Bedhaya Angron Sekar

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800702
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Bedhaya Angron Sekar, atau Bedhaya Arya Penangsang, atau Bedhaya Purwagiling, adalah bagian dari karya bedhaya yang disusun Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1912-1988), lengkap dengan latar belakang zaman yang melingkupinya, yaitu zaman Keraton Yogyakarta di tengah Indonesia merdeka dengan Sultan HB IX yang berperan aktif sebagai pemimpin bangsa Indonesia. Bedhaya Angronsekar melibatkan peran aktif seniman dan atau empu tari Keraton Yogyakarta, khususnya KRT Sasmintadipuro atau Sasmintamardawa (Rama Sas, 1929-1996). Bedhaya Angron Sekar memiliki benang merah kesimbangan pewarisan dan pengembangan tari klasik gaya Yogyakarta dari masa sebelum era Rama Sas sampai dengan era Pasca – Sultan HB IX, yaitu para era Sultan HB X. Rama Sas adalah seorang penari, guru tari, empu tari yang menyertai dinamika perubahan tari klasik yang punya keterlibatan masa penjajahan, proklamasi, revolusi kemerdekaan, era demokrasi terpimpin, era demokrasi pembanguan orde baru. Namun, beliau belum sempat menikmati memasuki era reformasi (1998) karena dua tahun sebelumnya, beliau wafat. Artinya, dalam hal tari bedhaya, Rama Sas belajar dari para senior pada periode akhir empu tari keraton dan terlibat dalam penyusunan bedhaya masa HB IX dan HB X. Naskah Bedhaya Angronsekar yang ditulis Rama Sas tahun 1957 atas perkenan Sultan HB IX, kemudian atas perintah HB IX pula tahun 1985, Bedahya Angron Sekar ditulis ulang oleh Rama Sas guna persiapan pementasan di Jakarta, atas nama Bebadan Hamong beksa Kraton Yogyakarta untuk suatu misi kesenian. Periode selanjutnya juga membuktikan, sebagai empu tari abdi dalem Keraton, Rama Sas terlibat dalam penyusunan sejumlah bedhaya pada masa Sultan HB X. Ada struktur cerita yang diambil dari ”sejarah besar” dan banyak dikenali oleh publik. Utamanya ialah kisah pertarungan Sutawijaya-Arya Penangsang, sedangkan kisah ”perjuangan Dewi Angronsekar” belum banyak diungkap ke permukaan. Dalam banyak catatan, bedhaya ini karya Sultan HB IX yang disebut sebagai Bedhaya Arya Penangsang atau Bedhaya Purwagiling. Kenapa kemudian ditawarkan lewat judul Bedhaya Angron Sekar? Kisah sebenarnya bukan pada Arya Penanggasang, melainkan pada Angron Sekar. Kisah ini tidak bermaksud untuk melegalkan balas dendam karena kematian keluarga, tetapi yang lebih utama adalah kesetiaan istri pada suami. Dewi Angron sekar adalah simbol wanita setia pada suami. Cerita di dalam Bedhaya ini, petikan dari Babad Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya ing Pajang mengutus ki Hageng Pemanahan bersama Raden Sutawijaya diperintahkan membunuh Adipati Harya Penangsang di Jipang. Setelah Adipati Arya Penangsang terbunuh oleh Raden Sutawijaya, Dewi Angron Sekar Isteri Arya Penangsang segera maju ke medan pertempuran bermaksud membela kematian suaminya. Tetapi akhirnya takluk kepada Raden Sutawijaya. Diceritakan di kelak kemudian hari Dewi, Angron Sekar diperisteri oleh Raden Sutawijaya, dan diberi julukan Nyai Hageng Hadisara. Perang tanding Arya Penangsang dan Raden Sutawijaya dilukiskan dengan komposisi gerak dan irama gending yang mengiringi dengan khas bedhaya, yaitu ritmis sekaligus magis dalam suasana tragis. Dalam adegan Tarus keris, seluruh prajurit bedhaya menghunus dan memainkannya pula. Arya Penangsang kalah terbunuh. Sementara itu, Angron Sekar takzim bersaksi. Ketika hendak membela suami, kuasa perlawanan perempuan tertundukkan oleh penaklukan lewat kesaktian dan kelembutan tanpa perlu melawan balik. Sutawijaya terlalu agung untuk dikalahkan. Suatu roman perlawanan penuh perlambang. Sekaligus menyisakan harapan, berupa kedudukan dan kelanggahan yang menyatu dan menyerta ke dalam Mataram.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047