Diaspora orang-orang Bugis ke Pagatan membawa serta berbagai tradisi dari tanah asal mereka, diantaranya adalah tradisi menenun, yakni mengolah benang menjadi kain dengan warna, motif, dan nilai atau makna-makna tertentu. kain tenun pagatan tidak hanya terlihat indah karena kelembutan warna dan motif khas yang terpola pada kain, dari sgei warna, kain tenun pagatan merupakan perpaduan warna dalam tradisi orang-orang Bugis dan Banjar yang sifatnya bertolak belakang. Menurut tradisi orang-orang BUgis, warna kain atau pakaian mereka buat biasa didominasi oleh warna tua; sementara warna tradisional orang Banjar didominasi oleh warna cerah dan muda. BEgitu pula dengan motif, terjadi pembauran antara motif kain Banjar dengan motif kain Bugis sebagaimana tampak pada kain Tenun Pagatan. Motif kain sasirangan sepeerti gigi haruan, gagatas, dan halilipan misalnya dipadukan dnegan motif gelombang yang menjadi khas motif kain orang BUgis. Perpaduan ini jelas menunjukan terjalinnya dua hubungan budaya secara harmonis (Sri Hidayah, 2014). Tenun Pagatan dihasilkan oleh tangan-tangan terampil melalui proses matenung atau itenung (menenun) yang cukup panjang. dibutuhkan waktu beberapa hari untuk membuatnya; dimulai dari proses pemintalan benang, pemberian warna pada benang, benang disusun dan dibentuk untuk menjadi motif dan hiasan beragam, mucnul pola dan corak yang menawan, dan akhirnya mengesankan keindahan. Bahan utama yang duperlukan unutk menenun tenun pagatan adalah benang tenun, bahana pewarna, bahan pengawet. benangnya pun terdapat berbagai macam, benang sutra, benang samarinda, benang singapura, dan benang biasa