Reak

Tahun
2010
Nomor. Registrasi
2010000489
Domain
Seni Pertunjukan
Provinsi
Jawa Barat
Responsive image
Reak adalah sebuah kesenian khas masyarakat Cianjur yang memperpadukan kesenian reog, angklung, kendang pencak, dan topeng. Konon, kesenian ini lahir sekitar abad ke-12. Ketika itu Prabu Kiansantang (putra Prabu Siliwangi) menginginkan agar penduduk pulau Jawa, khususnya Jawa Barat menganut agama Islam. Dalam agama Islam ada kewajiban bahwa seorang anak laki-laki mesti dikhitan. Mengingat bahwa khitanan berarti memotong bagian ujung penis, maka dalam pelaksanaanya seringkali membuat anak menjadi ketakutan. Untuk itu, para sesepuh Sumedang menciptakan suatu kesenian dengan tujuan agar yang disunat terhibur, sehingga mengurangi rasa takut. Dan, kesenian itu disebut sebagai ?reak? karena merupakan perpaduan dari berbagai jenis kesenian, sehingga mewujudkan kehiruk-pikukan dan kesorak-soraian baik dari pemain maupun penonton. Sekitar tahun 50-an kesenian ini dibawa oleh para pedagang Sumedang ke daerah Cianjur. Oleh karena itu, para seniman reak di daerah Cianjur saat ini sebagian besar adalah keturunan orang-orang Sumedang. Ciri khas kesenian yang disebut sebagai reak ini adalah ?susurakan? atau ?eak-eakan? (sorak-sorai). Oleh karena itu, jumlah pemainnya minimal 20 orang. Lebih banyak lebih baik (misalnya 30 orang). Mereka terdiri atas: 4 orang pemegang alat reog, 4 orang penggendang pencak, 10 orang pengangklung, 2 orang penari topeng, 6 orang penari, dan 4 orang pengecrek. Adapun busana yang dikenakan adalah pakain sehari-hari (apa adanya). Dengan perkataan lain, tidak seragam. Peralatan yang digunakan dalam kesenian tradisional reak ini adalah: dogdog yang terbuat dari kayu dan kulit, angklung yang terbuat dari bambu, kendang yang terbuat dari kayu dan kulit, goong yang terbuat dari perunggu, terompet yang terbuat dari kayu dan tempurung, topeng yang terbuat dari karton (kertas) dan kulit, dan kecrek yang terbuat dari besi. Sedangkan pementasannya diawali dengan penabuhan dogdog. Bersamaan dengan tetabuhan ini para pemain berjalan mengelilingi arena, termasuk para penggendang, pengangklung, dan pengegoong. Ini adalah suatu pengenalan agar para penonton mengetahui orang-orang yang akan memainkan kesenian ini. Setelah semuanya sudah diperkenalkan, maka pemimpinnya memberi sambutan yang isinya permohonan maaf jika dalam pementasan ada kekhilafan. Selain itu, juga ucapan terma kasih baik kepada yang punya khajat maupun penonton. Setelah itu, barulah semua peralatan dibunyikan sesuai dengan lagu-lagu yang diminta oleh si empunya khajat. Dan, bersamaan dengan itu para pemain masing-masing menunjukkan kehebatannya. Dalam hal ini mereka tidak hanya menunjukkan kelincahan dalam menggerakkan tubuh dan memainkan peralatan, tetapi juga menunjukkan gerakan-gerakan sedemikian rupa, sehingga menarik penonton. Pendek kata, semuanya berusaha agar para penonton bersorak-sorai dan tertawa terpingkal-pingkal. Demikian, seterusnya sampai lagu-lagu yang diminta oleh yang punya khajat terpenuhi. Dan, dengan terpenuhinya lagu-lagu itu, maka Sang pemimpin kembali memberi sambutan penutup yang isinya kurang lebih sama dengan sambutan pembukaan. Dan, dengan selesainya sambutan, maka pementasan reak pun berakhir.

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

Pelaku Pencatatan

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

?

Pelapor Karya Budaya

Sumardi

Kampung Pasir Kuda, Desa Rahong, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur

?

?

Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010
   Disetujui Oleh admin WBTB Pada Tanggal 01-01-2010

© 2018 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya


Kontak kami

  • Alamat
    Komplek Kemdikbud Gedung E Lt 10,
    Jln. Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, 10270.
  • Email: kemdikbud.wbtb@gmail.com
  • Telp: (021) 5725047, 5725564
  • Fax: (021) 5725047