Med-medan

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000348
Domain
Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan
Provinsi
Bali
Responsive image
Kata Med-Medan jika ditinjau dari arti katanya berarti Maomed-Omedan (tarik menarik) yang dilakoni oleh masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan secara bersama-sama. Karena proses tarik menarik ini akhirnya terjadi adegan ciuman di antara para pelakunya. Pelaksanaan Med-Medan menurut para sesepuh di Sesetan menyebutkan bahwa upacara ini keberadaannya sebelum jaman Jepang dan bahkan sampai sekarang tetap dilaksanakan. Selanjutnya akibat perubahan jaman yang demikian pesatnya menyebabkan pula terjadinya perubahan jadwal pelaksanaan upacara Med-Medan tersebut. Seperti telah disebutkan di depan bahwa upacara Med-Medan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Namun setelah adanya penertiban pelaksanaan upacara Nyepi I tahun 1979 yang diakitkan dengan pelaksanaan Brata Penyepian pelaksanaan upacara Med-Medan dilakukan sehari setelah Nyepi yaitu pada hari raya yang disebut ? Ngembak Geni ?. Pelaksanaan upacara Med-Medan pada dasarnya dapat dikatakan sebagai aspirasi masyarakat (para abdi) yang punya perasaan yang tidak menentu tentang keanehan-keanehan yang terjadi di Puri (Br.Kaja Sesetan) berkaitan dengan keadaan pucuk pimpinan mereka saat itu / beberapa tahun yang telah lampau yang menurut penjelasan dari beberapa sesepuh yang masih hidup yaitu adanya suatu keganjilan dalam pikiran mereka tentang keberadan di Puri yang tidak boleh dikunjungi oleh para abdi, konon karena sang raja yang diberi julukan Bhatara Kompyang sakit keras dan bahkan tidak bisa bangun sendiri tanpa dipapah oleh sanak keluarga puri. Konon menurut penjelasan dari pihak puri kejadian ini telah terjadi sebelum jaman penjajahan Jepang. Selanjutnya disebutkan bahwa dengan melihat keganjilan seperti itu di atas, di antaranya para abdi tidak diperbolehkan tangkil (menghadap) sang raja membuat para abdi berpikir dan menimbulkan berbagai tanda tanya di hati mereka masing-masing. Akibat gejolak pikiran yang terjadi di antara para abdi dan karena rasa prustasi tidak diperbolehkan mengahadap / menengok sang raja yang sedang sakit, akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan ramai-ramai di alun-alun puri yang diikuti oleh seluruh masyarakat, dari kalangan anak-anak, ramaja, dewasa dan bahkan para orang tua. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilakukan bertepatan dengan hari raya Nyepi di sore hari. Selanjutnya dijelaskan karena keramaian yang ada di depan puri membuat sang raja yang sedang sakit terusik dan terganggu yang akhirnya menimbulkan kemarahan. Pada saat seperti itu, Anak Agung Made Raka (raja yang sakit keras) minta kepada anak-anaknya untuk di antar ke alun-alun untuk menertibkan keramaian yang dibuat oleh para abdi dan masyarakat. Setelah dipapah oleh putra-putrinya keluar dari puri menuju alun-alun keanehan terjadi pada sang raja. Pada saat bersamaan setelah sampai di alun-alun puri sang raja bukannya bertambah sakit, melainkan sehat walafiat dan dapat berjalan sendiri. Melihat kenyataan seperti itu sang raja akhirnya berubah pikiran setelah melihat para abdi dan rakyatnya yang sedang mengadakan keramaian. Dari pikiran beliau yang sebelumnya hendak melarang mereka mengadakan ramai-ramai akhirnya berbalik menyetujui kegiatan yang dilakukan oleh rakyatnya. Beliau berpikir mungkin dengan adanya keramaian seperti itu saya bisa sehat/sembuh dari sakit. Berdasarkan pemikiran seperti itu akhirnya sejak saat itu setiap hari raya Nyepi Sore diadakan keramaian yang disebut dengan istilah ? Majalangu?. Pelaksanaan Med-Medan menurut para sesepuh di Sesetan menyebutkan bahwa upacara ini keberadaannya sebelum jaman Jepang dan bahkan sampai sekarang tetap dilaksanakan. Selanjutnya akibat perubahan jaman yang demikian pesatnya menyebabkan pula terjadinya perubahan jadwal pelaksanaan upacara Med-Medan tersebut. Seperti telah disebutkan di depan bahwa upacara Med-Medan dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Namun setelah adanya penertiban pelaksanaan upacara Nyepi I tahun 1979 yang diakitkan dengan pelaksanaan Brata Penyepian pelaksanaan upacara Med-Medan dilakukan sehari setelah Nyepi yaitu pada hari raya yang disebut ? Ngembak Geni ?. Upacara Med-Medan menurut versi masyarakat Desa/Kelurahan Sesetan berasal dari kata Meomed-Omedan yang berarti Mekedeng-kedengan (tarik menarik), antara dua orang atau lebih dengan jenis kelamin yang berbeda. Karena saling kuatnya menyebabkan kedua belah pihak menjadi satu, saling bersentuhan satu sama lain. Dalam proses seperti ini pada akhirnya terjadi suatu proses atau kegiatan yang sangat jarang terjadi di depan orang banyak. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu perkecualian bagi masyarakat di luar Banjar Kaja Sesetan. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa upacara ini merupakan satu-satunya upacara yang ada di daerah Bali, karena keberadaannya hanya dilakukan setahun sekali oleh masyarakat Banjar Kaja Sesetan yang pelakunya terdiri dari generasi muda yang tergabung dalam organisasi Sekaa Teruna Banjar Kaja Sesetan. Perlu diketahui bahwa saat ini, masyarakat Sesetan hanya dapat menyatakan bahwa upacara ini sudah sejak dahulu dilakukan, kini mereka tinggal meneruskan adat yang telah berlaku turun temurun tersebut. Namun di satu sisi upacara Med-Medan yang dilakukan secara turun temurun tersebut pelaksanaannya sudah dikemas sedemikian rupa sehingga dapat dipakai sebagai aset budaya yang adi luhung yang perlu terus dipertahankan untuk dapat dijadikan sumber pendapatan bagi masyarakat Banjar Kaja Sesetan. Selanjutnya mengenai tahapan-tahapan upacara Med-Medan dapat dicermati dari prosesi upacaranya. Mengenai tahapan upacara ini akan diklasifikasikan menjadi tiga tahapan yaitu tahap awal yang sering disebut dengan tahap persiapan, tahap pelaksanaan upacara yang sering disebut tahapan inti dan tahap akhir yang sering disebut dengan tahapan penutup.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

?

?

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047