Golek Lambangsari Yogyakarta

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800717
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Golek Lambangsari Tari ini secara simbolik merupakan tari yang memiliki makna untuk mengungkapkan kedewasaan seorang putri yang telah menginjak dewasa. Dipilihnya gending pengiring Lambangsari memiliki arti bahwa lambang ‘simbol, sari’ inti dalam kehidupan. Dengan demikian, jika digabung, lambangsari bermakna inti kehidupan manusia, yang telah menginjak masa kematangan, baik secara emosional, psikologi dan atau biologis. Perpaduan kematangan ini yang diyakini menjadi inti kehidupan manusia. Gending Lambangsari merupakan sebuah iringan bedhaya dan golek. Namanya pun Bedhaya Lambangsari dan Golek Lambangsari. Konon pula, Golek lambangsari pun lahir dari tangan yang berbeda–beda. Oleh karena itu, bagi mereka yang mengamati, sering harus bertanya dulu, Golek Lambangsari yang mana ? mengapa nama Lambangsari banyak digunakan dalam tarian. Hal itu belum ada penjelasannya. Namun, penjelasannya mungkin karena Gendhing Lambangsari (Slendro Menyera), sebagai komposisi kawawitan tari, dirasa memikat secara karakter dan enak kalau digunakan sebagai iringan tarian. Ataukah karena acua makna dari kata”lambangsari” yang sangat memuat maksud-maksud khusus. Umumnya, cakepan (lirik) Sindhenan yang sering terdengar dari gending lambangsari, Slendro manyura, menyiratkan akan suasana segar dan mengalir. Lirik menguatkan warna dan karakter gendhing yang seakan mengalir pada rasa gerak. Golek Lambang sari yang merupakan ciptaan KRT Purbaningrat (1865-1949) adalah empu tari dan karawitan. Usianya cukup panjang, 85 tahun sehingga pernah mengalami tiga kepemimpinan Sultan HB. Hidupnya diabadikan sepenuhnya untuk kesenian dan kraton. Sejak masa Sultan HB VII, menurut buku ”mengenal tari klasik gaya Yogyakarta” (1981), KRT Purbaningrat sudah aktif di Keraton Yogyakarta. Bahkan, ketika itu sudah berpangkat Bupati Anom Wedana Ageng Punakawan dengan kewajiban utama pimpinan tari, seni tembang, dan seni karawitan di Kraton Yogyakarta. KRT Purbaningrat seorang penari handal, bahkan pada masa HB VII pun sudah memegang peran Prabu Sri Suwelo dan Prabu Bethara Kresna dalam Wayang Wong. Selain menari dan menabuh gamelan, KRT Purbaningrat juga seorang pencipta tari dang ending karawitan. Bahkan, mengolah karya-karya tari yang ditawarkan creator lain, khususnya dari kalangan internal. Tari yang ditanganinya, antara lain Bedhaya Kuwung-kuwung, Bedhaya Sapta, Bedhaya Sangaskara( Bedhaya Pengenten). Termasuk, Golek Putri dengan iringan Gending Lambarsari. Golek Lambangsari menduduki posisi penting di antara golek–golek yang lain, yaitu karena hal-hal berikut. (1) Diciptakan oleh KRT Purbaningrat, seorang empu seni yang memiliki kedudukan tinggi di Keraton Yogyakarta arena diangkat sebagai pemimpin urusan seni tari, karawitan, dan tembang. Padahal, pada waktu itu golek belum sepenuhnya menjadi bagian khazanah tarian istana sebagaimana tradisi panjang bedhaya dan srimpi. (2) Golek Lamangsari lahir dan mengalir bersama golek-golek lainnya yang lahir semasa, masa sultan HB VII (1877-1921), yang diprosesdi luar tembok istana oleh para kreator seni dan tari dan karawitan. Memang, kreator itu umumnya juga para pangeran dan bangsawan yang juga mempunyai tugas keaktifan di dalam kraton. Juga, kebanyakan proses kelahiran tarian golek berlangsung di lingkungan kediaman pangeran. Golek menjadi karya penting karena terkait strategi penanaman falsafah gedhing atau filosofi wirama. Golek Lambangsari, di antaranya memanggul amanat arti penting wirama dalam kehidupan. Proses Pertunjukan Golek Lambangsari dimulai seorang penari golek yang mengenakan busana mirip bedhaya, mulai bersiap di ujung lantai pendhapa, Lagon wetah. Penari masuk langsung berjalan kapang–kapang menyusur menuju gawang pinggir untuk kemudian duduk dan sembahan. Gending berhenti diteruskan gending lain sehingga penari mulai berdiri kembali menari perlahan dari gawang kiri menuju gawang tengah. Sejurus kemudian duduk kembali, dua larik gending mengiring saat penari duduk di tengah gawang menunggu. Lirik-lirik sindhenan dan gendingannya terdengar mengalun. Keprak menutun gerak dan penari kembali membawakan perannya sebagai penari putri yang beranjak dewasa. Mengalir dari satu ragam ke ragam yang lain terus tanpa henti dalam dinamika kehalusan tari putri. Sangat lembut dan karenanya tarian golek ini terbawa rasa bedhaya atau srimpi. Selain menambah khazanah tarian klasik putri, Golek Lambangsari juga menjadi satu pilihan ekspresi kalangan penari putri, khususnya remaja putri. Juga mempercepat proses pemahaman gender, bahwa dunia tari klasik bukan hanya dunia laki-laki. Jika pada bedhaya dan srimpi penari membawakan peran dan pesan yang sangat filosofis, di dalam golek penari justru diberikan ruang ekspresi diri, termasuk keempatan memperlihatkan kemahiran batin menyelaraskan rasa gerak dan karakter gendhing. Kedudukan Golek Lambangsari menjadi terasa penting karena fungsinya sebagai penyambung komunikasi budaya antara Dalem Kepangeran, masyarakat karawitan, dan otoritas pejabat kraton dalam berlomba – lomba dalam kebaikan, yaitu menciptakan tari golek yang diperuntukan bagi remaja putri. Golek Lambangsari Purbadiningratan adalah golek yang menarik perhatian dalam masyarakat karena aspek perbawa kraton. Satu karya golek lambangsari telah menjadi alsan kuat bagi para kreasi untuk meneruskan kerja kreatifnya menyusun karya tari alternatif dalam khazanah klasik yogyakarta. Selain sebagai simbol perimbangan tanpa bermaksud menyamai, atau bahkan melampaui karya budaya mapan sebelumnya, golek lahir menjadi salah satu alat intensifikasi dialog antar dan lintas budaya.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047