Kujang

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000268
Domain
Kemahiran dan Kerajinan Tradisional
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Masyarakat umum menganggap Kujang merupakan senjata khas Jawa Barat (orang Sunda). Sebenarnya alat pertanian berbentuk mirip peta Jawa Barat, kedua pinggirnya tajam dan ujungnya lancip, di bagian punggungnya berlubang, dipergunakan untuk menebas tanaman perdu yang tumbuh pada lahan yang akan ditanami padi atau untuk menyiangi rumput. Di daerah Kanekes ada ungkapan bentang kidang turun kujang yang artinya bila bintang wuluku sudah tampak tanda saat penanaman padi telah tiba, maka segera kujang ?kujang diturunkan untuk menebas tanaman perdu dan rerumputan. (Ensiklopedi Sunda, 2000) Naskah Siksa kandang karesian yang ditulis abad ke-14 M menginformasikan sebagai berikut: Ganggaman sang wong tani ma: kujang, baliung, patik, kored, sadap. .....Kitu lamun urang hayang nyaho di sarean(ana), eta ma panday tanya. (Danasasmita,1987:84) Senjata orang tani ialah: kujang. baliung. patik, kored, pisau sadap. .... Itulah ketiga jenis senjata yang berbeda pada sang prebu, pada petani, pada pendeta. Demikianlah bila kita ingin tahu semuanya, tanyalah pandai besi. (Danasasmita,1987:108) Namun demikian bukan berarti pada saat itu kujang tidak ada. Menurutnya, kujang berasal dari metamorphose senjata kudi yang diperuntukkan untuk hyang sebagai sarana upacara dan lambang pusaka bagi para raja. Senjata bentuk baru itu disebut Kudi Hyang, dalam arti kudi yang "suci" (sakral) khusus untuk upacara/pegangan pribadi. Jadi, kudilah yang sebenarnya merupakan sebagai senjata atau perabot untuk alat pertanian, sedangkan yang Kudi Hyang atau Kudi Hiyang atau Kudyang tidak pernah dipergunakan sembarangan terkecuali semata-mata untuk menjaga diri. Alat-alat pertanian tak pernah berpamor. Alat peperanganlah yang berpamor. Sejak sirnanya Sunda Pajajaran sampai sekarang, Kujang masih banyak dimiliki oleh masyarakat Sunda, yang fungsinya hanya sebagai benda obsolete tergolong benda sejarah sebagai wahana nostalgia dan kesetiaan kepada keberadaan leluhur Sunda pada masa jayanya kerajaan Sunda Pajajaran. Di kawasan Jawa Barat dan Banten masih terdapat komunitas yang masih akrab dengan Kujang dalam pranata hidupnya sehari-hari, yaitu masyarakat Sunda "Pancer Pangawinan" ( tersebar di wilayah Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi). Dan masyarakat "Sunda Wiwitan Urang Kan?k?s" (Baduy). Dalam lingkungan budaya hidup mereka, tiap setahun sekali kujang selalu digunakan pada upacara "Nyacar" ( menebangi pepohonan untuk lahan ladang ). Patokan pelaksanaannya yaitu terpatri dalam ungkapan "Unggah Kidang Turun Kujang" artinya jika bintang Kidang telah muncul di ufuk Timur di kala subuh, pertanda musim "Nyacar" sudah tiba, Kujang (Kujang Pamangkas) masanya digunakan sebagai pembuka kegiatan "Ngahuma" (berladang). Bentuk kujang sekaligus penamaannya mengambil nama-nama binatang, yaitu sebagai berikut: (1) Kujang Ciung; (2) Kujang Jago; (3) Kujang Kuntul; (4) Kujang Bangkong; (5) Kujang Naga; (6) Kujang Badak; (7) Kudi; perkakas sejenis Kujang. ? Berdasarkan jenisnya, Kujang memiliki fungsi sebagai: 1. Pusaka; tuah/daya kesaktian kujang mengandung nilai sakral. 2. Pakarang (senjata ); kujang dengan ukurannya yang relatif pendek, tidak termasuk alat tebas, tapi tergolong alat tikam, alat tusuk, alat toreh, dan alatkerat. 3. Pangara (alat upacara); 4. Pamangkas (alat pertanian); digunakan untuk menebangi pepohonan saat membuka lahan ?huma? (ladang) . Kelompok Pemakai Kujang Berita Pantun Bogor, menurut Jatisunda (1996) tidak menjelaskan pemakaian Kujang oleh seluruh warga masyarakat secara umum. Perkakas ini hanya digunakan oleh kelompok tertentu, yaitu para raja, prabu anom (putera mahkota), golongan pangiwa (petugas di kabupaten yan memanggil seseorang atas perintah bupati?), golongan panengen, golongan agama, para puteri serta kaum wanita tertentu, para kokolot. Sedangkan rakyat biasa hanya menggunakan perkakas-perkakas lain seperti golok, congkrang, sunduk, dsb. Kalaupun di antaranya ada yang menggunakan Kujang, hanya sebatas Kujang pamangkas dalam kaitan keperluan berladang. Pra-Syarat Pembuatan Kujang 1. Patokan Waktu 2. Kesucian ?Guru Teupa? (Pembuat Kujang) 3. Bahan Pembuatan Kujang 4. Tempat ( Khusus ) Pembuatan Kujang: Gosali, Kawesen, atau Panday Domas. Tempat khusus untuk membuat (menempa) perkakas kujang disebut Paneupaan. 5. Bahan; a. Besi, besi kuning, baja, perak, atau emas sebagai bahan membuat waruga (badan kujang ) dan untuk selut ( ring tangkai kujang ). b. Akar kayu, biasanya akar kayu Garu-Tanduk, untuk membuat ganja atau landean (tangkai kujang). Akar kayu ini memiliki aroma tertentu. c. Papan, biasanya papan kayu Samida untuk pembuatan kowak atau kopak (sarung kujang ). Kayu ini pun memiliki aroma khusus. d. Emas, perak untuk pembuatan ?mata? atau ?pamor? kujang pusaka ataukujang para menak Pakuan dan para Pangagung tertentu. Selain itu, khusus untuk ?mata? banyak pula yang dibuat dari batu permata yang indah-indah. e. ?Peurah? (bisa binatang) biasanya ?bisa Ular Tiru?, ?bisa Ular Tanah?, ?Bisa Ular Gibug?, ?bisa Kelabang? atau ?bisa Kalajengking?. Selain itu digunakan pula racun tumbuh-tumbuhan seperti ?getah akar Leteng? ?getah Caruluk? (buah Enau) atau ?serbuk daun Rarawea?, dsb. Gunanya untuk ramuan pelengkap pembuatan ?Pamor?. Kujang yang berpamor dari ramuan racun-racun tadi, bisa mematikan musuh meski hanya tergores. f. ?Gaib Sakti? sebagai isi, sehingga kujang memiliki tuah tertentu. Proses Pembuatan Kujang 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Penempaan 3. Tahap Pembentukan 4. Tahap Pencelupan / Pengasamang 5. Tahap Blonir (Merebus) 6. Tahap Maranggi Tahap Finishing pemberian aksen sekaligus melindungi kowak dari kerusakan melalui pelitur. Cara Membawa Kujang a. Disoren; yaitu dengan cara digantungkan pada pinggang sebelah kiri dengan menggunakan sabuk atau tali pengikat yang diikatkan ke pinggang. Kujang Naga dan Kujang Badak . b. Ditogel; yaitu dengan cara diselipkan pada sabukdi depan perut tanpa menggunakan tali pengikat. Kujang Ciung, Kujang Kuntul, Kujang Bangkong, Kujang Jago, Kudi c. Dipundak; yaitu dengan cara dipikul tangkainya yang panjang, seperti membawa tombak. Yang dibawa dengan cara demikian hanya khusus Kujang Pangarak, karena memiliki tangkai panjang. d. Dijinjing; yaitu dengan cara ditenteng, dipegang tangkainya. Kujang yang dibawa dengan cara ini hanya Kujang pamangkas, sebab kujang ini tidak memakai sarung (kowak).

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Aries Kurniawan, M.sn

?

?

?

Tedi Permadi

?

081-221-685-80

?

Wahyu Afandi Suradinata

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Jajang

Kp. Margamukti RT/RW 01 Ds. Sukawening Kec. Ciwidey kabupaten Bandung

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047