Aimaro Hena Taje

Tahun
2018
Nomor Registrasi
201800813
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Papua
Responsive image
Tarian aimaro hena taje atau tarian penyambutan, merupakan salah satu tarian tradisional yang hidup dan berkembang dalam budaya orang Port Numbay, khususnya orang Kayu Batu. Berdasarkan cerita yang berkembang di masyarakat tarian Aimaro Hena Taje adalah tarian yang dilakukan untuk menyambut tamu yang datang ke wilayah mereka. Asal usul tarian ini didasarkan pada rasa hormat mereka terhadap tamu, sehingga setiap tamu yang datang, disambut dengan iringan tarian tersebut. Tarian ini sudah dilakukan oleh masyarakat Kayu Batu sejak zaman nenek moyang, yang kemudian mereka turunkan ke anak-anak. Irama lagu Aimaro sangat keras (ruha meha), di mana membutuhkan tenaga yang besar dan teknik pernapasan yang baik, sebab pada beberapa nadanya harus ditahan yang cukup lama, karena itu tidak semua orang mempunyai kemampuan tersebut, hanya beberapa orang saja. Apabila tarian ini akan dilaksanakan maka biasanya orang-orang tersebut akan dipanggil untuk menyanyikan lagu aimaro. Tarian aimaro mempunyai teknik menyanyi yang sangat tinggi, sehingga membutuhkan orang yang mempunyai stamina yang baik, dengan kemampuan pernapasan yang sempurna. Hal ini karena irama dari nyanyian akan semakin keras atau tinggi dan pada lirik tertentu ada yang ditahan dan sedikit diputar. Lebih lanjut pada masa lampau, saat tarian ini dilaksanakan orang-orang tersebut akan dipanggil untuk menyanyi mengiring tarian aimaro, sedangkan penari lainnya hanya melakukan koor-koor pendek yang menyambung kata-kata terakhir dari lagu yang dilantunkan. Saat tarian penyambutan di laksanakan, biasanya syair lagu akan didendangkan secara bersahut-sahutan antara penari satu dengan penari lainnya. Dalam perkembangannya tarian ini mulai mengalami mati suri atau sempat hampir punah, setelah orang-orang yang mempunyai kemampuan beryanyi lagu penyambutan telah meninggal. Untuk mencari orang yang mempunyai kemampuan bernyanyi untuk tarian aimaro sangat sulit, kalaupun ada penguasaan orang tersebut akan lagu sangat sedikit. Berdasarkan informasi lagu yang dinyanyikan dalam tarian aimaro biasanya sebanyak sepuluh lagu. Oleh sebab itu selama beberapa tahun tarian ini sangat jarang ditarikan. Keindahan dalam tarian aimaro terletak pada para penari wanitanya, di mana para wanita harus menari secara berdua-duaan, yang disebut aimaro hena taje yang mengandung arti satu hati, satu tujuan. Sedangkan kekuatan dalam tarian ini terletak pada penari prianya. Dari penjelasan di atas dapat tarik makna bahwa tarian penyambutan merupakan tarian kebersamaan yang penuh dengan perasaan sukacita atau bahagia, yang menggambarkan suasana kebersamaan dan kegotong royongan sukubangsa Kayu Batu di dalam menjalani aktifitas kehidupan mereka. Di masa lampau busana dan asesoris tarian yang digunakan bentuk dan modelnya ada yang sama dan ada yang beda, dengan kostum atau busana dan asesoris tarian yang digunakan sekarang, hanya saja bahan bakunya saja yang berbeda. Dalam setiap tarian baik tarian tradisional, tarian kreasi, dan tarian modern, busana dan asesoris merupakan salah satu unsur penting, karena mempunyai fungsi untuk mempertegas jenis tarian dan identitas pemiliknya. Kelengkapan dalam busana dan asesoris dari suatu tarian, juga dapat menunjukan fungsi dan jenis dari tarian tersebut. Busana dan asesoris antara penari pria dan penari wanita memiliki fungsi yang berbeda. Busana dan asesoris dari penari wanita memiliki fungsi untuk memperindah dan mempermolek atau untuk menunjukan sisi feminim dari penari wanita, sedangkan fungsi dari busana dan asesoris dari penari pria berfungsi untuk menunjukan sisi kegagahan, ketegasan, dan kewibawaan dari seorang penari pria. Hal yang sama juga, dapat dijumpai pada tarian penyambutan sukubangsa kayu batu maupun sukubangsa lainnya di Port Numbay. Untuk mengiringi suatu tarian biasanya pada hampir seluruh sukubangsa yang ada di tanah Papua, telah memiliki alat musik, baik asli milik sukubangsa tersebut maupun alat musik yang telah diadopsi dari luar. Begitupula dengan tarian tradisional sukubangsa kayu batu di mana terdapat beberapa alat musik pengiring, yaitu; 1)Emburk adalah alat musik tiup yang terbuat dari kulit bia besar yang pada sampingnya dibuat lubang sebagi tempat untuk meniup. Emburk secara umum dikenal dengan sebutan triton. 2)Nintiji adalah tifa tradisional yang berukuran. Tifa yang digunakan dalam tarian penyambutan adalah tifa berukuran kecil, dan agak sedang, sehingga gampang dipegang pada saat menari. Pada badan nintiji biasanya dibuat motif seperti ubur-ubur dan lain-lain. Tifa ukuran kecil digunakan oleh penari pri, dan tifa agak sedang digunakan oleh pemimpin tarian dan pendamping penari, yang berada pada sayap kiri dan kanan dari penari. Dalam tarian penyambutan sukubangsa Kayu Batu terdapat motif-motif yang dipakai pada perhiasan atau asesoris tarian, tifa, dan badan seperti muka, punggung dan kaki dari para penari. Motif-motif yang digunakan dalam tarian adalah motif-motif umum yang terdapat dalam budaya sukubangsa Kayu Batu seperti; imafangge yaitu motif khusus ondoafi, caisfalle atau cicak, dan ficay atau ubur-ubur, milik klen Makanuay, motif broncena yaitu ular hitam putih yang hidup dilaut, dan motif saumakau, yaitu motif sau yaitu ikan moncong panjang, dan makau yaitu ikan terbang, dan beberapa motif tumbuhan seperti sayur paku, dan motif-motif lainnya. Sedangkan motif-motif khusus marga-marga yang ada dalam sukubangsa Kayu Batu, tidak digunakan, sebab dikhawatirkan pada saat menari, ada penonton yang menanyakan nenekmu siapa, apabila penari tersebut tidak bisa menjawab maka motif yang digunakan bisa diambil oleh penarinya tersebut. Hal ini karena sukubangsa Kayu Batu memiliki hubungan dengan orang-orang sukubangsa; Tobati, Kayu Pulau, Skow, dan Nafri, Pada setiap tarian baik tarian tradisional maupun tarian modern, terdapat formasi. Formasi dalam tarian tradisional dibuat berdasarkan kehidupan sehari-hari dari masyarakat pemilik tarian tersebut, oleh sebab itu dalam formasi terdapat makna. Begitupula dengan tarian penyambutan milik sukubangsa Kayu batu maupun sukubangsa-sukubangsa lain di Port Numbay. Dalam tarian tradisional khususnya tarian penyambutan di masa lampau hanya terdapat dua formasi yaitu formasi memanjang dan formasi lingkaran, dimasa sekarang telah ditambah atau dibuat formasi baru sebagai variasi dalam tarian penyambutan yaitu formasi kotak dan formasi S, sebagai berikut; 1)Formasi memanjang, merupakan formasi awal atau masuk kedalam arena pertunjukan pada saat menarikan tarian penyambutan 2)Formasi kotak, merupakan formasi kedua setelah penari berada pada arena pertunjukan 3)Formasi S, formasi ini dibuat setelah formasi kotak, kemudian penari membentuk formasi memanjang seperti gambar dibawah ini, selanjutnya membentuk formasi s. 4)Formasi lingkaran. Formasi ini dibuat setelah penari berada dalam formasi s, kemudian membentuk formasi memanjang seperti gambar dibawah ini dan kemudian membentuk formasi lingkaran. Dalam menarikan tarian penyambutan atau aimaro terdapat lagu yang mengiringinya yaitu; lagu pengiring yang mengiringi penari pada saat memasuki arena atau pada formasi memanjang yaitu yawa-yawa ninggei. Lagu yang didendangkan pada saat membentuk formasi kotak yaitu lagu kimbul, sedangkan lagu saat membentuk formasi s yaitu aimaro, dan lagu yang mengiring penari saat membentuk formasi lingkaran yaitu imbocena. Lagu-lagu yang didendangkan menceritakan sosial budaya sukubangsa Kayu Batu misalnya yawa-yawa ninggei, merupakan syair lagu yang menceritakan tentang keindahan pantai base g serta kekayaan laut yang ada di dalamnya. Syair lagu lain menceritakan atau berupa ajakan kepada sukubangsa Kayu Batu untuk bersama-sama membangun kampung Kayu Katu agar menjadi lebih baik dan lebih maju. Irama atau tempo lagu yang dibawakan dalam tarian penyambutan terbilang irama yang tinggi atau keras, sesuai dengan sifat lagu dan tarian yang tegas dan keras, karena menggambarkan suasana sukacita atau kegembiraan. Hentakkan atau pukulan tifanya ada dua yaitu: taktaktak….taktaktak… dan tak…tak…tak. Irama atau tempo lagu yang dinyanyikan berdasarkan informasi dari Pak NM makin lama-makin keras atau tinggi. Gerakkan Dasar dalam Tarian Dalam suatu tarian biasanya terdapat beberapa gerakkan antara lain: gerakkan dasar, gerakkan variasi, dan gerakkan pengantar dari perpindahan suatu gerakkan dasar kegerakkan dasar atau variasi begitupula sebaliknya. Gerak dari suatu tarian meliputi gerak kaki, gerak kepala, gerakk tangan dan gerak badan yang disesuaikan dengan tujuan dan fungsi dari suatu tarian. Begitupula dengan tarian tradisional dimana terdapat serangkaian gerakkan, yang berbeda-beda antara satu sukubangsa dengan sukubangsa lainnya, namun apabila dilihat tiap-tiap gerakkan tersebut terinspirasi dari gerakkan hewan dan aktifitas keseharian dari manusia. Gerakkan dasar dan variasi yang ada dalam tarian penyambutan selengkapnya akan dijelaskan sebagai berikut. 1)Gerakan kaki melangkah. Gerakkan dasar ini sama dengan aktifitas melangkah yang biasa dilakukan, hanya saja pada gerakkan ini, kaki agak menukik seperti posisi kuda-kuda pada karate. Gerakkan kaki melangkah merupakan salah satu gerakkan utama, dimana dari awal menari sampai akhir tarian gerakkan selalu dilakukan. 2)Gerakkan badan membungkuk dan tegak Gerakkan badan membungkuk biasanya dilakukan pada awal tarian penyambutan, sedangkan badan tegak dilakukan pada formasi-formasi selanjutnya 3)Gerakkan kepala bergerak ke kanan dan kekiri Gerakkan dasar ini merupakan salah satu gerakkan utama dalam tarian penyambutan, sama seperti gerakkan kaki melangkah dan gerakkan tangan, dari awal tarian sampai akhir gerakkan ini selalu dilakukan. 4)Gerakkan tangan dianyunkan dan memukul tifa Gerakkan dasar ini merupakan salah satu gerakkan utama dalam tarian penyambutan. Makna yang terdapat dalam gerakkan tarian penyambutan di atas adalah memiliki pikiran positif yang dapat dilihat dari kaki melangkah yang diawali oleh kaki kanan, yang menggambarkan hal positif, jika orang Kayu Batu tahu dan yakin apa yang dilakukan akan memberikan manfaat yang baik mereka dan orang lain maka, mereka harus terus berusaha dan berjuang walaupun ada halangannya. Gerakkan membungkuk memiliki makna sikap sopan dan santun di dalam kehidupan, yang menggambarkan bahwa dalam kehidupan sosial dan budaya sukubangsa Kayu Batu, terdapat seperangkat aturan tatakrama yang mengatur bagaimana cara mereka untuk bergaul dan berkomunikasi, gerakkan ini diambil dari aktifitas mencari hasil laut. Gerakkan kepala kekanan dan kekiri, diambil dari cara burung camar yang sedang memangsa atau mengintai ikan dari langit, maknanya dalam kehidupan orang harus mawas diri atau mengoreksi diri, melihat sesama yang ada disekitar kita, dimana kita harus saling membantu. Makna dari gerakkan tangan diayunkan adalah hidup harus saling tolong menolong, yang menggambarkan bahwa dalam kehidupan budaya mereka terdapat aktifitas yang membutuhkan kebersamaan di dalam pelaksanaannya, agar supaya dapat terlaksana dengan baik.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Komunitas Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

Maestro Karya Budaya

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2018

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047