Leva Nuang

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800753
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Nusa Tenggara Timur
Responsive image
Leva Nuang adalah Musim Melaut menangkap mamalia Paus dan jenis ikan besar lainnya untuk pemenuhan kebutuhan hidup di desa nelayan Lamalera – Kecamatan Wulandoni – Kabupaten Lembata – Provinsi Nusa Tenggara Timur. Perlu juga diketahui bahwa dalam tatanan kehidupan komunitas masyarakat adat Desa Lamalera terdapat 2 (dua) tradisi unik yang tetap hidup dan berkembang sejak zaman nenek moyang dan tetap bertahan hingga sekarang yakni tradisi Leva dan Penete. Leva berlaku bagi kaum laki-laki yang menangkap mamalia Paus di laut Sawu dengan hanya menggunakan peralatan sederhana dan Penete yang berlaku di kaum wanita yang menjual daging paus dan hasil tangkapan lainnya secara barter dengan hasil bumi di daerah pedalaman Lembata untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga. Dapat kita pahami pula bahwa masyarakat Lamalera sejak zaman nenek moyang telah menjadikan laut sebagai lahan pencari nafkah untuk kehidupan. Tradisi kearifan lokal ini menjadi bagian penting yang harus dijalani setiap anggota komunitas yang percaya dan yakin serta taat bahwa kehidupan sekarang merupakan satu kesatuan dengan alam kosmos. Tuhan adalah Penguasa dan Pemilik Alam Semesta yang menyatukan kehidupan masa lampau, masa sekarang dan juga masa depan. Dengan bersyukur kepada Tuhan, alam semesta dan para leluhur semua anggota masyarakat adat merasa dikuatkan untuk bertarung dan juga dilindungi di lautan lepas; menangkap mamalia Paus dan ikan besar lainnya untuk kehidupan. Sehingga dapat kita jumpai bahwa segala aktivitas kehidupan pranata sosial budaya di Lamalera baik di darat maupun laut harus diawali dengan doa-doa dan mantra. Tradisi Leva Nuang berlangsung setiap tahun dari Bulan Mei s/d Oktober. Berawal pada tanggal 29 April dengan Ritual Tobu Nama Fatta / musyawarah di pantai Lamalera yang digagas oleh lika telo / 3 (tiga) suku yakni Blikololong, Bataona dan Levotuka, dengan dipimpin langsung oleh Tuan Tanah / Tana Alap yakni Suku Langovujo. Semua elemen masyarakat yang berperan dalam Leva Nuang diundang hadir untuk berdialog secara terbuka, membahas segala persoalan mulai dari evaluasi hasil tangkapan tahun lalu sampai persiapan musim melaut tahun ini. Lewat Ritual ini, semuanya saling bermaaf-maafan satu dengan yang lainnya sekaligus pembersihan diri dari rasa benci / dendam. Mereka yakin bahwa tanpa ada perdamaian yang tulus maka akan mengganggu aktivitas melaut bahkan akan berakibat fatal bagi nelayan itu sendiri dan juga perahu yang digunakan menangkap Paus. Dalam artian bahwa nelayan bisa diserang Paus hingga cacat / meninggal dunia atau perahu/peledang dirusak Paus. Setelah Tobo Nama Fatta, keesokan harinya tanggal 30 April dilanjutkan dengan Ritual Ie Gerek yang bertujuan untuk memberi makan leluhur di Batu Paus di atas lereng Gunung Labalekan selain sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas segala nikmat yang telah diberikan sepanjang tahun lalu juga sekaligus permohonan agar diberikan hasil tangkapan yang banyak dalam tahun ini sehingga janda dan yatim piatu tidak kelaparan. Ritual ini dilakukan oleh Tana Alep atau tuan tanah yakni Suku Vujon / Langovujo yang mana mulai berangkat ke Batu Paus pukul 04.00 dinihari. Setelah Ritual utama di Batu Paus dilanjutkan ke beberapa tempat persinggahan dari lereng Gunung Labalekan sampai ke Pantai Lamalera dan menceburkan diri ke laut sebagai tindakan pembersihan diri. Setelah itu makan siang bersama lika telo di rumah adat Suku Bataona. Pada sore hari sekitar pukul 16.00 WITA (jam 04.00 sore) berlanjut dengan Ritual Misa Arwah. Sebuah tradisi Agama Katolik yang telah menyatu dengan kehidupan iman seluruh masyarakat Lamalera. Perayaan ini berlangsung dipinggir Pantai Lamalera di depan Kapela St. Petrus dan dipimpin langsung oleh Pastor sebagai Pemimpin Umat Katolik. Ritual yang bertujuan untuk mendoakan kehidupan kekal sekaligus sebagai ungkapan terima kasih kepada kepada arwah para leluhur dan sanak keluarga yang telah mengorbankan diri dan meninggal di laut akibat diserang Paus. Setelah Perayaan Misa diadakan Pelepasan Lilin Bersama ke dalam laut. Setelah itu mulai sekitar pukul 24.00 WITA atau jam 12 malam sampai pagi dinihari jam 05.00 para ibu rumah tangga yang telah ditugaskan berjalan dari rumah ke rumah mengumpulkan Benang Kapas asli masih dalam bentuk tenue yang akan disambung menjadi satu kesatuan tali Leo yang akan digunakan untuk menangkap Paus. Masing-masing rumah menyediakan 2 (dua) tenue. Ritual tetap belanjut besok pagi tanggal 01 Mei sekitar jam 07.00 Wita yaitu Misa Leva sebagai Penanda Awal Pembukaan Musim Leva. Selain sebagai ungkapan syukur sekaligus permohonan bersama seluruh masyarakat Lamalera agar diberikan rezeki hasil tangkapan yang melimpah dari laut. Pastor sebagai pemimpin umat akan berjalan memberkati semua umat dan peralatan yang akan digunakan mulai dari Leo / tali, tempuling / tombak penikam, peledang / perahu penangkap paus sampai Leva /laut sebagai sumber kehidupan masyarakat Lamalera. Akhir dari Perayaan Misa adalah Pelepasan secara simbolik Peledang Prassosapang ke laut sebagai Pembukaan Leva Nuang tahun ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi menangkap Paus menuai pro dan kontra dari pelbagai kalangan. Namun perlu dipahami bahwa tradisi ini adalah untuk kehidupan komunitas yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Terdapat begitu banyak kearifan lokal yang terkandung didalamnya termasuk konservasi local berupa jenis Paus tertentu saja yang ditangkap yakni sperm whale / Paus Sperma atau dalam bahasa daerah Lamalera disebut kotekelema, usia paus yang ditangkap sampai pada akhir pembagian hasil yang harus adil sesuai pranata yang telah diatur dalam komunitas adat masyarakat Lamalera. Ketika dilanggar sanksi adat telah menanti baik sekarang maupun generasi yang akan datang.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047