Syair Surat Kapal

Tahun
2019
Nomor Registrasi
201900841
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Riau
Responsive image

Syair Surat Kapal merupakan karya sastra milik masyarakat Melayu di Indragiri yang sudah ada sejak dahulu dan diturun-temurunkan ke anak cucu dari zaman kerajaan Indragiri hingga saat ini.  Syair Surat Kapal berisi cerita tentang pertemuan jodoh sepasang lelaki dan perempuan yang dikisahkan dari awal berjumpa sampai ke mahligai rumah tangga. Dalam syair ini diperkenalkan sosok pribadi kedua insan yang berjodoh, saudara-saudara terdekat, petuah nasehat agama, do’a dan harapan mengarungi kehidupan rumah tangga.

Syair Surat Kapal yang dibacakan pada saat perkawinan disimbolkan dengan kapal kayu mini. Simbol kapal kayu mini tersebut menjadi arak-arakan pengantin laki-laki menuju kediaman pengantin perempuan saat rangkaian upacara adat. Menurut pendapat ahli, makna kapal tersebut sebagai sebuah lambang kehidupan rumah tangga. Sebagaimana layaknya sebuah kapal, rumah tangga tidak lepas dari goncangan gelombang, badai, hujan, dan gejala-gejala alam di laut lainnya.  Kehidupan rumah tangga tidak pernah lepas dari gejolak yang penuh dengan permasalahan rumah tangga. Sedih, gembira, dan marah selalu menyertai dalam mengarungi mahligai tersebut.

Kapal kayu mini yang dijadikan simbol sebuah kapal disertai dengan sepucuk surat berisikan syair-syair yang menerangkan tentang kapal yang dibawa, mengisahkan tentang awal pertemuan si bujang dengan si gadis menjalin tali kasih sayang hingga menjadi sepasang suami istri. Bait-bait awal Syair Surat Kapal didahului dengan memperkenalkan  kedua pengantin sesudah pembukaan syair. Salah satu isi dari Syair Surat Kapal adalah mengenai pertemuan dua sejoli yang sedang bersanding, seperti kapan dan dimana mereka pertama kali bertemu hingga menjalin hubungan secara serius menuju pelaminan. Setelah diceritakan sekilas tentang pengantin, kemudian diceritakan bagaimana tanggapan keluarga ketika ada keinginan hati dari anak laki-lakinya untuk membina rumah tangga. Sebagai layaknya sebuah kapal tentu terdapat awak kapal yang bekerja menjalankan kapal agar bisa berlayar seperti: (1) nakhoda, (2) juru batu, (3) tukang kelasi, (4) tukang masak, (5) tukang cincu, dan (6) juru mudi. Dan salah satu isi dari Syair Surat Kapal adalah adanya unsur humoris.

Dahulu Syair Surat Kapal ditulis dengan menggunakan tulisan Arab Gundul atau biasa disebut dengan Arab Melayu, karena pada saat itu tulisan latin belum begitu dikenal oleh masyarakat Melayu Indragiri. Namun pada saat ini sangat sulit untuk menemukan Syair Surat Kapal yang masih bertuliskan Arab Melayu. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa serapan lainnya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa syair yang ditulis oleh penyair pada masa sekarang. Menurut cerita masyarakat setempat dahulu permaisuri sultan sering mendengarkan putra mahkota dalam buaian syair-syair yang berisikan nasehat dan cerita. Lama-kelamaan pembacaan syair menjadi kebiasaan untuk didengarkan dikalangan istana hingga kalangan rakyat biasa.

Selain itu pembacaan syair juga dilakukan untuk menidurkan anak, dan adapula berisikan tentang cerita sepasang sejoli yang hendak menikah, terutama pada kalangan kerajaan. 

 

Teks syair surat kapal pada zaman dahulu sangat panjang bisa terdiri dari beratus-ratus bait hingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan membacanya, karena pada waktu itu pembacaan syair surat kapal merupakan salah satu acara hiburan pada perhelatan perkawinan yang ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai, syair surat kapal juga berisikan unsur romantik yang asik untuk disimak apalagi jika pembacaan syair dilakukan dengan nada-nada yang khusus, seperti senandung-senandung merdu yang enak didengar telinga. Saat ini syair surat kapal hanya terdiri dari 30 sampai 60 bait saja. Perubahan ini terjadi karena syair surat kapal tidak lagi sebagai hiburan pada perhelatan pernikahan tetapi hanya sebagai sebatas pelengkap rangkaian adat-istiadat dalam setiap adat pernikahan. 

 

Berikut contoh isi Syair Surat Kapal:

1) Assalamualaikum warahmatullah Pada hadirin hambe bersembah Diiringi dengan alhamdulillah 

Atas kedatangan Ibu dan Abah

2) Dengan Bismillah surat kapal dikarang Arrahmanirrahiin dibaca terang

Mohon kepada khalik yang penyayang Hadiah dan taufiknya selalu datang

3) Adapun kemudian dari pada itu

Maaf dan ampun kepada Tuhan yang satu Sebelum bermadah hamba mohon restu Yang tiada beranak dan tiada sekutu

4) Selanjutnya adalah satu cerita Kesah mahasiswa dari Jogjakarta Mujtahid Thalib nama dikata 

Adik yang bungsu dari beta

5) Negeri asalnya di Airmolek 

Dari Jogjakarta barulah balek

Parasnya tak ganteng tiada pula jelek Pandai menenggang adek beradek

6) Setelah beberapa tahun jadi siswa

Semenjak di Tanjung Pinang sampai ke Jawa

Mencari ilmu sepata dua

Pembimbing jasad penyelamat jiwa

7) Sudah bertemu ilmu dicari Kembalilah kepada sanak famili

Tunduk berpada menyampaikan kata hati Kalaulah boleh ingin beristeri

dan seterusnya


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019

Komunitas Karya Budaya

Sanggar Budaya

Jln. Sultan Kampung Dagang, Rengat

Dewan Kesenian Indragiri Hulu

Jln. Jendral Ahmad Yani, Rengat

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019

Maestro Karya Budaya

Eka Saputra

Sei Guntung Hilir, Kec. Rengat

081276506733

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2019

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047