh mempunyai karakter suara yang berbeda. Karakter suara dapat juga menentukan kepribadian seorang tokoh misalkan Bima dengan suara yang berat dan tegas, menunjukkan kepribadian tokoh yang berwibawa. Dari dialog antartokoh akan terbentuk sebuah adegan. Sebelum sebuah adegan dimulai ditandai dengan masuknya tokoh-tokoh dalam adegan tersebut, setting sebuah adegan diceritakan terlebih dahulu oleh dalang dan selanjutnya apabila diurutkan berdasarkan urutan berdasarkan urutan permunculannya, adegan-adegan tersebut akan memperlihatkan sebuah alur cerita. Dalang dianggap memiliki kemampuan spiritual yang tinggi, mencukupi syarat melakukan "ruwatan", dengan pertunjukkan khusus, membawakan lakon Nurwakala, yang menurut istilah setempat disebut lakon "Betara Kala", disertai sesajen lengkap untuk keperluan itu. Bagi para pendukungnya, wayang kulit Betawi memiliki fungsi ritual (kepercayaan). Ia ditanggap untuk membayar nazar dan ruwat. Ruwat adalah upacara menolak bala bagi keluarga yang mempunyai susunan anak yang istimewa. Misalnya anak tunggal, satu anak lelaki diapit anak perempuan, satu anak perempuan diapit dua anak lelaki dan sebagainya. Tidak semua dalang mampu melaksanakan pementasan untuk upacara ruwat. Dalang yang masih muda belum mampu mengendalikan Betara Kala. Ruwatan hanya dilakukan oleh dalang senior yang matang. Dalang senior yang matang dianggap memiliki kemampuan spiritual yang tinggi. Wayang Kulit Betawi menjadi media informasi, karena dari segi penampilannya, sangat komunikatif di dalam masyarakat. Dapat dipakai untuk memahami sesuatu tradisi, dapat dipakai sebagai alat untuk mengadakan pedekatan kepada masyarakat¸ memberikan informasi mengenai masalah-masalah kehidupan dan segala seluk-beluknya. Wayang juga sebagai media hiburan, karena wayang dipakai sebagai pertunjukan didalam berbagai macam keperluan sebagai hiburan. Selain dihibur para peminat dibudayakan dan diperkaya secara spiritual. Jelas wayang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan terutama pendidikan mental, karena di dalamnya banyak tersirat unsur-unsur pendidikan mental dan watak. Dapat disimpulkan bahwa Wayang Kulit Betawi adalah kebudayaan yang kaya akan nilai kehidupan. Pementasan Wayang Kulit Betawi juga dapat mendorong pola pikir masyarakat yang melihatnya dan dapat mempelajari secara langsung isi dari cerita wayang yang sudah diperankan, dimana kita dapat menilai, mengkritik, mengaplikasikan, bahkan mengeksplore segala buah pikir untuk kehidupan yang sebenarnya.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047