Geplak Bantul

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800711
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Geplak menjadi salah satu makanan tradisional khas Bantul, DIY yang terbuat dari bahan utama kelapa. Pohon Kelapa banyak dijumpai di Indonesia mulai dari daerah pantai sampai dataran tinggi. Iklim Indonesia yang tropis menjadi alasan suburnya pohon kelapa di Indonesia. Yogyakarta. Pada tahun 1985, disebutkan dalam data statistik bahwa Yogyakarta memiliki areal perkebunan kelapa sekitar 50.697 hektar. Kelapa sebagai bahan dasar Geplak menjadi sumber daya yang dimiliki Yogyakarta. Geplak sebagai makanan kreasi dari kelapa disebutkan satu kali dalam Serat Centhini jilid VI yang berisi tentang pengembaraan Syech Amongraga (salah satu dari tiga putra-putri Sunan Giri) dalam perjalanan spiritual setelah mengalami kekalahan dari Pangeran Pekik, ipar Sultan Agung dari Kerajaan Mataram. Saat tiba di Desa Wanamarta, sekitar Majalengka Jawa Barat, mereka bertemu dengan Ki Bayi Panurta yang merupakan pemimpin pesantren besar di sana dan kemudian menikah dengan putri beliau yakni Niken Tambangraras. Pada rangkaian prosesi perkawinan yang diselenggarakan setelah selesai upacara temu pengantin tepatnya sesudah magrib, para santri menyiapkan berbagai hidangan untuk para tamu salah satunya adalah ”geplak madu serat inthil”, diceritakan dalam naskah tersebut geplak dihidangkan bersama dengan kudapan lain yaitu kue wajik, ketan salak, gemblong, ulen-ulen, wingko, getuk, krasikan, tawonan, jenang jagung, gerontol, karag, berondong, serabi, kumbu, lapis, cangkaruk, ketan ragen, iwel-iwel, lepet, ulu-ulu, ampyang, gablog, dan aneka kudapan lainnya yang kebanyakan juga masih dikenal hingga saat ini. Geplak sudah ada di Jawa sejak abad ke-19. Selain itu, di dalam naskah dokumentasi Mustikarasa pada tahun 1967 bab enam menyebutkan bahwa semua Geplak berasal dari Yogyakarta yaitu geplak djahe, geplak duren, geplak mrambus, geplak nangka, geplak panili, dan geplak sirsak. Di dalam naskah ini tidak terdapat Geplak di daerah lain di Indonesia. Rangkaian sejarah ini membuktikan bahwa Geplak telah hadir lebih dari satu abad dan telah disebutkan sebagai resep masakan Yogyakarta dalam dokumentasi resep Nusantara. Alat yang digunakan dalam pembuatan geplak antara lain: 1) Kenceng merupakan tempat yang digunakan untuk mentatar kelapa dan memasak adonan di atas tungku. Terdapat perubahan kenceng yang digunakan. Sebelum tahun 2000, kenceng yang digunakan berbahan gerabah yang dibeli dari kasongan, namun karena tingkat pembakaran yang cukup tinggi sehingga gerabah hanya dapat bertahan 4-5 hari saja kemudian pada tahun 1989, kenceng yang digunakan merupakan kenceng tembaga yang dibeli dari Kota Gede. Kenceng tembaga lebih kuat dan lebih awet sehingga masih digunakan sampai sekarang. 2) Tampah merupakan tempat berbentuk lingkaran berbahan bambu yang digunakan untuk menyimpan geplak yang sudah dibentuk. 3) Irus merupakan penyiduk atau alat yang digunakan untuk mengaduk adonan yang berasal dari batok kelapa, 4) Tungku merupakan alat yang digunakan untuk memasak adonan geplak, 5) Cotek merupakan alat yang digunakan untuk mengambil adonan geplak, dan 6) Parut kelapa. Proses pembuatan geplak terdiri dari beberapa tahapan yang terdiri dari: 1.Kelapa muda dikupas kemudian dicuci 2.Kelapa muda diparut baik parut tradisional maupun mesin parut jika dibuat dalam skala besar. 3.Kelapa kemudian ditatar, dicampurkan dengan bahan-bahan lainnya dan dimasak di atas tungku selama 30 menit 4.Kelapa yang sudah dimasak kemudian dibentuk bulat-bulat 5.Geplak didinginkan kemudian dilakukan pengemasan. Pembagian kerja dalam pembuatan geplak terdiri dari enam orang . Proses pembuatan geplak membutuhkan ketekunan dan kerjasama antar pegawai karena jika orang yang bertugas berhalangan masuk, maka pekerjaannya akan digantikan oleh orang lain. Pembagian kerja dalam pembuatan geplak seperti berikut: 1.Orang yang mengupas kelapa 2.Orang yang mencuci dan memparut kelapa 3.Orang yang mentatar kelapa 4.Orang yang memasak parutan kelapa diatas tungku, biasanya dilakukan oleh laki-laki. 5.Orang yang membentuk geplak 6.Orang yang membungkus geplak Hasil olahan berupa Geplak bercita rasa manis, sedikit basah, bertekstur lunak dan mempunyai aroma sesuai perisa yang digunakan untuk membuatnya yaitu warna hijau untuk rasa pandan, warna kuning untuk rasa nangka, merah muda untuk rasa frambos, cokelat utnuk rasa jahe, dan putih untuk rasa durian. Bentuk dari Geplak ini mengalami tiga transformasi, (!) tahun 1945 Geplak memiliki bentuk silinder dengan diameter 0,5 sampai 0,75 cm dan panjangnya 2 cm dan disebut geplak Srintil;(2) tahun 1950-1960 Geplak berbentuk lanset dengan 2 ujung yang kecil, panjang 10 cm dan tengahnya silinder kira-kira ½ cm yang dicetak dengan cetakan bersalur-salur. Kemudian di tahun 1970-an geplak bertransformasi lagi dengan dicetak menggunakan tangan (dikepel) sampai sekarang. Kabupaten Bantul sebagai satu kabupaten penghasil geplak di DIY memiliki 17 Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi geplak. Makanan geplak memiliki peran penting di dalam pariwisata dan ekonomi masyarakat Bantul. Permintaan geplak sebagai oleh-oleh khas Bantul menjadi daya dukung laju produksi geplak. Selain itu, inovasi-inovasi yang dikembangkan melalui rasa dan kemasan semakin meningkatkan penjualan di dalam produksi geplak di Bantul. Hasil penjualan makanan geplak ini meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat dibuktikan dengan hadirnya berbagai outlet yang dimiliki oleh UKM-UKM yang ada di Bantul. Geplak Asli Bantul Pak Irul misalnya, ia memiliki 7 orang karyawan dengan menghasilkan 200kg geplak dalam sekali produksi dengan rentang produksi setiap hari di musim liburan atau 2 kali sepekan di hari-hari biasa. Geplak Pak Supardi juga mampu memproduksi 1 kuintal geplak dengan rentang produksi 3-4 kali dalam sepekan. Geplak mampu menyerap tenaga kerja dan serapan nilai produksi daerah.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047