Seni Lukis Batuan

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800748
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Bali
Responsive image
Sejak jaman kerajaan hingga kini, Desa Batuan dikenal sebagai salah satu pusat kesenian di Bali, salah satunya seni lukis. Kesenian itu pada awal mulanya ditujukan untuk kepentingan persembahan atau ngayah dalam kaitannya dengan berbagai ritual adat/agama. Seni lukis Batuan mulai dikenal secara luas pada tahun 1930-an ketika antropolog Margaret Mead dan Gregory Bateson melakukan penelitian dan meminta anak-anak Desa Batuan menggambarkan pengalamannya lewat lukisan. Di luar dugaan, nuansa magis mendominasi karya-karya mereka. Secara umum, lukisan Bali Batuan mengangkat tema-tema cerita rakyat (Tantri, Rajapala, Calonarang), kisah pewayangan (Mahabharata dan Ramayana), kehidupan sehari-hari, seremoni adat/agama. Namun, dalam perkembangannya kemudian, beberapa pelukis juga mengangkat tema kehidupan kontemporer dengan memasukkan gambar pesawat terbang, mobil, figur turis, dan sebagainya. Lukisan Batuan menjadi unik dan menarik karena teknik dan proses pengerjaannya yang relatif lama. Meski tema-tema yang diangkat pelukis Batuan generasi sekarang cenderung kontemporer, namun teknik melukis yang dipakai tetap teknik melukis tradisi Bali gaya Batuan, seperti nyeket, ngorten, nyawi, nyigar, ngucek, manyunin. Teknik itulah yang menjadi penanda bahwa lukisan tersebut masih bercorak Batuan. Hal ini juga menunjukkan, meski mengggunakan teknik tradisi, secara tematik seni lukis Batuan selalu berkembang mengikuti jaman. Namun, para pelukis Batuan tetap mempertahankan nilai-nilai yang ingin disampaikan lewat karya lukisan. Dalam hal ini lukisan Batuan mengandung nilai-nilai pendidikan budi pekerti dan berbagai nilai untuk menumbuhkan kesadaran manusia untuk menjadi lebih baik. Nilai-nilai tersebut diserap dari kisah Mahabharata, Ramayana, Tantri, Calonarang, dan berbagai cerita rakyat lainnya. Pada awal 1980-an seni lukis Batuan sempat mengalami kemunduran dan bahkan nyaris punah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan dan mengembangkan seni lukis Bali gaya Batuan. Upaya tersebut antara lain membentuk perkumpulan seni lukis Batuan yang diberi nama Baturulangun, beranggotakan 80-an pelukis. Untuk menggairahkan para pelukis berkarya, Baturulangun pun telah menggelar pameran bersama di beberapa tempat. Kemudian Baturulangun bekerjasama dengan pihak pemerintah (perbekel/lurah Desa Batuan) dan sekolah membuka kursus gratis melukis gaya Batuan yang ditujukan kepada anak-anak SD di Batuan. Kursus melukis yang diikuti 100-an siswa ini adalah salah satu upaya kaderisasi dan pewarisan budaya kepada generasi muda. Seni lukis Bali gaya Batuan sangat mendesak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda karena beberapa alasan: (1) seni lukis Bali gaya Batuan sangat diperlukan dalam komunitas sosial setempat sebab berkaitan dengan fungsi sosial (ngayah untuk adat/agama), (2) teknik yang dipakai sangat unik dan proses pengerjaannya memakan waktu sangat lama, (3) mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang diwarisi para leluhur, (4) mengantisipasi pembajakan Hak Cipta oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047