Gurindam duabelas

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000180
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Kepulauan Riau
Responsive image

Gurindam ini adalah murni pengaruh dari Islam, pada akhir abad ke-16 hingga abad ke-17 Masehi, pengaruh sastra dan budaya Islam baru tampak dalam pergumulan sastra Melayu. Dalam sastra Melayu, Islam diterima sebagai unsur yang memperkaya (mendimanisir), serta mengangkat derajat sastra Melayu menjadi cukup canggih. Maka, dalam perkembangan yang selanjutnya terjadi integrasi yang kukuh antara tradisi sastra budaya Melayu dan Islam, laksana pinang dibelah dua. Yakni Islam yang sudah mencakup didalamnya Melayu dan sebaliknya. Keduanya laksana dua permukaan dari satu mata uang . Padahal sebenarnya pengaruh Islam jauh sebelumnya sudah masuk di Nusantara ini. Terlihat dari pemakaian huruf Arab Melayu pada akhir abad ke-7. Kenyataan ini didukung oleh pula dengan adanya sumber yang lainnya seperti di Palembang pada tahun 686 sudah terdapat prasasti di atas batu bertulis huruf arab Melayu. Dari bukti-bukti yang disebutkan tadi, maka jelaslah bahwa sebenarnya karya sastra Melayu, perutama pada karya lisan tidak pernah dipengaruhi oleh unsur Budha atau Hindhu, ia hanya dipengaruhi oleh unsur Islam semata. Penomena ini terlihat dari karya puisi yang lebih banyak mengacu pada puitika Arab, karya sastra Melayu lebih banyak berjenis puisi. Hal ini disebabkan karena ada anggapan bahwa membuat karakter (pelaku) fiksi dikegorikan hukum haram, karena dianggab sama dengan membuat patung. Gurindam duabelas dilihat dari struktur dan batang tubuhnya maka karya ini terdiri dari tiga bagian yaitu; yang pertama, adalah pembukaan yang berisi tentang puji-pujian pada Tuhan dan shalawat atas Nabi Muhammad saw, juga menerangkan waktu saat Gurindam duabelas ini mulai ditulis. Pada bagian pertama ini juga memuat tentang pengertian dan makna dari isi Gurindam Duabelas. Bagian yang kedua, adalah memuat isi dari Gurindam Duabelas, yang terdiri dari duabelas fasal. Masing-masing fasal terdiri dari lima sampai dengan sebelas bait. Yang semuanya berjumlah delapan puluh tiga bait dan seratus enam puluh enam baris. Isi dari Gurindam dua belas, jelas terlihat bagaimana Raja Ali Hji memberikan tentang banyak hal. Khususnya pada aspek pendidikan moral dan ahlak. Dari masalah keimanan sampai bagaimana layaknya seorang pemimpin dengan tanggungjawabnya yang dipikulkan di atas pundaknya. Dari pasal demi pasal dapat diklasifikasikan masing-masing persoalan yang disampaikan oleh Raja Ali Haji. Namun secara umum pada hakekatnya ada dua konsep umum yang ingin disampaikan oleh Gurindam dua belas, yaitu hablumminallah dan hablumminnass, yaitu konsep vertikal bagaimana berhubungan dengan kholiq (sang pencipta) dan konsep horisontal, bagaimana berhubungan dengan sesama manusia. Konsep vertikal ini dapat dilihat pada pasal satu dan pasal dua. Sedangkan dari pasal tiga sampai dengan pasal yang kedua belas menyangkut tentang konsep horinsontal. Dengan demikian Gurindam ternyata menitik beratkan kepada pesan-pesannya pada realitas kehidupan manusia sebagai manusia itu sendiri dan manusia dalam konteksnya dengan manusia yang lainnya. Tentunya berpedoman kepada nilai-nilai transendental yang termuat pada pasal satu dan pasal dua dari Gurindam dua belas. Kemudian masing-masing pasal mempunyai karakteristik dan keistimewaannya masing-masing. Sebagaimana telah disampaikan pada bab yang awal, bahwa hampir setiap karya dari Raja Ali Haji, sangatlah bernuansa religius dan penuh dengan semangat dan cakrawala tasawuf, tidak terkecuali Gurindam dua belas. Maka dalam pembahasan konsep pemikiran dari Raja Ali Haji ini tentu akan diwarnai oleh referensi-referensi yang bernuansa agama, dan tentu saja dengan tidak meninggalkan referensi-referensi yang dianggap ?sekuler?. Juga dilengkapi dengan beberapa hasil wawancara sebagai pelengkap dari analisa data yang tertulis. Seperti dicontohkan pada pasal yang pertama pada bait yang kedua, disebutkan pada pasal tersebut: Barang siapa yang mengenal empat maka ia itulah yang akan ma?rifat Makna yang terkandung pada bait tersebut sangatlah dalam artinya. Para ahli agama menyebutkan bahwa seorang manusia khususnya orang Islam (baik muslimin ataupun muslimah) didalam proses kehidupannya haruslah dari hari ke hari haruslah menjadi lebih baik dan seharusnyalah ada peningkatan dalam tatarannya, sehingga ia nantinya akan dikategorikan menjadi orang yang sempurna hidupnya. Dimana hal ini menjadi impian setiap manusia di seluruh pelosok penjuru dunia. Untuk menuju kesempuranaan itu seorang manusia harus melalui proses tahapan yaitu: ? syareat: seorang manusia itu harus mempunyai pengetahuan ajaran tentang hukum-hukum agama Islam. ? Tarekat (tarekoh): suatu jalan yang harus dilalui oleh seorang manusia yang mau tidak mau harus dilalui, sesuai dengan hukum alam dan tataran seseorang didalam mencapai. ? Ma?rifat: tahu akan hukum-hukum tentang ketuhanan. ? Hakekat: menjadi manusia yang kamil (manusia yang sempurna) dan mumpuni termasuk didalamnya tidak pernah berbuat salah, berbuat keliru, dimana hal ini hanya dapatlah dicapai oleh para aulia atau para wali. Dalam pelaksanaannya seseorang itu dapat saja membalikkan urutannya antara yang satu dengan yang lainya khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan syareat, tarekat dan ma?rifat atau sebaliknya, sehingga seseorang akan menjadi manusia yang sempurna.


Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Sanggar Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu

Kepulauan Riau

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047