Me'eraji

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800801
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Gorontalo
Responsive image
Me’eraji adalah salah satu aktivitas kebudayaan masyarakat Gorontalo yang secara khusus berkaitan dengan pelaksanaan peringatan Israk-Mikraj Nabi Muhammad SAW, tujuannya untuk memperkuat keimanan umat Islam khususnya di daerah Gorontalo. Sebagai tradisi yang dilakukan secara turun temurun kegiatan me’eraji dilakukan dalam bentuk pembacaan naskah yang didahului oleh kegiatan seremonial yang oleh masyarakat disebut dengan acara nasional dan tradisional. Naskah me’eraji tersebar luas di kalangan masyarakat Gorontalo terutama dimiliki oleh para imam (leebi) dan pemangku adat. Isi naskah me’eraji dibacakan secara bergantian pada waktu memperingati Israk Mikraj Nabi Muhammad secara tradisional. Kebiasaan ini disebut tradisi mikraj. Orang yang biasa membacakan naskah me’eraji disebut ta mome’erajia, sedangkan orang yang biasa melaksanakan peringatan israk mikraj di rumah disebut ta mopome’eraji sedangkan naskah mikraj disebut tuladu me’eraji. Peringatan secara nasional hanya mendengarkan ceramah tentang hikmah israk mikraj, tetapi peringatan secara tradisional mendengarkan kisah demi kisah yang dibacakan (secara berlagu) dalam naskah me’eraji dengan durasi waktu sekitar delapan jam, dimulai dari pukul 20.00 dan berakhir pukul 04.00 sebelum shalat Shubuh. Pembaca kisah duduk di kursi yang di depannya tersedia meja tempat meletakkan naskah mikraj. Di depan dan di sekitar pemikraj duduk bersila di lantai para pendengar yang dengan setia mendengarkan dengan penuh perhatian. Di samping dilaksanakan di masjid pembacaan naskah me’eraji sering dilaksanakan juga di rumah-rumah penduduk dengan mengundang para pemikraj. Umumnya mereka terdiri dari orang-orang yang mampu dan mempunyai kepentingan atau pun hajat-hajat tertentu. Masyarakat yang melaksanakan pembacaan naskah me’eraji di rumahnya, mempunyai tujuan-tujuan tertentu antara lain : (1) agar mereka terhindar dari malapetaka dunia seperti kebakaran, gangguan orang-orang atau roh-roh jahat, (2) kalau ada orang sakit di rumah itu, akan sembuh penyakitnya, (3) mendapatkan berkah dan pahala dari Allah Swt, (4) murah rezeki, dan (5) permohonan kepada Allah, insya Allah dikabulkan. Bagi masyarakat yang melaksanakan secara tradisional susunan acaranya adalah sebagai berikut: a.Pihak penyelenggara akan mempersiapkan peralatan berupa kemenyan api, bara api, kain putih untuk menutup kepala, sebuah meja kecil dilapisi (dialas) dengan kain putih dan segelas air putih. b.Setelah peralatan tersebut siap, maka imam (leebi) yang membacakan naskah israk mikraj akan duduk di kursi yang telah disiapkan dan membaca naskah israk mikraj yang diletakkan di atas yang beralaskan kain putih; c.Doa, pembacaan ini bersifat umum dan lebih menitik beratkan pada shalawat Nabi yang diucapkan secara berulang dan diakhiri permohonan keselamatan dunia dan akhirat kepada Allah SWT. d.Membaca naskah tentang uraian sifat-sifat Nabi yang perlu diteladani dan menjadi contoh bagi pengikutnya yang harus diamalkan; e.Membaca naskah yang yang menjelaskan kisah-kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW dalam mejelajahi israk mikraj disertai dengan pengalaman empirik yang dialami dalam perjalanan sekaligus mengingatkan manusia agar selalu mengambil i’tibar dari perjalanan israk mikraj dalam menjalani kehidupan di dunia ini; f.Ketika naskah israk mikraj tersebut akan dibaca, maka imam (leebi) mengambil kain putih untuk menutup kepalanya yang bermakna bahwa perjalanan Rasulullah SAW menaiki buraq yang warnanya putih bagai salju dan menjaga rambutnya tidak berjatuhan dalam melaksanakan israk mikraj.. Naskah yang dibacakan menggunakan bahasa Gorontalo yang ditulis dalam huruf Arab Melayu atau Arab Fegon. Sebelum dan dalam prosesi pembacaan, iman (leebi) membakar kemenyan dengan maksud mengingatkan para pendengar agar khusu’ mendengarkan bacaan naskah yang dibaca dengan nada yang keras dan intonasi lagunya versi Gorontalo. Di beberapa tempat di Gorontalo saat peringatan israk mikraj demi pelestariannya kegiatan pembacaan naskah mikraj ini sering dilombakan yang pengikutnya adalah para generasi muda. Kegiatan lomba ini dikenal dengan Festival Me’eraji. Dengan demikian secara singkat dapat disimpulkan bahwa me’eraji atau tradisi me’eraji adalah kebiasaan masyarakat Gorontalo memperingati israk mikraj Nabi Muhammad SAW dengan cara membacakan kisah-kisah israk mikraj yang terdapat dalam naskah me’eraji di harapan masyarakat (pendengar) yang dimulai sesudah shalat Isya hingga menjelang shalat Subuh yang dilaksanakan di dalam masjid dan di rumah-rumah penduduk.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047