Ngalaksa

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800686
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Upacara Adat Ngalaksa sangat menonjol di daerah Kecamatan Rancakalong. Menurut pandangan masyarakat setempat adat istiadat tersebut muncul kira-kira abad ke 8. Detik kelahiran dimulai setelah seorang tokoh masyarakat Rancakalong bernama eyang Riguna mengadakan perjalanan keliling kenegeri Mataram, dengan tujuan mencari benih Padi. Oleh karena masyarakat Rancakalong menderita kemiskinan akibat hilangnya benih Padi yang disebut Dewi Padi (Nyai Sri) Ngahiang (terbang ke langit). Kemudian mengganti makanan pokok dengan Hanjeli. Tetapi malah menimbulkan petaka terhadap salah satu keluarga, yaitu seorang gadis terperosok kedalam penggilingan biji Hanjeli hingga tewas. Peristiwa tersebut yang mendorong tokoh Rancakalong dan kawan-kawan tersebut mencari benih Padi ke Mataram. Setelah mendapatkan benih Padi dari mataram yang dikawal oleh dua orang tokoh dari Mataram yang bernama Eyang Wisanegara dan Eyang Jati, kemudian ditanam di Rancakalong, sejak itulah tumbuh subur dan telah mendorong kepada kemakmuran masyarakat setempat. Untuk mengenang peristiwa tersebut dan sebagai perwujudanb rasa syukur kepada Alloh SWT, masyarakat setempat menggelar upacara adat tradisi ngalaksa. Pengertian ngalaksa menurut salah seorang tokoh masyarakat Rancakalong (Bapak Sukarma) kata tersebut berasal dari perkataan ngalaksanakeun atau melaksanakan sesuatu untuk memperoleh tujuan. Sedangkan Nyai Sri yang disimbulkan sebagai Dewi Padi esensinya agar masyarakat selalu menggunakan tata tertib di dalam mengolah dan menyuburkan padi, sebagai makanan pokok dan sumber kehidupan. Pola Upacara Adat Tradisi Ngalaksa: Pelaksanaan upacara adat tradisi ngalaksa pada umumnya melalui proses diawali dari pengumpulan bahan-bahan yang terdiri dari bermacam-macam biji-bijian. Mengenai waktu pelaksanaan ditentukan atas hasil mupakat tokoh-tokoh masyarakat. Orang-orang yang dipercaya memimpin upacara tersebut adalah saehu, mempunyai tugas dan fungsi sebagai pemegang kebijakan dalam pelaksanaan. Pola pelaksanaan disimbulkan ke dalam nama-nama lagu dalam musik Jentreng Tarawangsa. Diantaranya pola tersebut meliputi: 1.Pangapungan yang artinya babak awal pelaksanaan tradisi ngalaksa yang melukiskan pada saat Nyai Sri ngahiang atau terbang ke langit. 2.Pangamet menggambarkan pada saat terjadi raibnya Dewi Padi, kemudian dipanggil diekpresikan ke dalam bentuk lagu dan gerakan-gerakan tarian. 3.Pamapag melukiskan tata tertib menyimpan padi ke dalam lumbung (Leuit) atau gudang. 4.Nginebkeun melukiskan tata tertib membenahi letak padi agar terjaga dari kerusakan didalam Lumbung Prosesi Upacara Adat Ngalaksa Dimulai dari pengumpulan bahan biji-bijian, dulunya diharuskan seribu macam biji-bijian (salaksa artinya seribu macam). Kemudian dibersihkan dan dikupas kulitnya, setelah direndam. Pengerjaan diikat oleh aturan tertentu, seluruh pelaku dan pengolah diharuskan bersih badanya dan melakukan puasa makan, minum dan berbicara. Kemudian diolah melalui penggilingan sebuah alat penumbuk atau penghancur yang dibuat dari bahan batu. Kemudian diolah dalam adonan hingga menjadi sebuah makanan lejat disebut bubur laksa. Jenis makanan tersebut mempunyai khasiat mengusir penyakit dalam dan untuk kesehatan tubuh. Makanan tersebut disajikan pada saat upacara ritual berlangsung. Teknik Penyajian: Waktu dan tempat pelaksanaan ditentukan oleh keputusan musyawarah termasuk tempat berlangsungnya kegiatan tersebut. Semula memilih tempat terbuka seperti dipesawahan atau diarena kegiatan pertanian. Tempat kegiatan tersebut dikenal dengan nama panglaksaan. Dalam proses perkembangannya telah ditetapkan diarena panglaksaan yang didukung oleh sarana bangunan yang terdiri dari beberapa rurukan, terletak di Desa Rancakalong. Unsur Pendukung Unsur Pendukung upacara tersebut melibatkan komponen-komponen yang terdiri dari: 1.Sesaji selengkapnya sebagai media yang terdiri dari beberapa macam makanan dengan simbul-simbul tertentu. 2.Saehu sosok pemimpin upacara yang mempunyai fungsi sebagai pengendali berlangsungnya kegiatan. 3.Unsur penari wanita terdiri dari ibu-ibu atau mojang-mojang sebagai media ekspresi dalam menyampaikan kegiatan-kegiatan. 4.Para penari pria sebagai pembagi soder dan sebagian sebagai teman menari (mairan). 5.Pangrawit terdiri dari penggesek rebab (Tarawangsa) dan pemetik kacapi (jentreng). Makna-makna Simbolis: Adanya sesajen pada saat pelaksanaan upacara Ngalaksa merupakan suatu bentuk keseimbangan komunikasi antara manusia dengan Tuhan Yang Mahakuasa, antara manusia dengan manusia dan komunikasi manusia dengan alam. Setiap barang atau benda yang disajikan pada upacara adat tradisi tarawangsa penuh dengan makna-makna simbolik, yang pada dasarnya berisi pesan-pesan moral yang harus menjadi rujukan perilaku dalam kehidupan ini. Dari keseluruhan rangkaian upacara Ngalaksa dengan segala kelengkapannya, bisa ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: -Sebagai bentuk perwujudan rasa syukur terhadap Dzat Yang Mahakuasa. -Dalam setiap tindakan harus selalu mipit kudu amit ngala kudu bebeja (memohon dan memberitahu). -Memperlakukan padi (Dewi Sri) senantiasa teliti dan hati-hati. -Manusia harus selalu memiliki hati yang bersih dan dapat menahan diri dari hawa nafsu. -Manusia hidup terdiri atas empat unsur. Gambaran kehidupan itu sendiri dilambangkan dengan hanjuang, terdiri atas unsur bumi (kendi), unsur angin atau udara (hihid), darah (air). Fungsinya sebagai penghantar lagu dan pengiring tarian. Dalam perkembangannya, Ngalaksa telah menjadi bagian dari event Pariwisata Kabupaten Sumedang dengan nama “Upacara Adat Tradisi Ngalaksa”.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047