Tari Baris Cina Renon dan Sanur

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800745
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Bali
Responsive image
Keberadaan Tari Baris Cina di Kota Denpasar telah diteliti sejak tahun 1975, namun belum ditemukan data tertulis berupa prasasti yang berkaitan dengan penciptaan maupun penyebutan nama Baris Cina sebagai nama tariannya. Begitu pula dengan tahun penciptaannya belum diketahui secara pasti. Informasi yang diperoleh dari Pemangku Penyaringan Ida Ratu Tuan Baris Cina lan Gong Beri maupun Bendesa Adat Desa Pekraman Renon, berdasarkan penuturan leluhurnya bahwa ketika tarian yang diciptakan itu ditarikan di Pura Dalem Renon, Ratu Tuan yang tedun (turun)/kerauhan (trance) itu mengeluarkan ucapan-ucapan seperti logat Cina yang tidak dapat dimengerti sehingga kemudian dinamakan Tari Baris Cina (Sutama, 12-8-2016). Pernyataan ini tentunya didukung pula oleh visualisasi kostum tari yang dipakai bahwasanya busananya sangat sederhana mirip busana yang biasa dipakai oleh pedagang-pedagang Cina. Begitu pula dengan gerakan tarinya yang merupakan gerakan-gerakan pencak silat dan Gong Bheri yang merupakan flat gong (gong datar) banyak ditemukan sebagai alat musik di Cina. Mengenai Gong Beri penyebutannya muncul pada Tugu Prasasti (jaya stmbha) Blanjong berangka tahun ?aka 835 (913 Masehi) yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmmadewa dengan kata bheri. Penduduk yang semula hidup di pesisir pantai Blanjong dan Semawang Sanur tentunya sudah banyak berhubungan dengan para pedagang-pedagang yang datang berdagang tidak terkecuali pedagang Cina, sehingga memungkinkan terjadinya akulturasi tersebut. Unsur-unsur budaya Cina yang ditampilkan itulah yang membedakannya dengan Tari Baris ritual lainnya. Kedekatan hubungan budaya Bali dan Cina sudah berlangsung dalam berbagai segi kehidupan. Proses akulturasi budaya Bali dan Cina seperti kehadiran Tari Baris Cina ini, juga terjadi di tempat lain, seperti penggunaan uang kepeng Cina dalam sarana bebantenan dan adanya patra Cina dalam motif-motif ukiran maupun peparadaan. Fungsi dan Makna Sakral Tari Baris Cina Tari Baris Cina ini adalah tarian sane katengetang (yang disakralkan) di Desa Pekraman Renon Kelod. Menurut keyakinan para penyungsungnya, bahwa tari Baris Cina ini merupakan perwujudan dari Ida Ratu Tuan yang diiringi oleh Gong Bheri. Dilihat dari fungsinya, tari Baris Cina ini tergolong dalam tari wali (sacral) yang dipertunjukkan sebagai sarana upacara Dewa Yadnya berkaitan dengan upacara/odalan di pura-pura lingkungan Desa Pekraman Renon dan Desa Pekraman Intaran Sanur. Adapun pura-pura yang sering menarikan Tari Baris Cina Renon, yaitu Pura Dalem Lumajang, Pura Kahyangan Lumajang, Pura Desa Lumajang, Pura Puseh dan Pura Bale Agung, sedangkan pura-pura diluar wilayah Desa Pekraman Renon adalah pura-pura yang terkait dengan adanya pepatih dan sadeg, pica (pemberian) dari Ida Ratu Sungsungan di Pura Taman Sari, Pura Mertasari, Pura Blanjong (Sanur), Pura Sakenan (Pulau Serangan), dan Pura Petitenget (Kuta). Sedangkan Tari Baris Cina Semawang Sanur sering di ditarikan di Pura Cemara Geseng, Pura Ketapang Kembar, Pura Giri Kusuma, Pura Dalem Pengembak, Pura Bengkel, Pura Kedaton, dan Pura Desa Kelandis. Penyungsung (penyembah) Ida Ratu Tuan Baris Cina ini adalah sebagaian besar masyarakat Banjar Renon Kelod Desa Pekraman Renon dan masyarakat Banjar Semawang Desa Pekraman Intaran Sanur yang memiliki kepercayaan kuat terhadap keberadaan Ida Ratu Tuan yang di sungsung secara turun-temurun. Adapun Ida Ratu Tuan/Baris Cina yang menjadi sungsungan masyarakat Banjar Renon Kelod Desa Pekraman Renon berada di sebuah pura kecil yang berlokasi di tengah-tengah perumahan penduduk, yang disebut Pura Penyaringan/Periyangan Ida Ratu Tuan Baris Cina lan Gong Beri. Upacara di pura Periyangan Ida Ratu Tuan lan Gong Beri ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali menurut kalender Bali yang jatuh pada hari Buda Umanis Prangbakat. Sedangkan Ida Ratu Tuan/Baris Cina yang menjadi sungsungan masyarakat Banjar Semawang Desa Pekraman Intaran berada di sebuah pura yang disebut Pura Kesumajati. Pelaksanaan pertunjukkan yang berkaitan dengan upacara ritual di pura ini tidak hanya berkaitan dengan sesajen yang dipersembahkan atau Gong Bheri sebagai iringannya, akan tetapi selalu berkaitan dengan adanya para pepatih dan sadeg yang ngayah (melakukan persembahan yang tulus) dengan matetuekan (menusukkan keris ke tubuhnya dalam keadaan trance). Kerauhan (trance) biasanya terjadi pada waktu upacara ritual dilangsungkan, yaitu pada hari pementasan tari Baris Cina. Adapun orang-orang yang menjadi pepatih atau sadeg tidak dipilih atau ditunjuk oleh warga desa, akan tetapi dipilih oleh bhatara sungsungan sebagai anugrah untuk turut ngemit Ida Ratu Tuan. Tari Baris Cina ini biasanya dipentaskan pada hari piodalan atau pada hari penyimpanan/ngeluaran, yaitu pada hari ketiga (hari terakhir dari upacara piodalan). Tari Baris Cina dipentaskan juga sebagai sarana upacara Bhuta Yadnya yang dipentaskan di pura-pura atau pempatan Desa/Agung (perempatan jalan desa). Selain itu, tari Baris Cina juga dipentaskan sebagai sarana upacara Manusa Yadnya (naur sesangi/bayar kaul) yang dilaksanakan karena harapan dan keinginannya terwujud setelah mesesangi mementaskan tari Baris Cina. Mereka meyakini dan telah membuktikan bahwa Baris Cina memiliki kekuatan magis dan kekuatan untuk melindungi warga penyungsung-nya, serta mengabulkan permohonan mereka yang betul-betul yakin dan tulus. Pasukan Baris Cina ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Baris Selem (Baris Hitam) dan Baris Putih. Kelompok Baris Selem memakai kostum hitam dengan slempot, yaitu kain putih yang diikatkan di pinggang, sedangkan Baris Putih memakai kostum putih dengan slempot hitam. Benda-benda yang disakralkan juga berwarna hitam dan putih seperti pratima Ida Ratu Tuan yang berupa dua buah arca kuda, dua kober (bendera), umbul-umbul, kawis, tedung, dan busana. Persembahan sesajennya juga menggunakan segehan hitam putih., kurban anak ayam yang berwarna hitam dan putih serta ada pula bunga hitam yang diapit bunga putih. Menurut informasi I Wayan Nedeng, mantan Pemangku Baris Cina menjelaskan bahwa Baris Putih adalah perlambang Siwa dan Baris Selem adalah perlambang Buddha. Baris Putih merupakan kekuatan sakti Siwa, sedangkan Baris Selem merupakan kekuatan sakti Buddha. Hal ini menunjukan bahwa Tari Baris Cina memiliki makna akulturasi budaya adiluhung dengan simbol-simbol pengaruh budaya cina yang berkembang/diperlakukan dengan baik oleh masyarakat di Bali. Selain itu, perpaduan harmonis kepercayaan agama yang berbeda juga muncul ketika Tari Baris Cina ini dikatakan sebagai perlambang Siwa (Hindu) – Buddha. Rentetan Upacara dan Seni Pertunjukkan Tari Baris Cina Serta Kaitannya dengan Persembahan Sesajen a. Upacara Pemedek Upacara pemedek ini diikuti oleh seluruh masyarakat penyungsung, penari, penabuh, para pemangku, sadeg, pepatih yang duduk dengan khusuk di jeroan pura. Tujuannya adalah untuk mempermaklumkan kepada Ida Ratu Tuan bahwa mereka akan mementaskan tari Baris Cina. b. Mempersembahkan Banten Penyambleh Sesajen Penyambleh terdiri dari: Daksina, anaman kelanan, soda kepelan, rayunan, canang gantal, canang sari, tepung tawar, kawas, segehan, arak-berem, toya anyar, pitik selem atau putih untuk pelengkap segehan. Sesajen dipersembahkan, maka pertunjukkan dimulai dengan penampilan Baris Selem. Setelah tariannya berakhir, semua penari Baris Selem duduk di depan gamelan, yang kemudian dilanjutkan dengan pertunjukkan Baris Putih. c. Upacara Nuwur Pada upacara nuwur ini, terjadi dialog antara Penyungsung dengan yang disungsung lewat sadeg yang kerauhan. Saat kerauhan inilah sadeg yang kerauhan ini berkata-kata dalam logat bahasa Cina. Ini pertanda bahwa Ida Ratu Tuan telah tedun memasuki raga yang kerauhan. d. Upakara Penyimpenan Pada bagian penutup, dilanjutkan dengan upacara nyimpen, yaitu melakukan persembahan sesajen dan tetabuhan arak berem, memohon agar Ida Ratu Tuan kembali bersemayam di pelinggih-nya. Struktur Pertunjukkan a. Penampilan tari Baris Cina dimulai dengan penampilan pasukan Baris Selem: - Pasukan penari Baris Selem (8 penari) menuju kalangan dan membentuk barisan saf dua berbanjar ke belakang, di pinggir belakang kalangan menghadap ke arah depan, dan pemimpinnya berdiri di tengah barisan. Selanjutnya pengater atau pemimpinnya melangkah pelan ke depan sambil mengayunkan tangan kiri dan tangan kanan yang membawa pedang, menoleh ke kanan dan ke kiri, selanjutnya kaki kirinya melangkah ke depan, tangan kiri di pinggang, sedangkan tangan kanan memegang pedang yang diayunkan ke depan dan ke samping. Kemudian kaki kanan melangkah maju, kedua tangan diangkat sejajar dengan kepala sambil mengayunkan pedang, begitu seterusnya dilakukan beberapa kali, sampai ke tepi kalangan bagian depan. - Pemimpinnya kemudian berputar, diam sejenak, dan berjalan pelan dengan kedua tangan di pinggang menuju ke tengah barisan dan berbalik lagi menghadap ke depan. Selanjutnya melangkah pelan ke depan diikuti oleh barisannya, lalu berhenti ketika pemimpinnya berbalik ke kiri berhadapan dengan barisannya. - Pemimpinnya mengawasi barisan sambil melangkah kecil dan kedua tangan di pinggang. Selanjutnya iringan nguncab (tempo iringan bertambah cepat dan keras), dan pemimpinnya menari berputar-putar ke kiri beberapa kali dengan gerakan pencak silat model kekembangan yang cepat, sambil memutar pedang di atas kepalanya seperti gerakan pencak yang disebut “potong rambut”. Gerakan memutar sambil menggerakkan tangannya dilakukan beberapa kali putaran, lalu dengan kedua tangan berada di pinggang, pemimpinnya berjalan pelan ke arah kanannya, kemudian ke kiri, dan selanjutnya melangkah ke depan barisannya dan iringan tarinya macepol. - Kemudian kelompok 8 penari Baris Selem mulai bergerak menapakkan kaki kanan ke belakang untuk mengambil ancang-ancang agem kanan dengan gerakan makliwesan, yaitu kedua tangan menuju ke depan perut, lalu masing-masing bergerak keluar sampai tangan kanan mengambil posisi agem; pegangan pedang ke sampimg sejajar dengan kepala, dan ujung pedang mengarah ke atas, sedangkan tangan kiri berada di atas pangkal paha kiri, lalu tanjak kiri; lalu ulangi tarik kaki kiri, angkat kaki kiri tahan sebentar, lalu nanjak kiri dengan tekanan. - Selanjutnya gerakan transisi ke kiri meliukkan tubuh ke kiri diikuti dengan gerakan tangan kiri bergerak turun kemudian naik lalu ke samping kiri ngagem kiri, dengan telapak tangan kiri menghadap ke depan, sedangkan tangan kanan yang memegang pedang bergerak ke kiri sampai kembali berada di sisi kanan di atas pangkal paha kanan, dan ujung pedang megarah ke arah diagonal kanan; lalu ulangi tarik kaki kanan kemudian diangkat, tahan sebentar lalu nanjak kaki kanan dengan tekanan. - Rangkaian gerak tanjak dua kali yang dilakukan maju ke depan, dilanjutkan ke kanan dan ke kiri yaitu 3 kali di kanan dan 3 kali di kiri bergantian, sehingga berjumlah 6 kali, yang berakhir dengan agem kiri. Tempo gerakan dilakukan dengan tempo pelan sesuai dengan tempo iringannya dengan hitungan. - Selanjutnya iringan tari nguncab dan mulai dengan gerakan tanjak satu kali sambil mundur, yang dilakukan di kanan, kiri, bergantian sebanyak 5 kali, yang berakhir di sisi kanan, dengan tempo yang lebih cepat dari tanjak dua kali, yang juga disertai gerakan tangan dan ayunan pedang. Gerakan dan hitungannya, tetapi dilakukan lebih cepat dan hanya satu kali nanjak, dengan sedikit aksen ketika kaki diangkat, dan rangkaian gerak nanjak satu kali ini berakhir dengan agem kanan. - Kemudian iringannya melambat dan tanjak dua kali dimulai lagi di kiri, lalu di kanan bergantian sehingga berjumlah 9 kali dan berakhir dengan agem kiri. Pada rangkaian tanjak dua kali yang ke 7, pemimpinnya maju ke depan dan kemudian menghadap ke barisan, selanjutnya pada tanjak dua kali yang ke 9, pemimpinnya berjalan ke belakang melalui sisi kiri barisan. - Iringan tari nguncab, lalu dilanjutkan dengan rangkaian gerak tanjak satu kali di sisi kanan. Kemudian ulangi di sisi kiri dan seterusnya bergantian sebanyak 4 kali dengan tempo lebih cepat dan berakhir dengan agem kiri. - Lalu tempo iringan macepol dan kembali ke tanjak dua kali bergantian di kedua sisinya sebanyak 8 kali, mulai di sisi kanan, yang kemudian berakhir di sisi kiri. Pemimpinnya berjalan ke depan dan menghadap ke barisan. - Tanjak dua kali dilanjutkan ke kanan sambil memutarkan tubuh kea rah dalam, sehingga kedua leret penari saling berhadapan dan tanjak dua kali dilanjutkan sampai saling berpapasan, sementara itu pemimpinnya berjalan ke belakang kalangan dari sisi kiri barisan. Barisan terus bergerak berpapasan sampai pada tanjak dua kali yang keempat dan sesudah itu, ke delapan penari memutar ke dalam dan menghadap ke belakang, berdiri sejenak, dan iringannya nguncab, dilanjutkan lagi dengan tanjak satu sambil mundur ke arah depan kalangan diikuti oleh pemimpinnya. Lalu semua penari Baris Selem duduk berpencar di sisi depan kalangan. b. Pertunjukkan Baris Cina ini kemudian dilanjutkan dengan penampilan Baris Putih/Baris Cenik: - Para penari Baris Putih menuju kalangan, berbaris menghadap ke belakang kalangan menunduk dalam posisi saf dua berbanjar ke belakang; sedangkan pemimpinnya ada di tengah barisan menghadap ke depan. Pemimpin berbalik menghadap ke belakang, berjalan maju, dan kemudian berbalik menghadap ke depan, lalu berjalan maju, dan barisannya turut memutar tubuhnya ke arah dalam, kemduain menghadap ke depan. Pemimpinnya terus berjalan zig zag menuju depan kalangan dengan mengangguk-anggukkan kepalanya; tangan kanan memegang pedang dan tangan kiri di pinggang. Kemudian berbalik ke kiri, menuju barisan sebelah kanan, lalu ke kiri, ke tengah, dan kembali berdiri di depan barisan sebelah kiri dan diam sejenak; sementara barisannya (8 penari) hanya berdiri memandangi pemimpinnya, menunggu iringan untuk kemudian memulai tariannya. - Penari dalam barisan memulai tariannya dengan kaki kanan mundur ke belakang, disertai kedua tangan makliwesan, lalu ke depan dengan mendekatkan tangan kiri dan kanan yang membawa pedang ke depan dada, orientasi posisi tubuh agem kanan. Maju kaki kanan, kiri disertai gerakan kedua tangan memutar ke arah kiri, lalu ke kanan kuda-kuda/pasangan langsung mengambil posisi agem kanan. Kaki kiri mundur sejalan dengan tangan kanan memutar ke atas dan kiri memutar ke arah sisi kanan, depok dan berakhir dengan tangan kiri ngagem di depan dada, dan tangan kanan berada dibawahnya dengan ujung pedang mengarah ke depan. - Kaki kiri dipindahkan ke depan dan langsung tanjak sedangkan kaki kanan mundur, tanjak kiri dengan posisi tangan bukaan. Tarik kaki kiri lalu tanjak kanan, kiri agak cepat sambil melakukan gerakan kliwes ke kiri, tangan kiri menjadi sejajar dengan kepala, tangan kanan di samping kanan di atas paha, dan bersamaan kaki kanan angkat, tanjak satu kali; tarik kaki kanan lalu angkat bersamaan dengan iringan nguncab. Lalu tanjak yang kedua. Pemimpin mulai berbalik menghadap ke depan. - Tarik tangan kanan ke belakang, tangan kiri bergerak kea rah samping kanan bersamaan dengan tangan kanan ke samping kanan. Gerakan tersebut bersamaan dengan tarikan kaki kanan belakang serta kaki kiri diangkat, lalu cepat tanjak kaki kiri, tanjak kaki kanan, lalu angkat kaki kiri dan tanjak kiri. Saat ini tangan kanan sudah mengambil posisi memegang pedang di samping kanan sejajar kepala, tangan kiri di atas pangkal paha, kemudian angkat kiri dan tanjak kaki kiri yang kedua kalinya. - Saat ini pemimpin mulai menari model kekembangan, memutar pedang dan tangan di atas kepala, menarik, menusuk, dan juga merentangkannya ke samping beberapa kali. Kemudian melingkar dan meletakkan pedangnya di bahu, iringan melirih dam pemimpin mulai berjalan berkeliling dan menghadap ke depan. - Penari yang delapan terus melanjutkan rangkaian tanjak dua kali. Tarik kaki kiri, makliwesan ke kiri, angkat kaki kanan, tanjak kaki kanan, kiri lalu angkat kaki kanan dan bersamaan tangan kiri sudah di samping kiri sejajar dengan kepala dan tangan kanan di samping kanan sejajar pinggang, pedang mengarah diagonal ke kanan. Dilanjutkan dengan tarik kaki kanan lalu angkat, kemudian tanjak kaki kanan. Pemimpinnya kemudian berjalan ke belakang dan berhenti di tengah-tengah barisan sejenak dan kembali ke depan, kemudian berbalik menghadap barisan. - Penari yang delapan kemudian membentuk lingkaran dan kembali lagi dalam barisan dan iringan berhenti sebentar, sementara itu penari Baris Selem bangun dari duduknya dan membentuk barisan sehingga berhadap-hadapan dengan Baris Putih. Kedua pasukan Baris Cina saling berpandangan. Sesaat kemudian kedua kelompok penari Baris Cina ini mulai mengangkat pedangnya untuk berperang, akan tetapi peperangan tidak sempat berlangsung atau terhenti, sehingga tidak ada yang kalah ataupun menang, karena mulai terjadinya kerauhan. Kostum Tari dan Tempat Pementasan Tari Baris Cina terdiri atas dua kelompok penari yang semuanya laki-laki dimana setiap kelompok terdiri dari sembilan penari termasuk satu orang komandan/pemimpin yang disebut pengater. Satu kelompok menggunakan pakaian hitam yang disebut Baris Selem (Baris Gede), sedangkan kelompok lainnya berpakaian putih yang disebut Baris Putih (Baris Cenik). Perlengkapan kostum kelompok Baris Selem ini sama dengan kelompok Baris Putih. Kelompok Baris Selem terdiri dari delapan penari dalam satu kelompok dan seorang pemimpin. Kelompok delapan memakai baju kemeja tangan panjang dengan krah model Cina yang berwarna hitam dengan strip putih, celana panjang warna hitam, slempot putih, topi berpinggiran agak lebar yang berwarna hitam dan membawa sebilah pedang. Pemimpinnya memakai baju kemeja tangan panjang dengan krah model Cina yang berwarna hitam, celana panjang warna merah, slempang poleng hitam putih, slempot poleng, topi merah tua dengan jenggot palsu berwarna hitam kecoklatan yang dipakai menutupi wajah dari bagian bawah hidung ke bawah dan membawa sebilah pedang. Penari Baris Putih dalam kelompok delapan juga memakai baju kemeja tangan panjang warna putih dengan krah model Cina, celana panjang putih, slempot hitam, memakai topi lebar warna putih dan membawa sebilah pedang. Adapun pemimpinnya memakai baju kemeja tangan panjang, dengan krah model Cina, celana panjang warna putih, selempang poleng hitam putih, slempot poleng, topi putih model Belanda, janggut palsu berwarna putih, dan membawa sebilah pedang. Para penari Baris Cina tidak memakai alas kaki/sepatu. Adapun kalangan atau tempat pentas bisa dilakukan di jaba, jaba tengah atau jeroan. Yang terpenting adalah areal pentas itu sudah diprayascita dan dilukat secara niskala. Pada bagian akhir akan terjadi kerauhan dan pada saat itu, mereka semua menuju jeroan pura menghadap Pelinggih Ida Ratu Tuan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047