Patingtung - Serang

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000429
Domain
Tradisi dan Ekspresi Lisan
Provinsi
Banten
Responsive image
Pertama kali seni Patingtung muncul di tengah masyarakat Banten tidak diketahui secara pasti. Namun demikian, berdasarkan cerita yang berkembang dapat diambil beberapa kesimpulan sementara bahwa Seni Patingtung dahulu digunakan oleh para ulama sebagai alat untuk memanggil masyarakat agar berkumpul. Sumber lain menyebutkan bahwa Seni Patingtung berkembang pada masyarakat Banten yang berbahasa Jawa. Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut, Seni Patingtung muncul bersamaan dengan masa berkembangnya zaman Kesultanan Banten, yaitu sekitar tahun 1552. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh adanya keterangan bahwa pada zaman Kesultanan Banten semua aspek kehidupan termasuk kesenian masyarakat setempat mengalami perkembangan. Setelah agama Islam sudah menjadi agama dominan masyarakat Banten dan berakhirnya masa Kesultanan Banten, Seni Patingtung berkembang menjadi seni pertunjukan. Sebuah seni yang berfungsi sebagai media hiburan. Jenis kesenian tersebut dipertunjukkan pada acara-acara selamatan warga setempat, seperti khitanan dan pernikahan. Kata Patingtung diambil dari bunyi-bunyian waditra atau alat musik., seperti gendang atau kendang. Patingtung dapat diuraikan menjadi tiga suku kata, yaitu pa-ting-tung. Pa dari kata pak dimaksudkan suara gendang kulanter atau talipak (kendang kecil yang diberdirikan); tung suara gendang talipung (kendang kecil yang dibaringkan) dan tung suara kendang atau bedug yang besar. Seni Patingtung merupakan jenis kesenian yang memadukan pencak silat dengan tarian. Keberadaan tarian di dalam seni Patingtung sebagai selingan. Adapun gerak dasar tarian dalam Seni Patingtung sangat didominasi oleh gerakan pencak silat sehingga seni ini dapat dikatakan identik dengan pencak silat. Akan halnya tarian dalam seni Patingtung bersifat atraktif karena gerakan-gerakannya menggambarkan ketangkasan, baik dalam hal menggunakan piring-piring dari beling maupun menggunakan belati yang ditikamkan di dada penari sendiri. Seni Patingtung merupakan pertunjukan yang bersifat magis religius karena memadukan unsur agama dan kekuatan magis. Biasanya, pertunjukan Patingtung diawali dengan doa shalawat yang dilafalkan oleh para pendukung. Selanjutnya, ditampilkankan tari-tarian pria, karawitan dan ketangkasan para penari. Ketangkasan tersebut menunjukkan hal di luar jangkauan akal manusia. Tahap pertunjukan secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut. Pada awal ditampilkan tarian pembuka yang dilakukan oleh seorang penari. "Tarian tersebut diiringi musik gambrung dan sederetan lagu instrumental, seperti yem", "Numpak Sado" dan "Uti-uti Uri". Setelah tarian tunggal dilanjutkan dengan "tarian sambutan" yang dimainkan oleh dua orang penari. Pada tarian ini digambarkan tarian bela diri dengan gerakan-gerakan menunjukkan ketangkasan penari dalam berkelahi tanpa menggunakan senjata. Meskipun Seni Patingtung bersifat magis ? religius, sebagian kecil dari kesenian merupakan sisipan berbentuk humor, baik ditampilkan dalam bentuk dialog maupun tarian. Setelah tarian sambutan, pertunjukan dilanjutkan pada "tarian rampak" yarig dimainkan oleh tiga orang penari laki-laki. Tarian tersebut diiringi tetabuhan pencak silat sehingga gerakan-gerakan penari tampak sangat hidup. Suasana semakin hidup dan tegang ketika ditampilkan tarian pasangan yang berupa rakan perkelahian menggunakan alat atau senjata. Yang ditampilkan dalam perkelahian serebut adalah ketangkasan dalam menyerang dan menangkis serangan lawan. Adapun alat atau senjata yang digunakan dalam tarian tersebut adalah trisula dan tongkat bambu yang dinamakan toya oleh masyarakat setempat. Pada akhir pertunjukan diisi tarian tunggal. Tarian tersebut sekaligus menjadi klimaks pertunjukan yang menampilkan ketangkasan yang lebih menegangkan, yaitu atraksi kekebalan tubuh oleh sayatan dan bacokan golok. Bagian pertunjukan ini biasanya ditambah dengan kesenian Debus yakni menampilkan atraksi mengupas kelapa dengan gigi, menggesek-gesek golok ke leher dan anggota tubuh lainnya. Berguling?-guling di atas landasan penuh paku, memakan bohlam, memasukkan bara api ke dalam ulut, menggoreng kerupuk di atas kepala dan mengeluarkan kelelawar dari mulut.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

Ahmad Sufi

Kp. Benggala Tengah, Serang

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Ahmad Sufi

Kp. Benggala Tengah, Serang

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047