Bau Nyale

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800751
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Nusa Tenggara Barat
Responsive image
Secara etimologis Bau Nyale terdiri dari 2 suku kata, yakni "Bau" dalam bahasa Indonesia artinya menangkap dan "Nyale" adalah cacing laut yang tergolong jenis filumannelida. Tradisi Bau Nyale salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat Lombok Tengah sejak ratusan tahun silam. Awal mula tradisi ini tidak ada yang mengetahui secara pasti. Namun berdasarkan isi babad sasak yang dipercaya oleh masyarakat, tradisi ini berlangsung sejak sebelum 16 abad silam. Tradisi ini dilangsungkan setiap tanggal 20 bulan 10 menurut perhitungan penanggalan tradisional Sasak atau sekitar bulan Februari bertempat di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah. Tradisi ini berkaitan dengan cerita mitos Putri Mandalika, diceritakan Putri Mandalika adalah seorang putri yang berparas cantik dan berbudi luhur, sehingga diperebutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan. Namun Sang Putri memilih jalan lain untuk hidupnya, Sang Putri tidak menerima pinangan dari salah satu pangeran, karena jika menerima pinangan dari salah satu pangeran maka akan terjadi bencana besar yang mengakibatkan kerugian banyak orang. Putri Mandalika rela mengorbankan jiwa dan raganya demi keselamatan orang banyak, dengan membuang dirinya ke tengah lautan dan menjelma menjadi nyale. Prosesi Tradisi Bau Nyale diawali dengan diadakannya sangkep wariga, yaitu pertemuan para tokoh adat untuk menentukan hari baik (tanggal 20 bulan 10 penanggalan sasak) mengenai kapan saat Nyale ini keluar. Dilanjutkan dengan mepaosan, yaitupembacaanlontar yang dilakukanoleh para mamik (tokohadat) sehari sebelum pelaksanaan Tradisi Bau Nyale, bertempat di bangunan tradisional dengan tiang empat yang disebut dengan Bale Saka Pat. Pembacaan lontar ini dengan menembangkan beberapa pupuh atau nyayian tradisional dengan urutan tembang antara lain :Pupuh Smarandana, Pupuh Sinom, Pupuh Maskumambang dan Pupuh Ginada. Beberapa piranti yang dipakai dalam prosesi ini antara lain daun sirih, kapur, kembang setaman dengan Sembilan jenis bunga, dua buah gunungan yang berisi jajan tradisional khas Sasak serta buah-buahan lokal. Dini hari sebelum masyarakat mulai turun ke laut untuk menangkap nyale, para tokoh adat menggelar sebuah upacara adat yang diberinama Nede Rahayu Ayuning Jagad. Dalam prosesi ini, para Tetua Adat Lombok berkumpul dengan posisi melingkar, ditengah-tengah mereka diletakkan jajanan serta buah-buahan yang berbentuk gunungan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047