Tari Baris Wayang Lumintang

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800744
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Bali
Responsive image
Seni tari tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat Hindu di Bali yang selalu mempunyai keterkaitan dengan pelaksanaan upacara-upacara keagamaannya. Beberapa bentuk pementasan tari baris sakral dapat dilihat di berbagai teritorial adat di Bali, seperti misalnya Tari Baris Wayang merupakan tari wali yang ada di wilayah Banjar Adat Lumintang. Secara geografis Banjar Lumintang masuk ke dalam wilayah Desa Dauh Puri Kaja Kecamatan Denpasar Utara yang memiliki kesenian sakral, salah satu diantaranya adalah Tari Baris Wayang. Tari Baris Wayang merupakan tari wali yang ditarikan pada tingkatan upacara wali tingkat utama (upacara bebangkit dan pulagembal) dan madya (upacara pulegembal) dikawasan Lumintang. Tarian ini telah berkembang pada pertengahan abad ke 16 berdasarkan legenda yang berkembang di masyarakat. Tari Baris Wayang terbentuk ketika terjadinya perjanjian antara Sira Arya Notor Wandira dengan Ki Buyut Lemintang (Penglisir Desa Lemintang terdahulu), apabila Sira Arya Notor Wandira mampu menjadi raja dan bisa mendirikan Kerajaan Badung maka Ki Buyut Lemintang akan dipersembahkan putra mahkota untuk tinggal dan menetap di wilayah Lemintang (nama Lumintang dahulu). Setelah berdirinya Kerajaan Badung Pemecutan, maka Ki Buyut Lemintang kembali mengingatkan Raja Badung Pemecutan (sira Arya Notor Wandiri) untuk bisa menempatkan putra mahkotanya sebagai junjungan wilayah Lemintang. Maka diserahkanlah putra beliau yang bernama Kyai Anglurah Tegeh karena ditempatkan di wilayah Lemintang sebagai penghormatan kepada Ki Buyut Lemintang maka putra beliau diberi nama Kyai Anglurah Tegeh Lemintang (Leluhur Jero Lanang Tegeh Lemintang). Penataan tata desa serta aturan-aturan desa terjadi setelah Kyai Lanang Tegeh Lemintang menempati Desa Lemintang (sekarang banjar Lumintang) yang didampingi oleh Bendesa Manik Mas dan Pasek Sumerta. Perkembangan pendudukpun terjadi, ada beberapa keturunan dari Tangkas Kori Agung, Pulasari dan yang lainnya mengabdikan dirinya di wilayah Desa Lemintang. Dengan kesatuan pemikiran dari orang-orang yang tinggal di wilayah Lemintang dulu, maka terwujudlah upacara Ngusaba Dalem, dimana dalam upacara tersebut ada upacara yang dinamakan mewayang-wayang dalam prosesi maecan-ecan. Pada upacara Ngusaba Dalem dipersembahkan tarian sakral sebagai refleksi mewayang-wayang dibawakan oleh penari anak laki-laki dengan menggunakan properti wayang sebagai bentuk persembahan dalam konteks pengruwutan. Namun tari Baris Wayang ini tidak boleh sembarangan ditarikan, kesenian ini akan ditarikan jika ada pawisik dari Ida Batara yang berstana di Pura Dalem Manik Penataran Agung Lemintang melalui perantara pemangku atau peremas dalem (orang yang disucikan). Demikianlah cikal bakal berdirinya Tari Baris Wayang di Pura Dalem Manik Penataran Agung Lemintang dan kekuatan taksunya berstana di Pura Taman Beji Watu Bolong Dalem Silamintang. Bentuk Tari dan Kostum Tari Baris Wayang Tari Baris Wayang mengandung beberapa pakem sudah ditentukan baik secara bentuk dan struktur tari. Secara bentuk Tari Baris Wayang berbentuk tari masal atau kelompok dimana jumlah penarinya lebih dari satu. Jumlah penari Baris Wayang ditentukan dari jumlah wayang yang dimainkan yaitu sebanyak Sembilan buah wayang, lima buah wayang Panca Pandawa, dua buah wayang Punakawan, satu buah wayang Krisna, dan satu buah wayang Hanoman. Dalam pertunjukannya terlebih dahulu dilaksanakan upacara penglukatan (pembersihan) kepada penari baris wayang di Pura Taman Beji Batu Bolong Dalem Silemintang (Tempat pesucian Ida Betara Dalem Manik Penataran Agung Lemintang). Tari Baris Wayang jika dilihat dari segi koreografinya lebih banyak menggunakan pola lantai (design) lurus dan melingkar dengan gerakan: a.Seloyor: Gerakan tangan seperti hembusan angin b.Kekirik: Gerakan seperti udang berjalan c.Mentang: Tangan kiri dibentangkan d.Nyambir: Gerakan mengambil kampuh (saput) e.Jojor: Gerakan mengangkat kaki agak kedepan f.Nguwud Lampah : Gerakan tangan kiri mentang laras disertai gerakan kaki nyeregseg. g.Nyapsap: Gerakan tangan berputar-putar didepan dada h.Kiser-kiser : Gerakan kaki bergoyang diikuti dengan gerakan tangan seperti mengaduk air. Tari Baris wayang menggunakan kostum sesaputan yang melambangkan kewibawaan dengan membawakan properti wayang yang ditarikan. Adapun kostum lain selain sesaputan, yaitu: gelungan, badong kulit, sesimping, selendang poleng, baju putih, gelang kana, kamen putih, pending (sabuk), saput, celana putih, keris, semayut, dan tutup dada. Pada akhir pementasan. semua penari baris wayang melakukan prosesi metabuh agung dengan maksud ngelinggihang (menstanakan) Ida Batara Taksu Bagus Taman Kembar ring Purwaning Daksina. Bentuk Iringan Tari Baris Wayang Iringan atau musik yang dipakai untuk mengiringi tarian ini adalah seperangkat gambelan batel wayang, yang terdiri dari: sepasang kendang Krumpung (lanang wadon), Gong satu buah, kelontong, klenang, kajar krentengan, cengceng ricik, 4 gender wayang, tawa-tawa, Suling. Selain alat musik sebagai instrument eksternalnya, didukung juga dengan musik internal berupa lantunan gending-gending pewayangan klasik, seperti kawitan, pepeson, pengumbang, dan pengluwuran sehingga memberikan nuansa magis dalam pementasan Tari Baris Wayang. Fungsi Tari Baris Wayang a.Sebagai Pengiring Upacara Tari Baris Wayang sebagai tari sakral tidak dapat dipentaskan di sembarang tempat mengingat dalam pementasan tari tersebut harus ada pelengkap-pelengkap seperti sarana upacara atau sarana upakara, dan juga tempat pementasannya adalah areal suci atau pura. b.Sebagai Media Pendidikan Tarian ini dipentaskan dalam pelaksanaan pujawali di beberapa tempat suci di kawasan Banjar Adat Lumintang yang memiliki beberapa nilai pendidikan seperti nilai religious, pendidikan, estetika, nilai pendidikan etika, nilai pendidikan sosial. Nilai pendidikan ini mempunyai pengertian sebagai suatu kebaikan dan nilai-nilai kebaikan yang harus direalisasikan dalam kehidupan manusia. c.Sebagai Pelestarian Budaya Bali Pelestarian adalah salah satu upaya penghormatan terhadap warisan budaya yang adi luhung dengan berbagai upaya yang dilakukan. Dalam hal ini Tari Baris Wayang pelestarian dapat dilakukan dengan pementasan dalam upacara keagamaan. Adapun media proses pelestarian budaya pada masyarakat tradisional diantaranya dapat dibentuk pada keluarga yang utama, masyarakat (kehidupan sosial), lembaga adat dan lembaga agama. Makna Tari Baris Wayang Kesenian Tari Baris Wayang merupakan kesenian yang telah ada secara turun-temurun dari suatu kepercayaan dan keyakinan oleh masyarakat dimana makna dalam Tari Baris Wayang adalah sebagai media pengruwatan ini bertujuan untuk menetralisir keadaan sehingga terjadi keseimbangan dalam sebuah upacara yang dilakukan. Tari Baris Wayang memiliki kesamaan dengan tari wali lainnya, seperti rejang dewa, rejang sutri, sanghyang dan yang lainnya. Dari kajian filosofinya, wayang sarat dengan pralambang atau makna simbolik mengenai makna kehidupan dunia melalui siratan lakon dan perwatakan yang ditampilkan. Bila dilihat dari tokoh-tokoh wayang yang di tampilkan dalam Tari Baris Wayang mendominasi dari tokoh epos mahabrata, yaitu Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sahadewa. Dalam kajian filosofinya Mahabrata mengandung unsur dan makna yang sarat dengan ajaran agama. Semua ajaran tentang Dharma, Arta, Kama, dan Moksa terkadung dalam Mahabrata. Tari Baris Wayang yang disajikan dalam upacara secara keseluruhan memberikan makna bagaimana dalam mengadakan sebuah upacara harus menjaga kesucian diri baik lahir maupun batin.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047