Batik Nitik Yogyakarta

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800718
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
DI Yogyakarta
Responsive image
Batik Nitik Batik Nitik adalah batik khas Yogyakarta yang termasuk tertua di lingkungan Kraton dan dan berkembang secara luas di masyarakat Yogyakarta. Batik Nitik dicirikan dengan motif nitik akan tetapi batik Nitik merupakan keseluruhan proses pembuatan Batik Nitik. Keistimewaan batik nitik salah satunya terletak pada sejarahnya, Nitik berasal dari bahasa jawa yang berarti ” memberi titik” ( bisa juga nitik), dan ini dekat dengan istilah ”Batik” yang menurut para ahli kependekan dari bahasa jawa ”ngembat titik” atau membuat titik. Memang secara harfiah aktivitas membatik dipahami menggoreskan lilin dengan canting untuk membuat motif yang sebetulunya bisa berbentuk apa saja, namun”kebetulan” istilah ”nitik-nitik” ini bisa diasumsikan adanya keterhubungan sejarah. Keterhubungan itu adalah bahwa ternyata motif nitik dibuat dari hasil adaptasi anyaman kain tenun Patola dari india ( dikenal dengan kian Cinde) yang di akhir tahun 1700-an penjualnya menurun. Padahal kain ini sempat menjadi primadona kain di Nusantara. Proses pembuatan Batik Nitik tidak jauh berbeda dengan batik yang lainnya. Akan tetapi dalam proses pengerjaannya, Batik Nitik membutuhkan canting khusus yang dibuat sendiri dengan membelah lubang canting kedua arah yang saling tegak lurus, sehingga ketika ditapakan ke kain akan berbentuk kotak atau square. Canting ini disebut dengan canting cawang atau canting kembang. Ini berbeda dengan canting pada umumnya yang tapakaannya bulat. Memola motif ini juga tidak dillakukan dengan menjiplak motif yang sudah ada, tapi membuat pemetaan (berbentuk kotak – kotak) dengan ukuran sekitar 5x5 cm hingga 7x7 cm yang kemudian menjadi ”satu rapot” atau satu bentuk motif utuh untuk kemudian direpetisikan ke seluruh kain. Proses pencelupan dimulai dalam warna biru atau medel yang diikuti dengan proses penyikatan maupun pengerokan atau melepas lilin pada bagian – bagian yang akan diwarnai soga, seperti cecek maupun klowong. Jika bagian cecek tidak disoga, maka setelah disikat yang memungkinkan lilin cecek ikut lepas harus mbironi atau ditutup atau memblok bagian cecek dengan lilin agar ketika dilorod tetap terlihat tapakan putih, setelah disoga, kemudian dilorod atau menghilangkan lilin yang juga menjadi rangkaian akhir. Hal lain yang membedakan Batik Nitik dengan batik lainnya adalah motif batik Nitik. Motif batik nitik terdiri dari ribuan titik yang tersusun dan terukur sedemikian rupa sehingga membentuk ruang, sudut, dan bidang geometris. Pengaturan dan penerapan titik-titik ini bak menerapkan rumusan matematika sehingga disitulah pemahaman estetis dalam batik ini muncul. Selain terdiri dari bujur sangkar dan persegi panjang, kerangka ragam hiasnya dibuat cecek ( cecek pitu, cecek telu ), serta dikombinasi dengan ornamen klowong dan tembokan. Berbeda dengan motif batik lain, motif batik nitik sangat rigid rumit dan kompleks. Meski begitu motif nitik tidak kalah indahnya dengan ragam hias lain seperti semen, lereng, ceplok, dan lainya. Perempuan Jawa menginisiasi pembuatan batik dengan motif Patola, yang menurut Ruurdje Laarhoven ( 2012), karena kain Patola yang sudah diimpor sejak tahun 1600an tersebut dimonopoli pemerintah kolonial Belanda sehingga harganya berlipat – lipat. Pemilihan masyarakat ke batik karena harga jualnya lebih murah, bahkan kondisi ini sukses menggiring konsumen mennggalkan kain impor india dan berperan besar terjadinya kesemarakan batik di jwa dan sumatra dengan berbagai ragam dan varian motif di akhir abad ke-19. Dengan demikian, siasat membatik nitik ( meskipun mentransformasikan motif patola) menjadi salah satu pemacu penggulingan kuasa pemerintah Belanda pada kain di Nusantara, termasuk untuk memutus ketergantungan pada kain impor. Batik menjadi usaha dan keahlian milik pribumi yang dilakukan oleh ”kaum Pemberontak”. Ketika Motif ini masuk ini masuk ke pedalaman, bahkan masuk ke lingkungan kraton Yogyakarta, kerangkanya dibuat dengan warna soga coklat menyesuaikan ciri batik daerah itu. Di luar tembok Kraton Yogyakarta yang pernah menjadi produsen batik nitik ada di Ndalem Brongtodiningratan dan Desa Wonokromo ( dekat Kotagede). Ibu Toetti T. Surjanto ( 2005) menyebutkan bahwa GBRY. Brongtodiningrat pada tahun 1950 pernah mendokumentasikan 56 (lima puluh enam ) motif nitik. Pengembangan motif nitik juga semakin beragam dengan inspirasi yang dekat dengan selera, lingkungan dan pengetahuan pembuatnya (pembatik). Motif Batik Nitik mempunyai berbagai makna sesuai dengan pesan motif yang ingin disampaikan, misalnya motif nitik cakar ayam dikenakan oleh orang tua calon pengantin pada acara siraman, juga oleh pengantin pada saat ijab kabul dengan harapan mempelai nantinya dapat mengais rezeki dan mencari makan/ penghidupan secara halal sebagaimana ayam mengais makanan dengan cakarnya. Demikian juga motif nitik Tanjung Gunung memiliki makna khusus bagi calon pengantin yang mengenakan yaitu Tanjung ( Bahasa Jawa) merupakan Jarwa Dhosok/akronim dari kata”tansah njunjung” berarti senantiasa menjunjung tinggi budi pekerti yang luhur dan mulia dalam kehidupan sehari – hari sehingga bisa menebarkan aroma harum atau memberi manfaat kepada sesama. Batik Nitik memiliki peran penting bagi masyarakat DIY. Dari segi ekonomi, Batik Nitik diproduksi oleh masyarakat secara luas dengan cara kelompok. Adanya Paguyuban Sekar Nitik di Kembangsongo, Jetis Bantul menjadi salah satu ruang bagi para ibu-ibu untuk meningkatkan perekonomian keluarganya. Batik Nitik yang diproses secara tradisional masih padat karya sehingga memberi peluang pekerjaan bagi para ibu dan simbah-simbah. Dari sisi kreativitas seni, Batik Nitik memiliki peran di dalam pengembangan karya budaya batik di DIY. Motif batik nitik yang luwes dan dapat dikreasikan dengan motif lainnya mendorong adanya kreativitas yang datang dari masyarakat.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047