Kruben dan Srei

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010001020
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Papua
Responsive image
Pakaian asli orang Biak dulu terbuat dari kulit kayu yang dihaluskan hingga menyerupai sehelai kain yang cukup untuk bisa dibuat cawat baik untuk laki-laki maupun perempuan. Pohon yang kulitnya diambil untuk diproses menjadi bahan pakaian adalah mandwam. Itu sebabnya pakaiannya juga disebut mandwam. Dalam perkembangannya madwan sebagai pakaian asli tidak dipakai lagi dan bahkan hampir tidak ada orang yang mengingat secara tepat cara pembuatannya. Sekarang pakaian tradisional suku bangsa Biak diganti dengan sehelai kain yang disebut Kruben dan Srei. Punahnya kain madwan disebabkan adanya kontak orang Biak dengan dunia luar, baik menurut cerita lisan tentang tokoh-tokoh legendaris Fakoki dan Pasrefi maupun sumber keterangan dari Tidore diketahui bahwa kontak itu telah terjadi jauh sebelum kedatangan orang Eropa pertama di daerah Papua pada awal abad ke-16 (Kamma 1953:151). Hubungan tersebut terjadi dengan penduduk di daerah pesisir utara Kepala Burung, Kepulauan Raja Ampat dan dengan penduduk di Kepulauan Maluku. Kontak orang Biak dengan orang luar itu terjadi terutama melalui hubungan perdagangan dan ekspedisi-ekspedisi perang. Bukti terlihat pada adanya pemukiman-pemukiman orang Biak yang sampai sekarang dapat dijumpai di berbagai tempat seperti tersebut di atas. Rupanya pada masa sebelum kedatangan orang Eropa di Kepulauan Maluku dan daerah Papua awal abad ke-16, orang Biak telah menjelajah ke berbagai wilayah Indonesia lainnya baik melalui ekspedisi-ekspedisi perdagangan dan perang yang dilakukan oleh orang-orang Biak sendiri maupun bersama dengan sekutu-sekutunya, misalnya dengan Kesultanan Tidore atau dengan Kesultanan Ternate. Kejayaan orang Biak untuk melakukan berbagai ekspedisi itu menghilang pada akhir abad ke-15 (Kamma 1952:151). Tidak lama sebelum kedatangan orang Eropa pertama di kawasan Maluku dan Kepulauan Raja Ampat pada awal abad ke-16. Kain Kruben dan Srei adalah konotatif sebagai bahan pakaian yang berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Kruben artinya sehelai kain seperti srei, tetapi dengan srei kata itu menimbulkan makna kain yang dililit ketubuh sedangkan kruben adalah makna genetik untuk kain dalam hal ini bisa dipakai oleh kaum laki-laki sebagai bahan pakaian dengan cara melilitkan pada bagian pinggul dengan ujung yang satu kedepan untuk menutup alat kelamin dan ujung yang satunya ke belakang untuk menutup bagian celah pantat. Cara berbusana laki-laki disebut eruk atau dalam bahasa popular disebut cidaku. Bagi masyarakat adat suku Biak fungsi dari Kruben dan Srei sangatlah penting dalam upacara-upacara adat, terutama dalam tarian Wor yang merupakan tarian asli masyarakat suku bangsa Biak Numfor. Aksesoris yang penting untuk orang Biak pada waktu dulu adalah sarak (gelang dari logam perak) dan samfar (gelang dari bahan kulit kerang). Selain sarak dan samfar untuk kaum wanita dipakai juga kasyap, yaitu sejenis anting-anting terbuat dari bahan kuningan. Pada masa kini asesoris-asesoris itu hanya disimpan sebagai benda berharga yang bisa dipakai sebagai alat pembayaran mas kawin.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

Desa Swapodibo – Distrik Biak Kota Kabupaten Biak

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Dewan Adat dan Dewan Kesenian kabupaten Biak Numfor

Jln. Manuhua, Cenderawasih Biak

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047