Ondel-ondel

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000401
Domain
Seni pertunjukan
Provinsi
DKI Jakarta
Responsive image
Ondel-ondel dahulu bernama Barongan. Barongan di sini tidak ada hubungannya dengan kesenian dari daerah lain yang konon dikatakan ada keserupaan. Kata Barongan memiliki arti serombongan, dimaksudkan kesenian Ondel-ondel senantiasa tampil beriringan atau serombongan. Ondel-ondel merupakan salah satu kesenian masyarakat Betawi yang tergolong sebagai teater tanpa tutur. Selain karena pada awalnya memerankan personifikasi leluhur, juga dalam penampilannya hanya ada gerakan tari dan tidak ada dialog. Ondel-ondel pada awalnya milik masyarakat Betawi Pinggir sebagai penolak bala dan dinikmati oleh orang kota sebagai hiburan. Kini pengelompokan Betawi sudah mulai pudar menuju bentuk satu Betawi. Kesenian Ondel-ondel bukan lagi sebagai milik masyarakat Betawi Pinggir, akan tetapi milik masyarakat Betawi yang telah menjadi satu tersebut. Awal keberadaan Ondel-ondel hingga kini belum didapatkan angka tahun yang pasti. Para ahli memperkirakan Ondel-ondel sudah ada di Jakarta berabad-abad yang lalu. Pedagang dari Inggris, W. Scot, mencatat dalam bukunya jenis boneka seperti Ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605. E.R. Scidmore, wisatawan mancanegara (wisman) asal Amerika yang datang ke Jawa dan tinggal cukup lama di Batavia, pada penghujung abad ke-19, melaporkan, dalam Java, The Garden of The East, adanya pertunjukan seni jalanan di Betawi berupa tarian. Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan itu. Namun dapat diperkirakan bahwa kesenian itu adalah Ondel-ondel, mengingat tarian itu bermain di jalanan. Dalam bukunya yang berjudul Geschiedenis Van Java, jilid II, W. Fruin Mees menyatakan bahwa pada abad ke-17 sudah ada iring-iringan dengan menampilkan boneka besar yang digerakkan oleh manusia (Surat Kabar Pos Kota, Jumat, 29 Juni 2001). J. J Rizal menuliskan bahwa:Ditemukan data antropologis yang menunjukkan ondel-ondel tumbuh dari kebudayaan agraris Betawi yang masih berjejak dalam upacara baritan atau bersih desa di beberapa pinggiran Jakarta, terutama di Cireundeu dan Ciputat. Lagi pula Th. Piageud dalam Javaanse Volkvertoningen (1934) menyebutkan boneka raksasa yang disebut Scott ?een reuse en een monster? yang tampil pada pesta khitanan Pangeran Abdul Mufakhir itu lazim ditemukan di daerah-daerah berkebudayaan agraris sebagai manifestasi kekuatan pelindung kampung, penolak malapetaka (Tempo, 26 Juni 2011). Ondel-ondel berbentuk boneka raksasa. Tingginya 2,5 meter. Rangka tubuhnya dibuat dari bambu. Garis tengah tubuhnya 80 cm. Wajahnya dibuat dari kayu. Matanya besar melotot. Rambutnya dibuat dari ijuk warna hitam. Agar lebih menarik di rambutnya diberi hiasan kembang kelape. Digerakkannya, oleh seseorang yang berada di dalam boneka. Ondel-ondel dibuat sepasang, laki-laki dan perempuan. Diibaratkan seperti suami istri. Saat ini ada pula yang membuat Ondel-ondel kecil yang kemudian ada yang menyebutnya sebagai anak Ondel-ondel. Ondel-ondel laki-laki wajahnya dicat merah. Warna yang dianggap atau diyakini mempunyai kekuatan atau keberanian dalam menghadapi kekuatan jahat dari luar. Diberi kumis melintang, jenggot, alis tebal, cambang, dan caling ?taring?. Ondel-ondel perempuan wajahnya dicat putih atau kuning. Warna ini dianggap memiliki kehalusan dan ketulusan dalam pengabdiannya terhadap lingkungan. Diberi rias gincu, bulu mata lentik, dan alis lancip. Kadang-kadang dibuatkan tai lalat. Bahan pakaian Ondel-ondel masing-masing 10 meter. Pakaian Ondel-ondel laki-laki biasanya warna gelap. Jenisnya pakaian pangsi. Untuk perempuan dipilihkan warna cerah motif polos atau kembang-kembang. Jenisnya baju kurung. Keduanya mengenakan selendang. . Bahan Pembuatan Ondel-ondel Bambu tali, paku dan kawat beton, tali, daun pisang yang kering (klaras), ijuk, kembang kelapa dan kertas warna atau kertas minyak, bola plastik, fiber, seng, benang wool, cat, kain, kawat dan kancing baju, paralon, sarung tangan, dan selang. Peralatan Pembuatan Ondel-ondel Gergaji, golok, kakak tua/gegep, martil, tang Teknik Pembuatan Ondel-ondel Secara garis besar boneka Ondel-ondel dibuat melalui tahapan berikut: membuat lingkar bawah dan lingkar atas, membuat jari-jari badan, membuat bagian pundak, membuat bagian pinggang, membuat bagian bahu, membuat bagian kepala, membuat bagian rambut, membuat pikulan, membuat bagian tangan, mencoba Ondel-ondel, memasang topeng, membuat buah dada untuk Ondel-ondel perempuan, memasang baju Ondel-ondel, memasang kembang kelapa. Waktu dan Tempat Pertunjukan Dahulu, pertunjukan Ondel-ondel digunakan sebagai penolak bala dan sesudahnya sesekali digunakan untuk meramaikan hajat khitanan dan perayaan 17 Agustus. Pada masa Ali Sadikin menjadi Gubernur DKI Jakarta ( 1966-1977 ), kesenian Betawi diangkat, selain sebagai suatu upaya untuk menaikkan citra masyarakat Betawi sebagai masyarakat lokal Jakarta yang memiliki ciri khas tersendiri, juga dalam rangka membentuk Jakarta sebagai kota tujuan wisata. Sejak saat itu, Ondel-ondel berfungsi sebagai seni pertunjukan yang menghibur. Saat ini, Ondel-ondel melengkapi acara yang bertalian dengan upacara daur hidup (khitanan dan perkawinan), perayaan hari besar, ulang tahun Jakarta, penyambutan tamu, ngamen keliling kampung, 17 Agustus-an, peresmian kantor atau gedung, dan kegiatan lainnya. Keberadaannya bisa dalam bentuk pertunjukan arak-arakan, tandak ?menari?, atau sebagai pajangan. Pemain Ondel-ondel Jumlah pemain Ondel-ondel 2 orang. Namun demikian dalam setiap pertunjukan diperlukan cadangan minimal 2 orang pula. Cadangan ini diperlukan karena rata-rata hanya mampu memikul Ondel-ondel yang 20-25 kg itu, sekitar 15 dan maksimal 30 menit. Baik karena berat juga karena udara panas di dalamnya. Pengiring Ondel-ondel Ondel-ondel diiringi musik yang khas. Pemain musik terdiri atas tujuh orang dengan masing-masing membawa alat berupa: gendang 2 buah yakni gendang laki dan gendang perempuan, kempul, gong, kenong, kecrek, dan terompet yang sekarang umum digantikan oleh tehyan. Pada awalnya, lagu pokok Ondel-ondel yang sering dimainkan untuk mengiringi tandakan ?tarian? Ondel-ondel dan atraksi pencak silat (kalau ada) adalah lagu leles dan manggele. Dalam perjalanan waktu, dimainkan pula lagu-lagu umum seperti Jali-jali, Sirih Kuning, Ondel-ondel, Keroncong Kemayoran, dan lain sebagainya. Meskipun Ondel-ondel memiliki musik pengiring tersendiri, namun bisa juga diiringi Gambang Kromong atau Tanjidor. Pertunjukan Ondel-ondel Pada saat arak-arakan, urutannya adalah Ondel-ondel berada di barisan paling depan, kemudian diikuti pemain musik. Arak-arakan terdiri atas: sepasang Ondel-ondel, pendorong rumah Betawi 1 orang, pemain musik 7 orang, cadangan pemain Ondel-ondel 2 ? 4 orang, dan pimpinan rombongan 1 orang. Pada saat arak-arakan, sesekali Ondel-ondel menari berputar-putar. Adapun Ondel-ondel sebagai pajangan, peletakkannya di sebelah kiri dan kanan pintu masuk. Makna Simbolis dalam Ondel-ondel Ondel-ondel jika ditinjau secara mendalam bukanlah sekadar boneka raksasa, melainkan memiliki makna simbolis di dalamnya. Intinya adalah bahwa kesenian Ondel-ondel menyimpan kearifan untuk menjunjung hidup bersih dari kejahatan. Ondel-ondel mengingatkan pentingnya memerangi lakon yang merusak tatanan kehidupan manusia.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Bapak Nasir Belo

Cisalak

?

?

Bapak Najir (alm)

Kampung Rawa

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Duta Cilik Bulan Purnama

Jl. Irian Rt. 004/006, Kpg. Serdang.

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047