Kaido atau pikon adalah alat musik tradisional dan khas dari suku-suku bangsa di pedalaman Papua. Alat musik ini terbuat dari sejenis bambu halus (buluh) yang diiris sedemikian rupa kemudian diberi benang anggrek. Mula-mula kaido hanya berfungsi mengusir rasa penat setelah lelah bekerja di kebun sehingga nada yang dihasilkan pun hanya merupakan tiruan dari kicau burung, namun seiring perkembangan peradaban suku-suku bangsa pedalaman Papua seperti Mee, Moni, dan Dani maka nada-nada dari alat musik inipun dapat diterjemahkan sesuai dengan suasana hati dalam kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsa tersebut. Nada-nada yang dihasilkan dengan alat musik kaido biasanya mewakili perasaan dari orang yang memainkannya, ada nada-nada khusus yang oleh masyarakat lokal dapat diterjemahkan sebagai bentuk pernyataan kesedihan, cinta, kegembiraan bahkan kebencian. Pemuda-pemudi suku bangsa Mee biasanya menggunakan alat musik kaido untuk mengungkapkan perasaan cinta mereka, dan bahasa simbolis ini hanya dipahami dalam kelompok-kelompok lokal saja. Cara memainkan kaido yaitu menempatkan alat musik tersebut didepan bibir kemudian sambil menarik benang anggrek yang telah dirangkai pada kaido kemudian berikan sedikit hembusan nafas di sela-sela gigi dan bibir mengenai alat musik tersebut dan hembusan nafas yang mengenai kaido akan mennghasilkan getaran yang berbunyi dengan berbagai nada sesuai tegangan yang diberikan melalui benang anggrek. Nada yang dihasilkan kaido biasanya merepresentasikan perasaan orang yang memainkan alat musik tersebut dan hanya dapat dipahami dalam simbol-simbol kebudayaan lokal masyarakat yang bersangkutan.