Kelong Batti'-Batti'

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800787
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Sulawesi Selatan
Responsive image
A.Asal – usul Kelong batti’ Batti’ pada masyarakat Selayar Kelong Batti’ Batti yang merupakan lantunan nyanyian yang diiringi oleh alat musik gambus, mulai dikenal masyarakat Kabupaten kepulauan Selayar tepatnya di Daerah pesisir pantai yang bernama kampong (kampung) Padang pada masa penyebaran agama Islam yang dibawa oleh salah seorang pedagang Melayu yang bernama Datok Ri Bandang. Nama kampong (kampung) Padang sendiri diambil dari mayoritas penduduk Melayu datang dari Sumatra untuk berdagang dan menetap di daerah itu. Para pedagang Melayu ini selain berdagang, juga menyebarkan agama Islam (wawancara dengan pak Zainal Abidin, 75 Tahun). Secara harfiah, kelong diterjemahkan sebagai nyanyian. Pada dasarnya kelong adalah karya sastra yang berbentuk larik-larik kelompok kata dan dibawakan secara bernyanyi atau bersenandung. Batti’-batti’ sendiri diambil dari kata ambatti’ yang berarti memetik. Kelong batti’batti’ adalah kesenian tradisional yang berupa lantunan – lantunan khas Kabupaten Selayar berupa nyanyian berbahasa Selayar yang dinyanyikan oleh laki-laki dan perempuan secara bersahut-sahutan atau seperti berbalas pantun secara spontanitas dan diiringi musik rebana dan gambus khas Selayar. Kalimat atau lirik di dalamnya mengandung peribahasa atau kalimat bijak yang mengandung pesan-pesan moral, spiritual, dan juga terkadang hubungan kisah asmara serta humor yang dilantunkan saling berbalas oleh penyanyinya. Kesenian ini awalnya berupa syair-syair tanpa ada alat musik yang mengiringi seperti sekarang, dan diperkenalkan oleh para pedagang dari Melayu. Jika kita mendengarkan syair Kelong Batti’ Batti maka kita akan mendengarkan keunikan didalamnya karena lantunan – lantunan nyanyian keluar dengan spontanitas dari penyanyinya tapi memiliki perpaduan kata yang indah. Kesenian ini sering dipertontonkan pada acara pernikahan atau acara pagelaran seni budaya yang diselenggarakan oleh Pemerintah. Penyanyinya umumnya terdiri terdiri dari laki – laki dan perempuan, bisa dengan masing – masing seorang atau masing – masing dengan pengganti yang melantunkan kata – kata tersebut. Pergeseran dalam lirik lagu pun kini sudah menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Baik bait – bait lama dalam bahasa Selayar yang lebih banyak menggunakan personifikasi, kini lebih simpel walau tidak kehilangan karakter aslinya. Sepenggang Lirik Kelong Batti’ Batti’ Laki – LakiPerempuan Nalamatepa inakke aringkuMallang tojengki angngai daengku Lingka mange ri anjayya Laburu ri sinna mata Ampa mukua 2xSe’rena jua se’rena jua daengku Mallang tojengki anngaiKaca’radeki mbokoi Terjemahan:Terjemahan: Jikala aku mati adikkuBukti cintaku padamu kakakku Berjalan menuju ke nirwanaTidak akan berpaling Baru engkau puasHanya satu Bukti cintaku padamuKarena engkau tidak setia Kelong Batti’ Batti’ itu tidak bisa terpisahkan dengan alat musik petik Gambus. Hal ini dikarenakan nyanyian tersebut diiringi oleh alat musik tersebut sejak kedatangan para penyiar Islam di Tana Doang. Hal ini berhubungan dengan tulisan yang berjudul Gambus Citra Budaya Melayu yang ditulis oleh Musmal. Dikatakan bahwa gambus dibawa oleh pedagang jalur Timur Tengah, selanjutnya dibawa oleh orang – orang Arab ke Nusantara oleh keturunan Nabi Muhammad SAW yang menggunakan gelar sayyid atau syarif menyebarkan agama Islam (2010:7). Penyebarannya di Nusantara itu melalui daerah Sumatera terlebih dahulu, kemudian tersebar ke beberapa daerah di Nusantara hingga sampai di Daerah Selayar. Para pedagang Melayu ini menyebarkan agama Islam dengan cara berdakwah sambil menyanyikan lagu – lagu islami dengan menggunakan gambus sehingga penduduk setempat bisa tertarik mendengarkan dakwah. Dari ketertarikan inilah penduduk setempat juga mulai melantunkan nyanyian Batti’ Batti diiringi alat musik gambus. Jauh sebelum masuknya Islam dan alat musik Gambus di Kepulauan Selayar, penduduk setempat mempunyai kebiasaan unik dalam tradisi panen kapas. Pada saat panen kapas tersebut laki – laki dan perempuan saling berbalas lagu dalam lantunan nyanyian. Hal ini dilakukan pada saat mereka mulai mebersihkan kapas dari biji – bijinya. Cara pembersihannya sendiri dilakukan dengan cara memetik – metik biji yang ada pada bagian kapas itu, penduduk setempat menyebut cara ini dengan nama ambatti’. Proses ini sendiri terbilang cukup lama jadi mereka menggunakan cara itu agar tidak jenuh dalam proses pemanenan tersebut seiring dengan masuknya Islam dan gambus ke daerah itu kemudian mereka mencoba memadukan kebiasaan melantunkan Kelong Batti’ Batti itu dengan alat musik Gambus, hingga akhirnya setiap panen kapas mereka khususnya para laki – laki selalu membawa Gambus sambil bernyanyi berbalas pantun. Hal ini dilakukan pada saat ambatti’ saja atau ketika sedang beristrahat. Dari kebiasaan inilah sehingga sekarang terkenal menjadi kesenian Kelong Batti’ – Batti’ (Wawancara dengan Pak Supriadi, 47 tahun) B.Bentuk Pementasan Kesenian Tradisional Kelong Batti’ Batti’ pada Masyarakat Selayar Kesenian Kelong Batti’ batti’ hingga saat ini kembali digeluti oleh beberapa penggiat kesenian yang ada di Kabupaten Kepualauan Selayar. Salah satunya adalah Sanggar Seni Tana Doang. Adapun pementasan kesenian ini dilakukan pada acara – acara pernikahan, sunatan, atau pementasan yang diadakan oleh Pemerintah setempat untuk suatu kegiatan seperti perayaan ulang tahun Kabupaten atau pun penyambutan tamu di bandara. Pada acara pernikahan, perlu diketahui kesenian ini dipentaskan satu malam sebelum acara pernikahan atau pun resepsi pernikahan oleh keluarga yang akan melangsungkan pernikahan atau resepsi. Jadi bukan pada hari acara pernikahan atau resepsi berlangsung. Dalam pementasan biasanya keluarga yang akan melakukan acara pernikahan telah mengundang pemain atau grup Kesenian Kelong Batti’ batti ini jauh – jauh hari sebelumnya. Pementasan dilakukan setelah sholat Isya (Ba’da isya) waktu setempat dan akan berlangsung hingga dini hari. Pementasan dilakukan sebelum acara pernikahan sebenarnya bertujuan menghibur tamu – tamu yang akan melakukan pernikahan karena kebiasaan dalam sebuah acara seperti ini banyak tamu yang datang secara sukarela membantu menyiapkan persiapan – persiapn untuk acara pernikahan besok. Agar tamu – tamu ini terhibur dan tidak merasakan kelelahan saat mengerjakan persiapan untuk acara pernikahan besok, maka keluarga yang akan melangsungkan acara pernikahan mengadakan pementasan Kelong Batti’ batti’. Untuk menghindari kelelahan dalam mementaskan kesenian ini, biasanya grup atau kelompok ini bergantian mementaskan kesenian ini. Dalam satu kelompok terdiri atas dua penyanyi perempuan dan dua penyanyi laki – laki sekaligus pemain alat musik Gambusnya, ditambah dengan dua orang pemain alat musik Rebana. Penyanyi perempuan dan pemain alat musik Gambus dalam hal ini sebagai penyanyi laki – laki akan mengambil posisi saling berhadapan, ditengah posisi pemain Rebana dalam formasi huruf U. Yang menarik di alat musik Gambus yang dimainkan oleh laki – laki sekaligus penyanyi terdapat cermin di ujung dawai senar tasi (nilon untuk pancing). Karena waktu itu bertatap muka secara langsung dianggap tabu. Jadilah kini setiap pembuatan Gambus terdapat cermin diujungnya. Hal ini dilakukan oleh pemain Gambus ternyata bertujuan untuk melirik penyanyi perempuan yang ada di depan mereka tanpa harus melihat langsung meskipun dalam posisi berhadapan. Hal ini biasanya membuat kikuk penyanyi perempuan ketika mereka berpapasan mata meskipun lewat cermin di Gambus penyanyi laki – lakinya. Kostum untuk mementaskan kesenian ini disesuakan dengan permintaan penyelenggara hajatan. Pakaian adat ini mereka pakai pada umumnya dipementasan yang diadakan oleh Pemerintah daerah kabupaten kepualauan Selayar. Pada saat penjemputan tamu, mengisi acara di salah satu instansi pemerintah, atau undangan keluar dari Pulau Selayar, hingga ke level Nasianal dan Internasional. Dalam menyanyikan atau melantunkan lirik – lirik Kelong Batti’ batti’ ini, Ibu Rosdiana (penyanyi) mengakui bahwa apa yang dia lantunkan secara spontanitas keluar begitu saja dan selanjutnya akan dibalas oleh penyanyi laki – laki tanpa ada jeda untuk berpikir, salah satu keunikan dari kesenian ini. Para penyanyi berbalas lantunan seakan mereka telah mengetahui apa yang harus mereka lantunkan setelah lawan main mereka mengucapkan lirik lantunan Kelong Batti’ Batti’ mereka. Kelong Batti’ Batti’ ini tidak diperuntukkan untuk kalangan tertentu, jadi siapa aja berhak melakukan pementasan ini, baik untuk acara pernikahan ataupun lainnya. Seperti dibahas diatas kebiasaan satu malam sebelum acara pernikahan berlangsung, kesenian ini dipentaskan oleh tuan rumah yang akan melangsungkan pesta pernikahan apakah itu untuk anak laki – lakinya maupun anak perempuan mereka. C.Pesan – pesan Budaya dibalik Kesenian Tradisional Kelong Batti’ Batti’ pada Masyarakat Selayar. Kelong Batti’ Batti memiliki banyak pesan – pesan didalamnya, meskipun beberapa syair lirik atau lantunannya yang terkadang mengandung unsur humor. Pesan – pesan yang terkandung didalamnya mengandung pesan bijak atau moral bahkan spiritual untuk para penontonnya. Sepenggal Lirik tentang pesan agama dalam syair Kelong Batti’ Batti’ : Laki – LakiPerempuan Manna sungguki ri lino andile’ Mingka geleki ssambajang Mingka geleki ssambajang andile’ Panra’ linota 2X Ya sijauh malam, sapu pala aheratta Terjemahan : Walaupun kita bahagia di dunia Tetapi kita tidak sembahyang Tetapi kita tidak sembahyang adik Rusaklah kehidupan dunia kita Di akhirat kau menderita Manna tinroki ri koi daelle’ Lasinari lampu gasing Lasinari lampu gasing siana’ U’rangi tongi 2X Ya si jauh malam ana’ kukang kamaseanni Terjemahan: Walaupun kita tidur di atas ranjang mewah kakak Diterangi lampu benderang Disinari lampu minyak saudara Ingatlah juga 2X Anak yatim piatu kasihan Lirik diatas sangat jelas memperlihatkan sebuah pesan dalam kehidupan ini. Dalam sepenggal lirik diatas dapat dilihat bagaimana seorang laki – laki memberi pesan kepada gadis pujaan hatinya tentang pentingnya ibadah sholat lima waktu agar bisa menjamin kehidupan kelak di hari akhir, jadi meskipun kekayaan melimpah. Dan si gadis mengiyakan kepada kakandanya bahwa kita tetap harus selalu mengingatkan. Laki – LakiPerempuan Kaladerei lampamu andile’ Ri kampong tau tosunggu Ri kampong tau tosunggu andile’ U’rangi tongi 2X Ya sijauh malam, kampongku Kukamallangang U’rangi tongi 2X Ya sijauh malam, kampongku manna Kamase Terjemahan Karena engkau akan pergi jauh Di kampung orang yang senang Di kampung orang yang senang adikku Ingatlah juga 2X Kampung halamanku biar kasihan Ingatlah juga Kampungku walau kasianUru lampa ri sapongku daelle’ Nalapasanga indokku Nalapasanga indokku siana’ Tolongko tuna 2X Ya sijauh malamm, tolongko kaasi – asi Terjemahan Disaat aku meninggalkan rumah Ibuku berpesan kepadaku Ibuku berpesan saudara Bersikap ramah Bersikap rendah hati Untuk lirik diatas digambarkan tentang pesan – pesan moral kepada sang gadis dari sang kekasihnya terlebih – lebih dari ibu si gadis itu sendiri untuk selalu berperilaku baik ketika berada di kampung orang selama merantau. Dan selalu mengingat kampung halamannya meskipun kampung halamannya memiliki kekurangan. Dalam pementasannya, kesenian ini terkadang melantunkan unsur kisah – kisah cinta antara dua kekasih yang diperankan oleh penyanyi wanita dan penyanyi laki – laki sekaligus pemain gambus. Meskipun demikian, syair atau lirik yang dilantunkan tersebut tetap mengandung pesan – pesan yang penuh makna yang terkadang membuat penontonnya terhibur. Karena dalam melantunkan liriknya terkadang penyanyi membals lantunan lawannya dengan candaan, sehingga hal ini membuat penonton atau yang mendengarkannya tertawa.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047