Kentrung

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000243
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Jawa Timur
Responsive image
Seni Tradisional Kentrung adalah Seni sastra lisan atau seni bertutur yang diiringi tabuhan terbangan dan kendang berbagai ukuran ini berasal dari Tuban. Yakni menyebar pada masa penyebaran agama Islam di Jawa pada masa Wali Songo. Pemberian nama kentrung sendiri berawal dari suara yang dihasilkan dari alat musik tradisional tersebut yang berbunyi trung-trung. Pada awal kemunculannya pada zaman Walisongo, dalam pementasannya, seni bertutur kentrung berisi tentang babad tanah Jawa, Sejarah masa lalu pada masa kerajaan, terutama kerajaan Islam di tanah Jawa, serta kisah Nabi. Kesenian kentrung sangat efektif dalam upaya penyebaran Agama Islam, karena kesenian itu merupakan perpaduan Islam dan Jawa yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Arab yang berbaur dengan orang Jawa. Saat ini seni kentrung sudah mengalami modifikasi, awalnya hanya dimainkan oleh seorang saja yang memainkan terbangan dan bertutur, kini sudah ada yang mengiringinya. Berawal dari Tuban kini seni kentrung telah menyebar di berbagai daerah seperti Blitar, Tulungagung, Kediri, hingga beberapa wilayah di Jateng. Dalam perjalanannya di beberapa daerah seni kentrung mulai tergerus zaman, sehingga tinggal generasi sepuh saja yang melestarikannya. Untuk itu sangat diperlukan peran generasi muda agar kesenian ini tidak punah dan hanya tercatat dalam lembaran sejarah. Kentrung adalah merupakan kesenian tradisional sastra lisan yang mewujudkan sarana komunikasi rakyat melalui simbol-simbol. Simbol digambarkan lewat penokohan dan kehidupan masyarakat. Selain itu juga politik, ekonomi, idiologi, sosial, budaya dan keamanan. Pertunjukan kentrung dimainkan oleh dalang dan panjak yang mendongeng tanpa menggunakan wayang. Musik yang mengiringi kendang dan tamburin serta instrumen lain seperti jidor, terbang, templeng dan gong. Kesederhanaan tampilan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan dialek daerah mudah dimengerti sehingga ceritanya mudah diterima masyarakat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Kentrung sering dimanfaatkan masyarakat dalam hajatan dan pesta. Misalnya khitanan, perkawinan, tingkepan, boyongan rumah, ulang tahun instansi. Tetapi dalam perkembangannya kentrung bisa untuk dialog interaktif dalam seminar di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah tertentu. Kentrung juga sering digunakan acara yang bernuansa religius dengan cerita Nabi Muhammad, Nabi Musa dan Nabi Yusuf, zaman Walisongo dan Mataram Islam (Babad Tanah Jawa). Selain itu mengenai nainali-nilai tasawuf dengan mengupas berbagai topik seperti purwaning dumadi, keutamaan, kasampurnan urip dan sangkan paraning dumadi. Secara garis besar nilai-nilai yang terkandung didalam seni pertunjukan kentrung dapat digunakan sebagai (1) media pendidikan, (2) sebagai media penerangan atau suatu wadah untuk menyampaikan kritik sosial, (3) sebagai media hiburan atau tontonan. Sebagai media pendidikan, fungsinya yaitu harus mampu menyuguhkan nilai-nilai yang ingin disampaikan melalui keahlian dalang tersebut. Dalang yang juga sebagai sosok sutradara mempertinjukn cerita secara kontekstual sesuai keadaan yang ada. Dalam hal ini pak Sumeh menyesuaikan dengan acara yang diadakan, seperti halnya undangan perkawinan. Pak sumeh menyuguhkan cerita kentrung bertemakan sosok lakon suami-istri. Disamping itu, nilai pendidikan juga dapat diambil dari penokohan para pelakunya, sebab disetiap cerita yang ditampilkan dalam sebuah seni pertunjukan kentrung selalu menonjolkan berbagai sifat-sifat baik ataupun yang buruk. Sebagai media penerangan atau wadah untuk menyampaikan kritik sosial, suatu fungsi kesenian untuk menyampaiakn pesan-pesan pembangunan disesuikan dengan topik yang diinginkan. Bahkan dapat pula berupa kritikan sosial yang cenderung banyak dilakukan oleh masyarakat pada masa ini. Sebagai media hiburan atau tontonan, yaitu fungsi yang biasanya penonton melihat kesenian bertujuan untuik mencari hiburan, melepas lelah, menghilangkan stres dan bersantai. Tingginya unsur hiburan ataun tontonan, bahkan ditambahkan berbagai iringan musik selain iringan musik tradisional yang sudah pakem dalam seni kentrung ini. Misalnya pertunjukan kentrung diiringi musik dangdut. Melihat kondisi itu, bila dilihat dari fungsi seni pertunjukan tradisional sebagai sarana hiburan memang tidak salah. Oleh karena pada intinya penonton datang melihat seni pertunjukan tradisional adalah mencari hiburan dan mencari kesenangan.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Bapak Zainuri

Sendang Gayam, Kec. Banjarejo

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Suntoyo, S. Kar

Kantor Budpar Blora

085-290-360-599

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047